THE LAST SCENE
Plum Peach
Sasuke dan Naruto. Dua 'main character' dari seri film terlaris seorang mangaka terkenal Masashi Kishimoto–sensei yang akan ditamatkan dua chapter lagi! Memulai syuting adegan terakhir mereka, di panggung terakhir… / Lalu, di akhir cerita…? /BAD_SUMMARY&STORY_ALWAYS!/ Pairing: Always_SasuNaru
…
[1st Chapter :: FORGET–ME–NOT, DOBE!]
Semua akan berakhir beberapa minggu lagi. Kisah ini. Cerita bersama orang–orang yang kita sayangi ini. Ketika setting untuk cerita terakhir telah ditentukan, semuanya akan berakhir. Tapi semua ingatan tentang waktu yang telah kita lalui bersama tidak akan ikut "berakhir", bukan?
"Hn. Aku akan menanti mu. Di 'panggung' terakhir kita."
.
.
[The Final Valley :: H–10]
"Yak! Terimakasih atas kerjasamanya selama ini!"
Suara sang sutradara terdengar keras, menutup sesi syuting hari itu, membuat seluruh staff dan pemeran utama bersorak seketika. Para staff terlihat sibuk dengan kegiatannya masing–masing, mulai berbaur dengan para kru yang lain setelah lebih dari lima jam melanjutkan syuting babak terakhir untuk hari ini. Beberapa staff diantaranya bahkan sangat sibuk membereskan peralatan syuting dan property serta membantu para actor dan aktris mereka untuk berkemas, pulang.
.
"Untuk yang terakhir nanti, mohon bantuannya juga, kalian berdua! Naruto, Sasuke!" Kali ini suara sang sutradara terdengar lebih santai, namun tetap tegas, tampak menepuk sekilas pundak seorang pemuda bersurai pirang yang tampaknya masih bisa tersenyum sumringah, walaupun dia baru saja menyelesaikan adegan terakhir tadi dengan susah payah. Yaa.. karena dialah pemeran utamanya film ini, Uzumaki Naruto.
"Yosh!" balas sang blonde, semangat, sedikit mengalihkan pandangannya ke arah lawan bermain perannya kali ini, seorang pemuda raven yang tampaknya hanya bergumam kecil, sedang berdiri angkuh di sebelahnya. Yaa.. Siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke?
"Hn." balas sang raven pada sang Sutradara akhirnya, singkat, mengingat peringai pemuda itu yang sangat menghayati perannya sekarang ini, sehingga dirinya selalu saja mengeluarkan 'trademark' andalan peran yang dimainkannya itu, –—benar–benar pemeran Uchiha Sasuke–sama sejati!
"Yak! Kalau begitu aku akan pergi untuk menyapa yang lainnya dulu. Kalian berdua, baik–baiklah!"
"Hai'i~" balas pemuda pirang itu, disusul dengan ucapan singkat sang raven yang hanya mengeluarkan kata "Hn"nya lagi, mengiringi kepergian sang Sutradara yang agaknya sudah cukup berumur itu, berjalan pelan menuju kerumunan para pemeran utama lain yang berada agak jauh dari mereka.
.
'Hmm… hitung – hitung 'gaji' setelah pensiun dari pengerjaan film "Naruto Shippuden" ini bisa untuk hidup tujuh turunan lagi! Hahaha…'–—batin sang sutradara, dalam hati, tanpa bisa diterka oleh siapapun selain dua pemuda yang tampak ber–speechless ria di belakangnya saat itu.
"Anda mudah sekali di tebak, Sutradara–san…" gumam keduanya, sweatdropped.
.
Kedua pemuda berbeda itupun tampak saling bertukar pandang sejenak, terdiam, mengalihkan perhatian dari suara orang–orang yang berkerumun di sekitar mereka, sebelum akhirnya Naruto tampak tersenyum ke arah Sasuke sampai manik sapphire miliknya terlihat menyipit, hingga membuat sang raven benar–benar terdiam menatapnya.
"Tinggal dua hari lagi! Jadi mohon bantuannya, yaa, Sasu—–"
"Kyaaa~ Sasuke–kun! Aktingmu tadi benar–benar hebat~" suara yang dibuat–buat terkesan "manis" terdengar dari sosok seorang gadis berambut merah muda yang seenak jidat lebarnya tiba–tiba menyerobot ucapan sang blonde yang mulai terlihat kebingungan. Seketika gadis itu mendekati sosok tegap seorang Uchiha Sasuke yang tampaknya juga heran dengan kedatangannya.
"HEI! Jangan menyerobot kau, Haruno Sakura!" Kali ini teriakan dari seorang gadis berambut merah yang tampak garang dengan cepatnya menyelinap diantara sang raven dan gadis yang dipanggilnya 'Sakura' itu, seketika mengambil alih dengan menggandeng tangan kiri sang Uchiha.
"YAK! KALIAN BERDUA CURANG~!"
Gadis–gadis lainnya tampak menyusul, bahkan diantaranya berasal dari kalangan staff perempuan yang meng–handle bagian make–up artist, muncul entah darimana dan mulai membuat ulah diantara satu dengan lainnya hanya untuk berebut mendampingi Sasuke ke ruang ganti, sedangkan Sang Uchiha sendiri? Dia hanya bisa terdiam pasrah ditarik ke sana–sini oleh para gadis brutal itu.
.
"E–eto? Kalian semua ini datangnya dariman—–"
"BERISIK KAU! NARUTO!"
"EEH…?" Sang blonde yang hanya ingin bertanya karena penasaran tampaknya berhasil terpukul telak, begitu melihat betapa 'ganas'nya gadis–gadis yang sekarang bertengkar di depannya itu, bagaikan siap menghajar dirinya hingga babak belur. Welp.
'Tidak. Tidak! Cukup Kaa–chan dan Kyuu–nii saja yang memberiku tatapan mengerikan itu! Hiii~!' batin pemuda bersurai pirang itu, horror, sebelum berlari menjauh dari gadis–gadis 'predator' itu, meninggalkan sang raven seorang diri dengan beberapa perempatan imaginer di pelipisnya.
"Go–Gomen, nee? Aku pergi ke ruang ganti duluan, ya, Teme?!" ucapnya, gugup, begitu mendapati tatapan tajam yang juga berasal dari pemuda Uchiha di seberang.
"Hn? Apa maksud mu, Dobe? Yak! Oi! Awas kau—–!"
"NARUTO!" –—dan amukan Susano'o dari seorang Uchiha Sasuke pun akhirnya tak terelakkan lagi, berhasil menghancurkan sebagian setting yang sebenarnya masih akan digunakan untuk esok hari.
.
"…"
"…"
Atmosfir di sekitar sang raven berubah drastis, hening, menyisakan seorang Sasuke yang menjadi pusat perhatian dari beberapa pasang mata yang menatap cengo ke arahnya,
"YAK! UCHIHA SASUKE! GAJI MU BULAN INI DIPOTONG TIGA–PEREMPATNYA SEBAGAI GANTI SELURUH KERUSAKAN PROPERTY HARI INI~!"
"Tck! Terserah."
–—dan teriakan sang sutradara dari balik kerumunan lah yang memecahkan keheningan di tempat itu, membuat Sasuke semakin illfeel begitu mendengarnya. Puahaha! Poor Baka Teme~
.
.
Plum Peach
Itcha Meguri S.A. Honokaa Sagami
Present
A SasuNaru Fanfiction for Naruto Birthday's
THE LAST SCENE
Disclaimer: NARUTO (manga/anime/chara) ©Masashi Kishimoto–sensei
Genre: Drama, Friendship(?), Humor!Garing, Romance!Picisan and other…
Rating: T
Pairing: Always_SasuNaru4ever
––– WARNING –––
Summary yang kagak nyambung dengan cerita yang tidak jelas, Shonen-ai or Yaoi kah? (Slash! Pokoknya Boys love! Yay!), AU, OC plus OOC, Semi!CANON(?), Kosa-kata absurd(?!), Typo(s) bergentayangan? and OTHER WARN because this is my 8th fiction~
Cerita ini hanya berisikan kosa kata absurd penulis yang memang ndak punya ide menarik dan berakhir dengan kebingungan mau buat apalagi selain cerita ndak mutu seperti ini karena penulis terlalu suka menggunakan EYD+2P (Ejaan Yang Diinginkan+Pemikiran ala Penulis) yang baik dan benar~
Satu lagi fic absurd dari seorang Itcha Meguri yang benar–benar galau karena cerita NARUTO akan tamat minggu depan #hiks.
––– WARNING –––
NOT LIKE MY STORY? PLEASE DON'T READ FOR SAFETY~
BUT "THANKS" TO ALL OF YOU THAT WANNA READ AND LIKE THIS STORY
PLEASE DON'T BLAME THE CHARA/ PAIRING/ OTHER IN ORIGINAL MANGA 'CAUSE THIS WORST FIC OF MINE ^_^
…
WASURENAGUSA, DOBE!
Walaupun waktu untuk berpisah hanya tinggal sejentikan jari.
Tapi waktu yang kita lalui bersama lebih lama dari ini.
Hei, aku akan selalu bersama mu.
Di sini. Takkan pernah [pergi] jauh dari mu.
…
.
.
Semilir angin senja tanpa terasa menerpa kulit tan seorang pemuda bersurai pirang yang tampaknya tak bergeming sedikitpun dari posisinya, duduk terdiam di atas salah satu patung yang telah diukir sedemikian rupa di kedua tepi tebing air terjun di Lembah Akhir; menggambarkan dua karakter yang cukup penting dalam cerita masa lalu di main story film yang sedang diperankan olehnya saat ini, —Senju Hashirama dan Uchiha Madara.
Kedua manik sapphire miliknya tampak memandang jauh, entah mengapa, hingga terasa ikut mendukung pikirannya yang sedang melayang entah kemana.
.
"Hmph… Ku kira kau tak akan datang—–" suara baritone khas terdengar memecah kesunyian dari balik rimbunnya pepohonan yang diterpa cahaya jingga matahari sore hari itu, membuat sang pemuda seketika berbalik menatap ke arah belakangnya, sebelum tersenyum, manis.
"Seharusnya itu kalimat ku—–" balasnya, pelan, tampak mulai beranjak dari posisi duduknya dan mensejajarkan diri dengan pemuda bersurai raven di seberangnya.
"Sasuke / Naruto." –—ucap keduanya, menyapa bersamaan dengan ekspresi yang sulit diartikan.
.
[The Final Valley]
Kedua pemuda berbeda itu tampak duduk bersebelahan, termenung, tanpa ada satupun yang terkesan ingin menghilangkan kesunyian di antara mereka. Naruto masih menatap jauh, mengulang hal yang sama seperti yang dilakukannya tadi, membuat pemuda raven di sebelahnya hanya bisa terdiam, menatapnya.
"Sekarang aku sudah di sini sesuai keinginan mu. Jadi, apa tidak ada yang ingin kau katakan, Teme?" suara Naruto terdengar, sejenak terbawa angin yang berhembus melewati keduanya. Pemuda bersurai pirang itu tampak tak berpaling sedikitpun, enggan, walaupun hanya sekedar untuk menatap balik Sasuke yang terlihat sedikit terkejut di sebelahnya.
"Hn. tidak seperti biasanya kau begitu ingin tahu, Dobe."
"Apa itu masalah untuk mu, Teme? Aku baru saja menyelesaikan syuting terpanjang yang tidak akan pernah kita lakukan lagi setelah ini dan kau tiba–tiba meminta ku untuk menemuimu setelahnya! Aku sangat lelah, kau tahu?" protes Naruto, cepat, sedikit mengembungkan pipinya, bersamaan dengan kedua tangan terlipat di depannya, "Kau menyebalkan seperti biasanya, Sasuke!" tambahnya lagi, merenggut.
"Hmph—– Kalau aku sebegitu menyebalkannya, kenapa kau tetap mau datang untukku, hm?" Balasan dari Sasuke terkesan menggoda, sedikit tersenyum usil ke arah pemuda bermata sapphire yang kini mendadak menatap tajam ke arahnya.
"Ba—Baka! Tentu itu—Itu—Wa–Walaupun kau menyebalkan, kau itu tetaplah orang yang sangat penting bagiku." Ucapan polos dari pemuda manis di hadapannya itu sedikitnya membuat sang raven terdiam, seketika menahan seulas senyuman tipis yang entah mengapa sangat sulit untuk dia sembunyikan jika sedang berada bersama pemuda di depannya seperti sekarang ini.
–—Sasuke benar–benar tersenyum tulus.
.
Suasana hening kembali menghinggapi kedua pemuda yang tanpa sengaja masih saling bertatapan itu. Terdiam, tanpa kata–kata yang terucap untuk satu sama lainnya, sebelum salah seorang diantaranya menghela nafas, dalam, kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain, jauh ke hutan sana.
"Kau—– Kau benar–benar akan pergi setelah semua ini selesai, Sasuke?" lagi, pemuda bersurai pirang itu tampak menatap ke arah lain, bukan padanya, membuat senyuman yang sempat terukir di bibir pucat Sasuke menghilang seketika karenanya.
"Apa maksudmu, Naruto?" nada tidak suka terdengar jelas dari kalimat yang baru saja terlontar dari Sasuke, sedikit mengepalkan tangannya hanya untuk menetralisir perasaan gelisah yang melingkupi hatinya. Jangan bilang kau tau—–
"Maksudku—– ku dengar kau akan langsung pergi ke London setelah take terakhir selesai, ya?" ucapan Naruto terdengar jelas –—bergetar, membuatnya semakin berusaha untuk menahan sesuatu yang entah mengapa terasa menghalangi pengelihatannya, yang tanpa disadarinya telah membuat bias cerah pada manik sapphire yang sangat disukai pemuda raven di sebelahnya itu meredup, sirna.
"Usuratonkachi."
"Sasuke—–"
Naruto tampak tidak terima, langsung menggeram marah karena balasan Sasuke. Seketika pemuda itu menarik kerah baju sang raven, kasar, namun masih dengan tatapan yang sangat sulit untuk dimengerti bahkan oleh sang Uchiha sekalipun, sendu.
"Ya. Aku akan pergi, Naruto."
Satu ucapan dari Sasuke, stoic, berganti mengalihkan pandangannya dari sang blonde yang tersentak karenanya. Seketika cengkraman pada kerah Sasuke melonggar, ketika Naruto melepaskannya, langsung menunduk dalam diam tanpa satu kata pun yang terucap darinya.
"…"
"Naruto?" Satu tangan terulur, mencoba meraih sosok pemuda bersurai pirang yang tampak menunduk dalam di hadapannya, sebelum akhirnya sosok itu berdalih dan menepis tangannya, pelan.
"Aa—– A–Arigatou, untuk semuanya selama ini…" ucap sang blonde, terbata, seketika tangan berbalut kulit tan alami itu tertahan, tampak masih bergetar setelah menepis tangan pemuda di hadapannya itu, "–—dan tadi, maaf, aku sudah bertindak kasar padamu." Kali ini suaranya terdengar pelan, setengah berbisik, sebelum akhirnya pemuda itu berbalik dan, "Ja–Jaa ne!"
–—menjauh.
.
Lagi dan lagi.
Naruto tampak mulai menjauh darinya.
Tanpa dirinya sempat mengucapkan satu kata pun pada pemuda bersurai pirang itu
–—pada seorang yang begitu disayanginya itu.
.
.
.
To be Continued, –—maybe?
"Arigatō Gozaimasu!" for reading –—and still, "Mind to review, minna–san?" ^o^
