Ai-69: !!!!

Tie: Udah, berisik.

Ai-69: Oke. Author gak bertanggung jawab ini kembali lagi....

Tie: Tentunya saia juga ada...

Kuro: Saia juga....

Ai-69: Hm... oya, pemberitahuan, ini bukan fic Bleach, tapi ES 21. Saia emang pengen bikin fic ES 21 dari dulu tapi males -_- ; ... akhirnya saia bikin juga.

Kuro: Dasar gak bertanggung jawab.

Tie: *angguk-angguk*

Ai-69: Emang. Udah, ah, saia males. Langsung ke fic aja.

Tie: Okelahkalaubegitu. Selamatmembacasemuanya!!! *spasinya diilangin*

WARNING!! PERINGATAN KERAS : AU, gaje, aneh, gak mutu, authornya gaje, mungkin typo, kalo gak salah OOC juga ada tapi lupa siapa yang OOC, dan lain-lain.

Disclaimer: Bukan saia, bukan Tite Kubo, bukan juga Masashi Kishimoto. Tapi... Riichiro Inagaki en Yusuke Murata.

------X_X----------

Babysitter Mamori

Chapter 1

------X_X-----------

Di hari Minggu pagi yang cerah ini, terlihat seorang gadis cantik berambut cokelat kemerahan (bener gak? Menurut Ai warnanya itu =P) pendek yang mengetuk pintu sebuah rumah bercat putih. Sang empunya rumah langsung membuka pintu.

"Ah, Mamo-chan!! Akhirnya datang juga!" kata sang nyonya rumah, Mihae Kobayakawa, dengan senang.

"Selamat pagi, Kobayakawa-san," kata Mamori sopan.

"Aku sangat senang kau datang. Aku dan suamiku harus pergi karena ada urusan selama empat hari ini dan kami tidak diperbolehkan membawa anak, sementara Sena masih kecil. Ia tidak punya kakak, selain itu akan merepotkan jika aku titipkan pada tetangga. Lagipula saudara-saudaraku semuanya sibuk sehingga tidak bisa mengurus Sena," ucap Mihae sedih.

"Jadi aku sangat senang bisa bertemu baby sitter sebaik dirimu, aku sudah dengar dari temanku bahwa pekerjaanmu memuaskan, selain itu kau juga cantik, keibuan, baik, dan sopan. Benar-benar sempurna," Mihae memuji Mamori.

"Ah, tidak, aku tidak sehebat itu kok, Kobayakawa-san," ucap Mamori. Wajahnya memerah, malu karena dipuji.

"Kau hebat, kok, tidak usah malu-malu," kata Mihae. Tak lama kemudian, Shuma Kobayakawa, sang tuan rumah, menghampiri mereka berdua.

"Ah, jangan-jangan kau babysitter yang bernama Mamori Anezaki itu, ya? Aku Shuma Kobayakawa, salam kenal," kata Shuma memperkenalkan diri.

"Ah, salam kenal," kata Mamori sopan.

"Baiklah, karena kami juga harus segera berangkat, biar kami perkenalkan pada si kecil Sena," kata Mihae. "Sena!!!" panggilnya. Tampak seorang anak laki-laki berambut cokelat dan kira-kira berumur 6 tahun berlari menghampiri Mihae.

"Iya, ibu? Ada apa?" tanya anak itu polos.

'Anak yang manis,' pikir Mamori.

"Ah, Sena, beri salam pada Mamori nee-chan, babysitter yang akan menemanimu selama ibu dan ayah tidak di rumah," kata Mihae sambil tersenyum.

"Eh, namaku Sena Kobayakawa, salam kenal, Mamori-nee," kata Sena sambil membungkukkan badannya.

"Iya, salam kenal," kata Mamori sambil tersenyum kepada Sena.

"Oh!! Mihae, kita harus segera berangkat!! Ini sudah hampir jam 7, sementara pesawat akan berangkat jam 8!! Kalau tidak segera pergi ke bandara sekarang, bisa-bisa kita tertinggal!!" seru Shuma sambil melihat jam tangannya. Bandara itu dapat dicapai dalam waktu 45 menit dari rumah keluarga Kobayakawa.

"Ah, benar juga," kata Mihae. Ia segera berlari dan membawa barang-barangnya dan barang-barang suaminya ke mobil. Setelah itu, mereka (Shuma dan Mihae) bersiap-siap untuk berangkat, dan setelah siap, mereka segera naik ke mobil.

"Mamori-chan, aku titip Sena, ya," kata Mihae sebelum berangkat.

"Ya," kata Mamori sambil tersenyum.

"Sena, jangan nakal, ya," pesan Mihae pada Sena.

"Baik, bu," kata Sena patuh.

"Sampai jumpa lagi, Sena, Anezaki," kata Shuma. Tak lama kemudian, Shuma dan Mihae berangkat ke bandara. Setelah itu, Sena dan Mamori masuk ke dalam rumah.

"Sena, kau sudah sarapan?" tanya Mamori ramah. Sena menggeleng.

"Baiklah, kalau begitu, akan kubuatkan sarapan. Sena tunggu ya," kata Mamori sambil tersenyum. Sena mengangguk dan duduk sambil bermain-main dengan balok-balok miliknya.

Tak lama kemudian, makanan telah siap. Mamori memanggil Sena, kemudian mereka berdua makan dengan lahapnya.

"Sena sekolah dimana?" tanya Mamori, berusaha mengakrabkan diri.

"SD Deimon," jawab Sena.

"Oh, di SD Deimon, ya... Sena senang sekolah disana?" tanya Mamori lagi.

"Iya, senang," jawab Sena sambil menganggukkan kepalanya.

"Eh, ini kan hari Minggu, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tanya Mamori.

"Iya," kata Sena senang sambil menganggukkan kepalanya. Mamori tersenyum.

"Kalau begitu, ayo," kata Mamori sambil menggandeng tangan Sena. Mamori tak lupa menutup dan mengunci pintu serta jendela. Kemudian ia dan Sena berjalan-jalan menikmati pagi yang cerah ini.

----------X_X----------

Setelah puas berjalan-jalan, Mamori dan Sena pulang. Ketika Mamori sedang membuka kunci pintu, Sena tiba-tiba tersandung dan jatuh...

"Huweeeeeeee!!" tangis Sena. Lutunya sedikit lecet. Mamori segera menghampiri Sena.

"Eh? Sena-kun? Ayo kita masuk, nanti nee-chan obati," kata Mamori cemas. Sena hanya mengangguk sambil terus menangis. Mereka segera masuk ke dalam rumah, lalu Mamori langsung mengobati Sena.

"Sena-kun tidak apa-apa, kan? Masih sakit?" tanya Mamori khawatir melihat Sena yang masih sesenggukan.

"Hiks, masih sedikit," kata Sena sambil mengusap air matanya.

"Tidak apa-apa, sebentar lagi juga pasti akan sembuh," kata Mamori lembut sambil membelai rambut cokelat Sena. Sena hanya mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Ah iya, Mamo-nee mau masak dulu, Sena tunggu di sini saja, ya," kata Mamori sambil berjalan ke dapur. Sena hanya mengangguk.

"Hm...," gumam Mamori sambil mengambil bahan-bahan makanan. Tiba-tiba terdengar suara tangisan Sena. Mamori langsung berlari menghampiri Sena dengan paniknya.

"Sena-kun? Ada apa??" tanya Mamori panik.

"A... da... a... ada kucing masuk dari jendela," kata Sena terbata-bata. Tampak seekor kucing yang sedang berusaha masuk dari jendela yang terbuka.

"Oh, ini, tidak apa-apa. Hush, hush," Mamori mengusir kucing itu. "Sudah. Sekarang Sena-kun tenang, ya," lanjut Mamori, kemudian ia langsung berjalan ke dapur dan melanjutkan acara memasaknya. Tapi, lagi-lagi...

"HUWEEEEE!!!!!" terdengar suara tangisan Sena.

"Ada apa lagi, Sena-kun?" tanya Mamori panik sambil berlari mendekati Sena.

"A... acara kartun kesukaanku tidak ada," tangis Sena. Mamori menghela nafas.

"Sudahlah, sekarang kau nonton yang lain saja," kata Mamori sambil mengganti channel TV. Setelah itu gadis berambut cokelat itu langsung beranjak ke dapur dan melanjutkan memasak.

"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" lagi-lagi...

"Ada apa lagi, Sena-kun??" tanya Mamori, sedikit jengkel, tapi berusaha sabar.

"A... ada kecoa....," tangis anak laki-laki berambut coklat itu. Mamori menghela nafas dan memukul kecoa itu dengan sapu yang entah diambilnya dari mana.

"Terimakasih, Mamo-nee," kata Sena sambil mengusap air matanya. Mamori menghela nafas.

'Ia hanya anak-anak, sudahlah, sabar saja.' batin Mamori. Ia kembali ke dapur dan memasak lagi, dengan suara tangisan Sena yang tampaknya selalu terdengar tiap 2 menit sekali.

------------X_X---------------

Malam pun tiba. Sebelum tidur, Sena belajar dan mengerjakan PRnya sementara Mamori membaca majalah. Tiba-tiba...

"HUEEEEEEEEEE.....," terdengar suara tangisan Sena.

"Ada apa, Sena-kun??" kata Mamori cemas sambil berlari ke kamar Sena.

"A... aku ti.. tidak bisa mengerjakan yang ini.... hueeeeeeeee," kata Sena, masih sesenggukan.

"Yah, baiklah, sini Mamo-nee ajari," kata Mamori lembut sambil membantu Sena mengerjakan soal.


Tak lama kemudian, setelah Sena selesai mengerjakan PR nya, ia pun tidur dengan nyenyaknya. Sementara Mamori masih menonton TV di ruang keluarga.

'Fuuuh, lelahnya.... nggak disangka, ternyata dia cengeng...,' batin Mamori. 'Eh, tapi dia kan anak kecil, jadi wajar,'

'Paling tidak saat ia tidak menangis, wajahnya terlihat manis... hehe,' pikir Mamori lagi sambil menonton acara favoritnya. Sekitar lima menit kemudian acara itu berakhir dan Mamori pun bersiap untuk tidur. Tapi, lagi-lagi, terdengar suara tangisan Sena. Mamori langsung melesat ke kamar Sena.

"Ada apa, Sena-kun?" tanya Mamori untuk yang kesekian kalinya.

"Mamo-nee..., aku takut, tadi ada suara-suara aneh, jangan-jangan hantu," kata Sena ketakutan. Mamori tersenyum. Sepertinya suara aneh yang dimaksud Sena adalah suara TV yang tadi dinyalakannya atau malah jangan-jangan suaranya sendiri.

"Hm? Hantu? Tidak, tidak ada hantu, kok, kalau takut, sekarang biar Mamo-nee menemanimu, ya," kata Mamori lembut sambil memeluk Sena. Sena mengangguk dan kembali tidur. Mamori menggelar futonnya di sebelah futon milik Sena dan ia pun tidur dengan lelap.


Esok paginya, Mamori langsung mengganti pakaiannya dan segera memasak sarapan dan bekal untuk Sena, kemudian membangunkan Sena untuk sarapan. Setelah sarapan, Sena berangkat ke sekolah. Tadinya Mamori mau mengantarnya tapi tidak jadi karena Sena sudah berangkat bersama sahabatnya yang berambut putih, Riku Kaitani. Mamori pun membersihkan rumah dan mencuci baju, kemudian menyiram tanaman di luar, setelah itu ia kembali menonton TV. Tak terasa, akhirnya Sena pulang dari sekolah dengan gembira.

"Aku pulang," seru Sena sambil masuk ke dalam rumah.

"Eh, Sena sudah datang. Ada apa, kok kelihatannya Sena-kun senang sekali?" tanya Mamori lembut.

"Tadi kami semua mencocokkan PR dan PRku benar semua," kata Sena sambil tersenyum lebar, tapi masih belum bisa menyaingi senyum Gin Ichimaru di Bleach. "Ini semua berkat bantuan Mamo-nee,"

Wajah Mamori langsung memerah. "Eh, Mamo-nee kan hanya membantu setengahnya saja, selebihnya kan Sena mengerjakan sendiri, " ucap Mamori.

"Ya, tapi tetap saja aku ingin berterimakasih, jadi tadi kubelikan ini," kata Sena bangga sambil memberikan sesuatu kepada Mamori. Benda yang diberikan Sena itu adalah gambar seorang perempuan berambut coklat kemerahan pendek dan di sebelahnya ada seorang anak laki-laki yang memberinya bunga.

"Eh, ini jangan-jangan... aku??" tanya Mamori. Sena mengangguk bangga. "Yang ini Sena?" tanya Mamori lagi. Sena mengangguk.

"Iya, aku tadi buat gambar ini sendiri. Harusnya aku juga memberikan bunga tapi tadi aku tidak berhasil menemukan bunga yang bagus, maaf ya," kata Sena lagi sambil menundukkan kepalanya.

Mamori tersenyum. 'Anak ini baik sekali,' batinnya.

"Ya, tidak apa-apa," kata Mamori sambil mengelus kepala Sena lembut. "Gambar ini indah, aku akan menyimpannya baik-baik," ucap Mamori lagi. Sena tersenyum senang karena hasil kerja kerasnya terbayar.

"Baiklah, hari ini Mamo-nee akan masak kari ayam!! Sena suka?" tanya Mamori. Sena mengangguk.

"Iya, aku suka!! Aku akan bantu Mamori-nee memasak," kata Sena sambil tersenyum.

"Baiklah!!" kata Mamori sambil membalas senyum Sena. Mereka berdua pun mulai memasak.


Setelah makan, mandi, dan belajar, Sena tidur seperti biasanya dan Mamori menemaninya agar tidak ketakutan. Mamori yang memang belum mengantuk itu hanya merebahkan diri di atas futonnya sambil menatap langit-langit kamar Sena.

'Anak ini memang manis, yah, walaupun... yah, agak cengeng...,' pikir Mamori. Diambilnya gambar buatan Sena yang ia letakkan di atas meja belajar Sena.

'Dia juga baik,' batin Mamori senang. Ia tersenyum melihat gambar buatan Sena yang benar-benar terlihat sebagai gambar khas anak SD.

'Semoga besok juga baik,' batin Mamori. Ia pun menutup matanya yang mulai terasa berat dan tertidur lelap.

~To be Continued~

Ai-69: Hoaaah... chapter pertama berakhir sampai disini...

Tie: Berakhir chapter disini pertama sampai.... *dibolak-balik*

Ai-69: -_- ; Woi, Kuro mana?

Tie: Auk? Tadi ilang.

Kuro: Wah, udah selesai, to? *bangkit dari kubur*

Tie: *sweatdrop*

Ai-69: *sweatdrop* Yah, gitulah. Oya, maaf kalo Babysitter Mamori chapter pertama ini hasilnya gaje, ea. Saia bikin ini di sela-sela pembuatan lanjutan fic saia yang 'Blank' nih.

Kuro: Jiah, promosi...

Ai-69: Suka-suka... *sambil ngelap AK-47*

Kuro: Nyolong dari mana tuh? *batin* 'Waduh, perasaan gue gak enak, nih...'

Ai-69: Dari yang disonoh... *nunjuk Hiruma*

Kuro: *sweatdrop*

Tie: *ikutan sweatdrop*

Hiruma: KEMBALIKAN AK 47-KU, ANAK SI -

Ai-69: Inih, mas... *ngasihin AK-47 pake gaya kayak presiden waktu ngasihin bendera ke si pembawa bendera waktu upacara 17 Agustus-an di tipi-tipi*

Hiruma: Huh!! *nodongin AK-47 ke Ai*

Ai-69: *sweatdrop* Ampun, mas Akuma.

Hiruma: Cih! Kali ini kuampuni, tapi lain kali... *evil mode on - emang selalu on, kan?*

Ai-69: Tengkyu, mas Akuma... *sungkem* *ditabok*

Hiruma: Cih!! *keluar*

Kuro: .....

Ai-69: .......

Tie: Woy, woy, ayo ditutup, cepetan...

Ai-69: Oke, yah, mohon maaf atas segala kegajean diatas. Dan seperti biasa, saia persilahkan kepada anda semua untuk....

All except Ai: REVIEW!!!