A/N
Pagiii~ kembali lagi dengan Shinjuku Risa disini. Akhirnya kesampaian juga buat fic bertema 'maid dan majikan' seperti ini. Saya sudah membuat versi yang seperti ini di Pandora Hearts, tapi plotnya berbeda jauh. Disini ada OC, namanya Yuuji. Yuuji itu supir tua 50 tahun, dan akan di chap ini hanya muncul di satu-dua paragraf.

Ini fic terakhir yang akan saya buat tahun ini. Karena apa? SAYA AKAN HIATUS PANJANG! UYEEEE~ (?)
Tahun ini Shinju naik ke kelas 9. Dan tahu sendiri, kan..ada teror menanti di tahun 2012=UJIAN NEGARA

Fic ini Shinju persembahkan untuk rekan-rekan sesama author Vocaloid, diantaranya Hana Arny, Aichii-chan, Makenai Yuuki, Nia Kagamine, Khiiki, Rina Aria, Zaito Kurozaki, Nacchan Sakura, dan author-author Voca lainnya yang belum disebutkan karena saya lupa namanya (MAAF!)

Doakan semoga fic kali ini berhasil di-complete-kan. Soalnya saya belum pernah menyelesaikan satupun multichap hahahaha *SHOT

SHINJUKU RISA PRESENTS

Will be a Servant Of Pervert?

Vocaloid is owned by Crypton Future Media Inc.

.

.

.

BRUUUUMM!

Limousine hitam bernomor pelat 'KAGAMINE02' melaju kencang diatas karpet aspal hitam, menyalip mobil-mobil lainnya yang ikut melaju diatas jalan raya. Semua yang melihat pelat Limousine ini pasti akan tahu, bahwa didalam Limousine ini terdapat calon pewaris utama perusahaan buah pisang terbesar di dunia, Kagamine Inc.

'KAGAMINE02' sendiri mempunyai sebuah arti, yaitu penerus perusahaan Kagamine Inc. yang kedua.

.

Nah, mari kita tengok kedalam Limousine super mewah ini.

Limousine ini dikendarai oleh seorang supir paruh baya berumur 50 tahun yang bernama 'Yuuji'. Penghuni Kagamine Mansion biasa memanggil beliau dengan sebutan 'Pak Yuuji'.

Lalu, dibelakangnya duduk tokoh utama kita, sekaligus calon pewaris utama perusahaan Kagamine Inc.,Len Kagamine. Dan kebetulan, saat ini sang pewaris sedang membaca majalah playboy langganannya yang berjudul 'LEMONADE'.

Sedikit tentang Len, ia adalah anak tunggal dari pasangan direktur utama dan bendahara Kagamine Inc. yang produk buah pisangnya selalu laris di pasaran dunia.
Masa kecil dan masa sekarang Len memang tak terlalu bahagia, dikarenakan orangtua Len yang disibukkan dengan tugasnya sehingga jarang menengok anak tunggalnya sendiri.

.

Karena tumbuh sebagai anak tunggal yang hidup tanpa kasih sayang orangtuanya, Len menjadi anak yang 'nakal' ditengah-tengah kalangan konglomerat. Namun dibalik itu semua, Len sebenarnya adalah pemuda yang penuh ambisi dan penyayang, terutama kepada orang-orang yang dianggapnya berharga.

Dan disebelah Len duduk pemuda berambut biru tua yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri, sekaligus satu-satunya anak angkat keluarga Kagamine, Kagamine Kaito. Kaito hanya lebih tua 2 bulan dengan Len, namun inner-nya jauh lebih dewasa ketimbang Len.

Kaito adalah anak indigo. Ia bisa membaca segala tentang orang yang bertatapan mata dengannya. Mulai dari namanya, masa lalunya, pikirannya, bakatnya, masa depannya, bahkan kapan seseorang itu mati pun Kaito bisa membacanya.

Oleh karena itu, bagi orang-orang yang berotak mesum, lebih baik jangan dekat-dekat dengan Kaito kalau tidak mau pikiran kotor kalian terbaca olehnya.

Kemampuan yang Kaito miliki memang jarang dan tak biasa. Jika pihak luar mengetahui soal ini, bisa dipastikan mereka akan mengeksploitasi kemampuan Kaito habis-habisan, dan keluarga Kagamine tak ingin seorangpun anggota keluarganya menjadi bahan eksploitasi. Oleh karena itu, pihak keluarga Kagamine merahasiakan soal kemampuan Kaito baik-baik, agar pihak luar tak mengetahuinya.

"Tuan muda, sudah saatnya anda mencari pelayan pribadi yang baru. Nona Haku sudah terlalu tua untuk menjadi pelayan pribadi anda." ujar Pak Yuji yang sudah berbaik hati untuk memulai pembicaraan. Namun sayangnya, yang diajak bicara malah sibuk dengan majalah playboy-nya.

.

BATS!

.

Tak ada angin maupun hujan, Kaito mengambil paksa majalah playboy yang sedang dibaca Len. Membaca majalah playboy ketika orang tua sedang mengajak bicara, bukan perilaku yang baik, 'kan? Dan tugas Kaito adalah sebagai kakak adalah mengarahkan Len ke jalan yang benar. Oleh karena itu, pengambilan paksa majalah playboy barusan bukanlah tindakan yang salah.

"Len, setidaknya kau dengarkan kata-kata pak Yuuji!"

Len yang jengkel karena majalah playboy kesayangannya diambil paksa Kaito, hanya bisa melengos kesal dan melipat kedua tangannya didepan dada, tanda siap untuk diomeli lebih lanjut oleh kakak angkatnya yang sama sekali tak bisa diajak bercanda.

"Setidaknya kau harus memiliki standar untuk pelayan pribadi yang baru." Lanjut Kaito.
"Pelayan baruku harus cantik, pandai, pintar memasak, multitalenta, baik hati dan tidak sombong, dan yang terpenting adalah ia wanita. Tubuh yang seksi mungkin boleh ditambahkan juga sebagai kriteria." jawab Len apa adanya, tanpa raut antusias sedikitpun diwajahnya.

"Hei, Kaito! Kau jangan berlagak bodoh! Cepat katakan kepadaku, kapan aku akan menemukan pelayan seperti itu?" Tanya Len iseng, siapa tahu ia akan mendapatkan piring cantik.

Ralat, ini bukan iseng-iseng berhadiah.

"Hei, Kaito! Kau jangan berlagak bodoh! Cepat katakan kepadaku, kapan aku akan menemukan pelayan seperti itu?" Tanya Len iseng. Siapa tahu Kaito yang mempunyai kemampuan untuk membaca masa depan akan menjawab '5 menit lagi kau akan menemukannya'. Betapa senangnya Len jika ia akan benar-benar mendapatkan pelayan wanita serba bisa dalam waktu lima menit kedepan.

"TIDAK-AKAN-PERNAH." jawab Kaito dengan tekanan di setiap kata, lalu mengembalikan majalah playboy laknat yang sempat disitanya kepada Len.

Len tahu, mana mungkin ia mendapatkan pelayan serba sempurna macam itu? Ah, itu hanyalah mimpi yang bodoh.

..Tapi, namanya juga mimpi.
..suatu saat bisa terkabulkan, 'kan?


Musim semi. Musim ini memang sangat indah. Kehadirannya diiringi kuncup bunga yang masih mengatup, kehangatan yang samar, senyum sumringah dari semua orang, dan melodi kicauan burung yang memanjakan gendang telinga setiap orang yang mendengarnya, termasuk tokoh utama kita di serial kali ini, Rin Kagamine.

Rin melirik jam tangan Casio-nya sepintas. Ah, masih jam tujuh. Masih terlalu awal baginya untuk pergi ke sekolah. Jalan-jalan masih sepi, hanya ada satu-dua ibu rumah tangga yang berlalu lalang dengan membawa kantung belanjanya.

Dari pada duduk madesu di kelas sambil menunggu bel sekolah berdering, Rin memutuskan untuk pergi ke padang rumput yang menjadi tempat favoritnya untuk menyendiri. Sebenarnya bukan padang rumput, namun sebuah kuil tua yang mempunyai halaman rumput luas.

Menurut isu warga setempat, kuil tua ini berhantu. Oleh karena itu, tak ada seorangpun yang berani memasuki area kuil ini. Namun, Rin tak memperdulikan isu itu. Yang ia lihat adalah pemandangannya, bukan isu-nya.

Ia memasuki pagar kayu yang membatasi antara jalanan dan area kuil. Rin berlari diantara rimbunnya padang rumput, menikmati semilir angin musim semi. Ia berdiri di tengah-tengah padang rumput, merentangkan tangannya lebar-lebar, mengatupkan kedua kelopak matanya, dan menarik nafas dalam-dalam.

HATCHII!

Oh..terjadi sedikit kesalahan teknis pada sistem pernafasan Rin. Tak sengaja hidungnya menghirup serbuk bunga cherry blossom yang baru mekar belakangan ini.

Memang, di awal musim semi, serbuk cherry blossom tengah berterbangan diudara bebas, seiring dengan pertumbuhan bunga-bunga cherry blossom yang menjadi 'pabrik' dari serbuk-serbuk ini. Setidaknya, harus membawa sapu tangan atau tisu untuk menutupi hidung kalau tidak mau 'digelitik' oleh serbuk cherry blossom.

Rin menggosok hidungnya sesaat, agar rasa gatal yang menghinggapi hidungnya lekas hilang. Setelah dirasa rasa gatal yang menghinggapi kulit hidungnya hilang, Rin kembali ke 'posisi semula'. Tangan direntangkan lebar-lebar, mata yang dikatupkan, dan paru-paru yang menghirup udara.

Hmmmmmmhhh...(Suara Rin yang sedang menghirup udara)

Ya. Sejauh ini, ia bisa menikmati udara musim semi dengan tenang..tanpa gangguan sama sekali. Benarkah?

CUIT! CUIT!
CPROOOOTT!

"HYAAAA—!" Rin berteriak nyaring ketika cairan putih kental jatuh tepat di punggung tangannya. Cairan putih kental itu berasal dari langit. Mungkinkah cairan itu air liur sang bidadari yang sedang tertidur?

Bukan. Setelah di-zoom(?), maksudnya ditelusuri lebih jelas, ternyata cairan putih itu adalah kotoran burung. Ah..menjijikkan sekali.

Rin memandangi cairan putih yang menetes dari punggung tangannya. Perutnya bertambah mual ketika melihat setetes cairan putih itu terjatuh ke tanah.

Rin celingukan ke kanan dan ke kiri, berharap tak ada seorangpun yang melihat kejadian bodoh ini. Namun yang paling penting sekarang adalah, bagaimana caranya agar kotoran itu menghilang seketika tanpa menyisakan bekas, warna dan bau.

AIR! Inilah jalan keluarnya!

Namun percuma. Tak ada sumber air disini. Dan daun yang sebenarnya bisa dijadikan untuk alternatif pembersihan baru muncul pucuknya saja. Lebih gawatnya lagi, sapu tangan maupun tissue tak dibawanya. Mana mungkin Rin membersihkan kotoran itu dengan AIR liurnya sendiri?

Rin memutar otaknya, mencoba mencari tempat terdekat dimana ia bisa menemukan benda cair yang bening itu.

Kamar mandi.

Ya, dimana ada kamar mandi, pasti ada air, kan? Sudah kodrat bagi air untuk berada disana.
Sayangnya, disekitar lahan ini tidak ada perumahan atau toilet umum.

Ya, pertanyaan kedua adalah, dimanakah tempat dimana Rin bisa menemukan toilet?
Rin memutar otak untuk yang kedua kalinya, dan tanpa harus menunggu lama, otak encer Rin sudah menemukan jawabannya.

Sekolah.

Ya, dimana ada sekolah, pasti ada kamar mandi, kan? Sudah kodrat bagi kamar mandi untuk berada disana.
Sayangnya, Rin harus berlari menuju sekolahnya jika ingin kotoran itu lebih cepat menghilang.

Berlari bukanlah masalah untuk Rin. Tanpa ba bi bu lagi, gadis ini mengambil langkah seribu menuju sekolahnya, tak lupa Rin menutupi punggung tangannya yang terkena kotoran burung dengan telapak tangan agar tak seorangpun melihat punggung tangannya yang sedang dalam keadaan tidak suci a.k.a kotor.


SRAAAASSHH—!

"Aah.." Rin mendesah pelan menikmati derasnya kucuran air kran yang mengalir di kedua tangannya. Kini tangannya sudah 'suci' kembali. Beruntung Rin karena sekolah masih sepi, sehingga tak perlu terburu-buru untuk mencuci tangannya.

Suatu kebetulan Rin tidak sendirian di toilet wanita kali ini. Samar-samar ia mendengar suara beberapa siswi yang sedang asyik bergosip di dalam bilik toilet.
"Hei, kudengar anak pemilik perusahaan Kagamine sudah kembali dari studinya di Amerika, ya?"
"Iya. Katanya ia sangat tampan, lho. Kabarnya ia akan mulai bersekolah hari ini."
"BENARKAH? Suuugoooooii~!"

'Ck..masalah seperti itu saja diributkan. Dasar wanita..' batin Rin dalam hati.

KRIIIT!

Kedua siswi itu keluar dari bilik toilet secara bersamaan, meskipun bilik yang mereka masuki berbeda. "Eeh..itu—" ujar salah seorang siswi ketika melihat Rin yang sedang sibuk membersihkan tangannya di wastafel. Lutut mereka bergetar, melihat sosok Rin yang manis berada tepat didepan mereka.

Rin yang merasa disebut 'itu' menoleh ke arah dua siswi itu tanpa membalikkan tubuhnya, namun—

"KYAAAA—!"
Mereka malah berteriak ketakutan dan pergi..

Rin hanya geleng-geleng kepala. Yah..hal yang seperti ini sudah biasa. Siswi yang melihatnya, pasti akan berteriak ketakutan dan lari, atau jika terpaksa harus bercakap-cakap, lawan bicaranya tak mau menatap mata Rin.

Hei, apakah Rin semenakutkan itu?

Ya. Rin memang menakutkan. Dan ia menyadari itu.

Didalam sekolah, Rin adalah siswa yang suka menghukum orang yang melanggar peraturan, dengan cara fisik, tentunya. Ia tahu cara ini salah. Namun, kalau tak ditegasi secara fisik, maka kedisiplinan tak akan terbentuk. Meskipun sebenarnya ada cara lain untuk menegakkan kedisiplinan tanpa menggunakan fisik, namun..Rin bukan tipe yang bisa menegakkan kedisiplinan dengan cara preventif.

Rin keluar toilet dengan langkah lesu, selesu wajahnya.

HAHAHAHA! HAHAHA!

Suara tawa menggelegar sekumpulan laki-laki menggema dengan keras di sepanjang lorong menuju toilet. Rin mengerenyitkan dahinya. Selama tiga tahun bersekolah disini, ia tak pernah mendengar satupun siswa laki-laki yang tertawa seliar ini.

Namun, Rin hanya cuek dan terpaksa melewati lorong itu agar ia bisa menuju kelasnya.

Setelah lebih dekat, ternyata sekumpulan siswa ini tak hanya tertawa dengan liar, mereka juga merokok. Ini sudah masuk pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
Pada awalnya Rin memang ingin menghajar mereka, namun kali ini ia mencoba untuk tidak menghukum mereka secara fisik. Sesekali, biarlah pihak sekolah yang memberi sanksi kepada mereka.

"Hei, hei, kau pentolan SMA ini, ya?"

Mata Rin terbelalak. Salah seorang dari kumpulan murid yang melanggar aturan itu menyebutnya 'Pentolan'. Benar-benar sebutan yang tidak pantas ditujukan untuk Rin.
"Huh? Pentolan? Jangan bercanda. Tak ada istilah seperti itu disekolah kami. Kau pasti salah orang." Elak Rin.

Rin menatap tajam pada mereka berempat. Seragam yang mereka pakai memang seragam Crypton School, namun pemakaian dasi mereka salah. Dasi sekolah Crypton School memang bersimpul tidak biasa dan berbeda dengan sekolah lainnya. Dan hanya siswa Crypton School yang mengetahui tekhnik membuat simpul dasi seperti itu. Rin mulai curiga dengan keempat siswa ini.

"Sayang sekali. Padahal kami dari SMA Hotaru sudah jauh-jauh datang kemari untuk bertemu dengannya."

'Mereka penyusup!' Benar dugaan Rin. Keempat laki-laki mencurigakan ini rupanya bukanlah anggota murid Crypton School. Mereka berasal dari SMA Hotaru, sekolah menengah atas dengan standar menengah kebawah. Bagaimana mungkin murid-murid ini dapat memasuki dengan leluasa area Crypton school yang djaga sangat ketat?

"Ah, tapi kau manis juga, ya. Bagaimana kalau kita bermain-main sebentar, gadis manis?"
Dengan lancang, tangan kiri seorang siswa menyolek dagu Rin, seolah-olah Rin adalah wanita murahan yang mudah digoda kaum adam.

DUUUAGH!

Ya. Rin menendang dengan kekuatan penuh kemaluan siswa nakal yang berani-beraninya memegang dagu Rin, yang secara tak sengaja berarti mengajak untuk berbuat hal-hal yang berbau 'seks'.

"JANGAN MENYENTUHKU!" teriak Rin. Ini pelecehan, pikirnya. Dan siapapun yang melecehkannya berhak mendapatkan hukuman fisik darinya.
"Ternyata benar. Dialah orang yang kita cari!" ucap ketiga temannya yang sedang beruntung –tidak dihajar Rin— secara bersamaan. Yang dianiaya meringis kesakitan, lalu mencoba untuk bangkit. Namun, sebelum ia berhasil bangkit seluruhnya tiba-tiba—

PLAAAK!

Serangan gelombang kedua, tamparan. Ya, tamparan seperti itu memang pantas untuk laki-laki nakal nan mesum. "A-ampuun..!" erang sang korban sambil mengusap-usap bercak merah berbentuk tangan yang tercetak di pipi kanannya. Sayangnya, saat ini kata 'ampun' tak bisa menembus kedua telinga Rin yang sedang devil in mode.

BUUUGHH!

Rin memukul dari bawah dagu sang korban, dan rupanya berhasil membuat darah mengucur perlahan dari salah satu lubang hidung korban. Sungguh ironis. "KAU DAN KETIGA TEMANMU HANYA PENYUSUP, KAN?" bentak Rin, tak lupa dengan adegan tarik-menarik kerah. Ketiga temannya yang tak tahan melihat kejadian ini pun berlari tunggang-langgang meninggalkan Rin dan temannya di lorong.

"Ka-kami hanya—"

.

PROK..PROK..PROK..

Rin hendak melancarkan serangan keempat, namun gema suara sebuah tepukan tangan yang menyambangi gendang telinga Rin menghentikan aksinya sesaat. Ia arahkan irisnya ke asal suara, tanpa menggerakkan kepalanya.

"Wah..wah..perkelahian yang SANGAT menarik."

Pemuda berpostur tubuh rata-rata, rambut pirang yang diikat seperti ekor kambing, sepasang iris azure yang terbingkai dalam kelopak matanya, dan wajah yang berukir senyum sinis kini memenuhi ruang penglihatan Rin. Ia melihat dasi yang dikenakan pemuda itu. Dasi dengan jahitan berbentuk bintang emas yang jumlahnya hanya satu buah. Menandakan bahwa pemuda itu masih kelas 1 SMA.

"Ada apa? Mengapa diam? Lanjutkan perkelahiannya! Aku belum puas!" perintahnya. Lagi-lagi, senyum sinis yang menyebalkan menyertai ucapan sang pemuda tersebut.

"Dasar bodoh. Pertengkaran seperti ini bukan untuk ditonton, Len. Dan bersikaplah sedikit lebih sopan didepan kakak kelasmu sendiri." Ujar pemuda berambut biru yang berjalan menyertai si pirang. Pemuda yang satu ini kelihatannya jauh lebih sopan ketimbang temannya, si pirang Len.

Pemuda pemilik senyum sinis itu hanya mengiyakan perkataan temannya, lalu melangkah mendekati Rin, dengan senyum sinis yang belum menghilang dari wajahnya.

"Aah..jarang sekali ada wanita pemberani sepertimu. Aku kagum." Ujarnya sambil menatap tubuh Rin dari atas kebawah layaknya seorang pemahat yang menatap patung hasil karyanya. Rin yang merasa risih diperhatikan seperti itu melangkah sedikit untuk menjauh.

"Ya. Wanita pemberani sepertimu cocok untuk menjadi Bodyguard pribadi, lho.." sahut teman si pirang sambil tersenyum jahil.

'Si-sialan..ternyata dia sama menyebalkannya dengan si pirang itu.' batin Rin. Oh Kaito, image-mu dimata Rin sudah memburuk sekarang.

"KATA-KATA YANG BAGUS, KAITO! Hei kau, maukah kau menjadi bodyguard pribadiku?"

Hah? Bodyguard?
Ya. Bodyguard. 9 huruf itu tiba-tiba terlontar dari mulut si pirang. 9 huruf yang berarti seseorang dengan otot yang besar, memakai T-shirt hitam sempit plus kacamata hitam. Dan seseorang yang mengekori tuannya kemana saja.

Apakah Rin cocok dengan penampilan seperti itu?

"TIDAK." jawab Rin lantang. Penawaran yang sungguh bodoh dan pantas untuk ditolak. Mana ada gadis yang mau mengambil pekerjaan kasar macam itu?

"Ayolaaaah..kau sangat kuat, nona. Dibalik tubuhmu yang indah itu, tersembunyi sosok Wonderwoman yang kuat!" Rayu Len dengan wajah 'neko'-nya.

Jika kini Len sedang sibuk merayu dengan neko face, Kaito kini sedang sibuk menatap dalam-dalam sepasang iris biru Rin. Sesaat, Rin dan Kaito saling bertatapan, namun belum sampai tiga detik mereka bertatapan, Rin sudah membuang muka. Semua bisa menebak apa yang sedang Kaito lakukan, kan?

Kaito menepuk bahu sahabatnya, lalu membisikkan sesuatu di telinga kiri Len.
"Len, jangan kau jadikan ia bodyguardmu. Kuberitahu, ya. Kau tak akan pernah menyesal mengangkat gadis ini untuk menjadi pelayan pribadimu. Aku sudah 'membaca' semua tentangnya." Bisik Kaito.

Oh, pantas saja Kaito menatap kedua mata Rin. Rupanya, ia ingin mengetahui lebih banyak tentang seluk beluk si nona pemberani ini.

Len mengangguk mengerti. Pintar juga temannya yang satu ini.

"Kutarik kata-kataku. Bagaimana kalau kau menjadi pelayan pribadiku?" tawar Len untuk yang kedua kalinya.

Lagi, Rin memberi sinyal penolakan dengan mengerenyitkan dahinya, dan Len bisa menangkap sinyal penolakan itu. Namun, menyerah dan pesimis tak ada dalam kamus hidup Len. Ia yakin Rin adalah gadis yang cocok untuk menjadi pelayannya, karena Kaito pun sudah menjaminnya.

"Kau akan kubayar lima kali lipat lebih besar dari pelayan-pelayanku yang lainnya! Dan kau akan memakai seragam pelayan yang berenda dan anggun itu. Tertarik?" Rayu Len.

Rin terdiam sesaat, sementara Len yang sudah ke-geeran berteriak dalam hati 'Jawablah iya! Jawablah iya!'.

"Rendah sekali pekerjaan yang kau tawarkan, bocah." Ujar Rin yang berlalu meninggalkan mereka berdua. Len yang gagal merayu Rin memasang wajah kecewa, namun berkas-berkas semangat untuk mendapatkan pelayan seperti Rin belum pupus dari hatinya.

"Kau akan mendapatkan pelayan seperti dia. Tenanglah." hibur Kaito.

Len tersenyum dengan penuh ambisi. Ia yakin semua yang dikatakan Kaito benar, karena Kaito pasti sudah membaca hal yang akan terjadi selanjutnya pada Len.

"Kau benar. Apa yang KUINGINKAN pasti KUDAPATKAN! Bersiaplah, nona pemberani!" Seru Len dengan wajah yang berbinar-binar, sementara Kaito hanya tersenyum kecut melihat perlakuan sahabatnya ini.

"Namanya Rin Kagamina, bukan 'nona pemberani'." Tukas Kaito sambil melangkah menuju kelasnya, tak lupa dengan Len yang mengekor dibelakangnya.

.

TBC..

Apakah yang akan Len lakukan untuk mendapat pelayan impiannya itu?
Mengapa Len sangat ambisius untuk menjadikan Rin sebagai pelayannya?
Dan apa sajakah yang Kaito 'baca' di dalam diri Rin?

TUNE IN NEXT CHAPTER IN 2 WEEKS HOLIDAY!


YAAAAAHHHI~ akhirnya satu chap selesai. FYI, judul fic ini akan berubah di ch3. Dan maaf banget, bagian akhir chap ini berantakan T^T

Sifat pervert Len nggak begitu keliatan di chap ini? Ya memang belum. Ini baru permulaan, inti cerita 100 persen belum kelihatan.

Butuh waktu sekitar dua minggu untuk buat chap ini. Yah..cukup menguras waktu dan tenaga ^^

Oleh karena itu, jika reviewnya lebih dari 6 cerita ini akan saya lanjutkan XD

.

Review, minna? *nekoface