Not The Heirs, Just Prince Jongin

Jongin X Sehun

Romance

PG-15

Oneshoot

Penokohan hampir sama dengan fic KaiHun – Love (?) yang kemarin saya keluarkan. Tapi alurnya dijamin berbeda!

Kenapa saya mempostingfanfic baru lagi? T_T

It's must be HanHun in the beginning. But, my KaiHun feels drowned HanHun away...

...

...

...

"Dia datang setiap selasa, kamis, dan sabtu. Terkadang di hari minggu bersama seorang pria borju yang tampan."

"Tapi kabarnya dia bukan orang baik-baik. Buktinya, di setiap minggu dia pergi dengan pria yang berbeda."

"Karena orang lain bukan Tuhan yang menakdirkan kita untuk bersama."

...

...

...

Kim Jongin adalah tipe manusia yang akan kau jumpai dengan perbandingan satu berbanding satu milyar orang di dunia ini. Terlahir dari keluarga aristokrat, dia mewarisi harta kekayaan yang melimpah beserta nama baik keluarga yang sudah disetarakan dengan para pewaris tahta kerajaan lama. Memiliki IQ 156, maka dengan empat angka lagi dia bisa menyamai si not genius, simply curious, Albert Einstein. Seakan belum cukup dengan segala kesempurnaan itu, Tuhan memberkatinya dengan paras rupawan bak aprodhite dalam sosok male God yang begitu mempesona.

Dia charismatic, terbukti dari setiap pasang mata yang tiba-tiba terfokus padanya hanya dengan satu langkah tegapnya. Dia good, terbukti dari keramahan yang diberikannya kepada siapa saja tanpa memandang status sosial orang itu. Dia athletic, terbukti dari banyaknya medali emas yang terpajang dengan rapi di setiap pojok ruang kerjanya di rumah. Dia Workaholic, terbukti dari cepatnya dia merangkak ke posisi CEO di usianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun, dan... dia SINGLE karena, dia ternyata adalah *commitment issue. (sifat untuk takut terlibat dalam sebuah hubungan.)

Banyak kolega keluarganya menanyakan kapan Jongin akan mengakhiri status singlenya, mereka tentu sangat berharap bahwa salah satu dari mereka, yang tentu saja berasal dari kelas sosial yang sama, dapat menjadi yang terberuntung untuk hal tersebut. Puluhan perempuan atau laki-laki muda, dengan intelek yang setara dengan Jongin didatangkan oleh orangtuanya guna membujuk Jongin untuk akhirnya memilih satu dan dijadikan sebagai pendamping untuk selamanya. Namun, ketika perjodohan pertama dilakukan, orangtua Jongin sudah menyerah dengan commitment issue milik Jongin. Orang dengan commitment issue, sederhananya akan sulit untuk memasukan diri mereka kedalam sebuah ikatan hubungan, dan yang lebih parah, terkadang seorang commitment issue mebawa trait bawaannya yaitu, hate children.

"Undangan dari siapa lagi?"Jongin menengok ke arah Jongdae yang kini masuk ke ruangannya sambil membawa sebuah undangan dengan bentuk daun mapple yang indah.

"Ini dari Joonmyeon hyung,"jawab Jongdae singkat.

"Huh? Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?"Jongin mengernyitkan alisnya di balik kacamata minusnya. Jongdae mendengus kasar kemudian meletakan undangan itu di atas meja Jongin. Undangan itu kini menumpuk dengan lima undangan lain yang telah diterima lebih dulu.

"Aku sudah memberitahumu minggu lalu, saat kita di Macau,"jawab Jongdae kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi tamu Jongin dengan seenaknya. Well, ini istirahat, dan berarti posisinya sebagai sekretaris juga harus beristirahat.

"Oh yeah? Maaf, aku lupa. Dan... apa dia menikah dengan si Tionghoa Yifan itu?"tanya Jongin lagi. jongdae tertawa pelan mendengar sebutan aneh dari Jongin untuk calon kakak iparnya.

"Ya, siapa lagi yang mau dengan drama queen seperti Joonmyeon,"kata Jongdae cepat.

"Yeah, semoga mereka bahagia,"Jongin meletakan undangan pernikahan itu setelah sebelumnya mengamatinya sedikit.

"Joonmyeon juga pasti berharap kau akan berbahagia,"Jongdae mulai mengerti dengan perubahan aura Jongin, sepertinya.

"Kau sudah melupakan Joonmyeon hyung kan? Kalian putus dengan baik-baik, maka dari itu Joonmyeon hyung masih mendoakanmu yang terbaik,"kata Jongdae.

"Hm... I guest..."

"Tapi Jongin, seriously... kau juga harus menemukan seseorang dengan segera,"seru Jongdae tiba-tiba.

"Aku belum siap jika akhirnya akan seperti dengan Joonmyeon hyung,"gumam Jongin namun masih bisa ditangkap dengan baik oleh Joonmyon.

"Tidak Jongin. Kali ini dengan serius, kau harus menemukan yang berbeda. Yang lain dari mantan-mantanmu sebelumnya. Yang bisa membuatmu paling tidak bertahan selama satu bulan,"kata Jongdae meyakinkan.

"Joonmyeon hyung hampir dua bulan denganku,"kata Jongin.

"Mck... tidak! Tidak! Bukan yang seperti Joonmyeon hyung. Tapi seseorang yang bisa menerobos sisi commitment issue mu,"jelas Jongdae lagi.

"Untuk apa aku menemukan orang yang seperti itu?"tanya Jongin heran.

"Tentu saja untuk kau nikahi, kau sudah dua puluh tujuh tahun. Dan... tolong berpikir dari sisi wajah keluargamu, seorang aristokrat sepertimu seharusnya sudah tidak lajang ketika umurnya sudah dua puluh tahun. kau tau? Kau sudah terlambat tujuh tahun Jongin!"Jongdae menjelaskan dengan berapi-api. Jongin memandanganya kesal, sahabatnya memang terlalu bersemangat jika ini sudah menyangkut soal jodoh.

"Maaf, itu tidak berlaku untukku! Lagipula... kenapa kau selalu yang paling bersemangat tentang perjodohanku?"tanya Jongin penasaran.

"Well, karena aku sudah berencana untuk menikah dengan Yixing dan kau pernah berkata bahwa, berani kau menikah lebih dulu dari diriku, maka kau bukan temanku!"kata Jongdae.

"Benar kan? Benar kau pernah berkata seperti itu kan? Jadi tolong temukan seseorang dengan segera karena... bayi di perut Yixing tidak bisa menunggu untuk ayahnya segera menikahi ibunya,"Jongdae kemudian berjalan ke arah pintu masuk.

"Jongdae kau...? Jangan bilang kau menghamilinya?"geram Jongin tidak percaya.

"Sayangnya aku harus mengatakan demikian itu,"Jongdae menunjukan smirk menggodanya kepada Jongin. Sedangkan Jongin masih sedikit tidak percaya dengan ucapan sahabatnya.

...

...

...

Bulan April adalah bulan untuk musim semi, suhu udara yang naik menghangatkan bumi dan membuat bunga-bunga mekar untuk pertama kalinya di tahun yang baru. Salah satunya adalah sakura, bunga dengan petal berwarna merah muda itu akan mekar dengan indahnya, membuat tema romantis menjadi wallpaper kota yang hangat. Musim semi memang menakjubkan, namun bagi Jongin musim semi kali ini lebih menakjubkan dari tahun-tahu sebelumnya. Karena... di musim ini dia merasa bahwa dia telah menemukan orang yang dimaksud oleh Jongdae, orang yang rupanya lebih menakjubkan dari pada musim semi, dan senyumannya mengembang triliunan kali lebih indah dari mahkota-mahkota pastel sakura. Orang yang mungkin seharusnya menjadi warna ungu dalam hidup Jongin. Warna pelangi terakhir yang akan melengkapi hidupnya dengan sesuatu bernama 'Cinta'.

"Kau selalu memperhatikan orang itu?"Jongdae membuka pembicaraannya di siang yang hangat itu.

"Yah... tidak juga,"Jongin mengelak kemudian menyeruput espresso panasnya.

"Sudah tiga minggu bukan?"kali ini si coffe maker, Kim Minseok yang menyela. Kebetulah orang itu adalah pemilik Caffe langganan Jongin ini.

"Hmm... aku rasa,"Jongin menundukan wajahnya.

"Namanya Sehun,"kata Minseok, matanya menerawang jauh ke arah objek pembicaraan.

"Dia sangat manis,"gumam Jongin pelan, Jongdae tersenyum begitu mendapati rona kemerahan di kedua pipi sahabatnya.

"Dia datang setiap selasa, kamis, dan sabtu. Terkadang di hari minggu bersama seorang pria borju yang tampan,"Minseok menjelaskan. Kini pandangan Jongin beralih ke arah Minseok. Menatapnya serius seakan penjelasan itu adalah informasi yang sangat penting untuknya.

"Tapi kabarnya dia bukan orang baik-baik. Buktinya, di setiap minggu dia pergi dengan pria yang berbeda,"Minseok menambahkan. Jongin terdiam dengan cepat.

...

...

...

Setiap hari minggu pagi, Jongin akan pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanannya, dia adalah single yang hidup sendiri jadi, yah... dia harus melakukan semuanya sendiri. Kali ini dia datang lebih pagi mengingat sore harinya dia harus menghadiri pernikahan Joonmyeon dan Yifan. Dengan pakaian casualnya dia sudah menarik satu troli di bagian sayuran dan buah-buahan. Untuk ukuran eksmud, mungkin Jongin bisa dikatakan sangat mahir untuk urusan yang satu ini.

"Itu sudah tidak segar,"Jongin tersentak saat tiba-tiba seseorang berbicara kepadanya. Dengan cepat dia menengokan kepalanya ke arah sumber suara itu. Dan ternyata orang itu adalah Sehun, laki-laki yang sudah digilainya semenjak tiga minggu belakangan.

"Ah... benarkah?"Jongin segera meletakkan apel yang dipegangnya ke tempat asalnya. Kembali menatap Sehun kemudian tersenyum.

"Kau juga mau membeli apel?"tanya Jongin basa-basi. Sehun menatap ke arah Jongin kemudian tersenyum, membuat mata sabitnya melengkung dengan indah.

"Ya, mau kubantu memilihkan? Sepertinya ini pengalaman pertamamu berbelanja,"kata Sehun. Jongin tertawa canggung kemudian menggeleng pelan.

"Tidak juga, aku selalu berbelanja setiap hari minggu,"kata Jongin kemudian mengalihkan pandangannya ke arah tangan lentik Sehun yang tengah memilih apel merah untuk mereka berdua.

"Benarkah? Kalau begitu kau pasti seseorang yang sangat sibuk. Saking sibuknya sampai tidak belajar bagaimana cara membedakan apel yang masih segar dan yang sudah tidak segar,"Sehun tertawa. Dan Jongin merasa bahwa tiba-tiba dia memiliki asma. Tuhan... kenapa hanya dengan mendengar Sehun tertawa, nafasnya menjadi sangat sesak?

"Yah... begitulah,"Jongin mengarahkan pandangannya ke arah lain.

"Ah, apakah ini semua sudah cukup?"tanya Sehun sambil menyerahkan satu kantung apel kepada Jongin.

"Ya, ini sudah cukup,"Jongin menerima kantung itu kemudian tersenyum.

"Terimakasih,"kata Jongin.

"Tidak masalah."

Dan hari itu Jongin bersumpah, bahwa dia bisa melihat masa depannya pada sosok manis Sehun.

...

...

...

Jongin bertemu Sehun lagi di hari minggu berikutnya. Saat itu, Jongin yang sedang malas membuat sarapan memutuskan untuk pergi ke Caffe Minseok, dan alangkah terkejutnya dia saat itu begitu mendapati Sehun yang tengah duduk seorang diri si salah satu pojok Caffe dengan secangkir vanilla latte di tangannya. Setelah mengumpulkan kepercayaan diri untuk beberapa saat, dengan perlahan dia menghampiri Sehun.

"Hai..."sapa Jongin. Sehun mendongak dan nampak terkejut ketika mendapati sosok Jongin yang berdiri di hadapannya.

"Kebetulan sekali,"Sehun tersenyum ramah dan Jongin mengangguk setuju.

"Boleh aku duduk disini?"tanya Jongin meminta izin.

"Hmm... silahkan, kebetulan kenalanku baru akan datang setengah jam lagi,"jawab Sehun.

"Oh... kau ada janji dengan orang lain?"tanya Jongin penasaran.

"Ya, tapi tidak apa-apa. Kau bisa menemaniku selagi kenalanku belum datang,"kata Sehun.

Dan untuk tiga puluh menit berikutnya Jongin dan laki-laki pujaannya itu terlibat dalam sebuah dialogue hangat, yang serupa dengan coklat panas. Sederhana namun terasa sangat manis di saat yang bersamaan. Dari situ Jongin mulai menangkap pribadi Sehun yang lain, selain pandai berbelanja tentunya. Sehun adalah orang yang memahami orang lain dengan sempurna dan membuat sebuah topik sederhana menjadi sebuah deskripsi yang mengasyikan. Sehun adalah orang yang hangat dan sangat ramah. Dan itu adalah hal yang selalu Jongin cari dari orang lain.

Dan observasi Jongin terpaksa harus dihentikan ketika seorang pria 'bule' dengan tinggi rata-rata pemain NBA dan suite formalnya di hari minggu tiba di Caffe itu dan mengampiri kursi yang kini sedang didudukinya bersama Sehun.

"Ah... rekanku sudah datang Jongin-ssi..."kata Sehun kemudian tersenyum kepada Jongin. Jongin mengangguk lalu membalas senyuman Sehun.

"Baiklah, aku pergi dulu... sampai jumpa,"dan setelahnya Jongin beranjak dari sana. Namun belum sempat sosoknya menghilang dengan sempurna, dia melihat kedua sosok itu sudah terlibat dalam percakapan yang terlihat sangat intim dari sebuah kaca besar disana. Kemudian perkataan Minseok terbayang dibenaknya.

...

...

...

"Yah... yah... sayang sekali, sepertinya kau belum beruntung,"goda Jongdae kepada Jongin saat mereka sedang menghabiskan waktu makan siang mereka di Caffe Minseok.

"Kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi,"Jongin mendengus kesal kemudian menenggak lattenya yang masih mengepul panas dengan paksa, membuat sensasi terbakar yang menyakitkan timbul dari papila lidahnya.

"Tapi mereka terlalu jelas Jongin,"Jongdae mendengus kasar kemudian mengalihkan pandangannya dari objek pembicaraan mereka. Sehun dan juga... seorang laki-laki tampan yang berkantung mata tebal dan memiliki tubuh sangat atletis.

"Ck... aku tidak butuh komentarmu Jongdae!"Jongin melempar tatapan tajamnya pada Jongdae. Sedangkan yang dituju hanya diam saja sambil mengangkat bahunya tanda menyerah.

"Terserah kau saja. Tapi aku harap kau ingat sesuatu yang dikatakan oleh Minseok. Aku hanya tidak mau kau menyesal nantinya Kim Jongin,"dengan itu Jongdae mengangkat tubuhnya dari kursi yang semenjak seperempat jam yang lalu didudukinya kemudian keluar dari Caffe yang sepi itu.

"Apa kau memang seperti itu Sehun?"

...

...

...

Dan entah sudah berapa kali Jongin menemukan dirinya tengah duduk di sebrang Sehun di Caffe Minseok dalam keadaan seperti ini. Dimana dia duduk berdua dengan sahabat karibnya, Jongdae, sedangkan Sehun akan duduk dengan seorang pria tampan yang selalu berbeda-beda. Kemudian keduanya akan terlibat dalam percakapan yang terlihat sangat seru. Membuat Jongin hanya bisa memandang ke arah Sehun dan laki-lakinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tapi Oh Sehun memang benar-benar hebat,"Jongdae mulai memberikan komentarnya di siang yang damai itu.

"Maksudmu?"Jongin menaikan alis kanannya sebagai gestur binung.

"Yah... dia hanya berdiam diri saja dan pesonanya sanggup membuatmu terus terpikat padanya. Aku yakin kau akan bertekuk lutut saat dia mulai melihat padamu,"Jongdae terkekeh pelan atas imajinasinya sendiri.

"Yah... aku rasa kau benar. Aku bahkan tidak pernah merasa sekuat ini untuk mencoba mengenal seseorang lebih dekat,"Jongin mengalihkan pandangannya. Sekarang matanya terasa lebih lelah untuk memandang ke arah dua objek di ujung sana, bahkan lebih melelahkan daripada layar monitor yang selalu di hadapinya selama berjam-jam setiap hari.

"Lalu? Kapan kau akan mulai mendekatinya?"Jongdae mengangkat sebelah alisnya. Gestur menantang sifat kompetitif yang ada dalam diri Jongin.

"Akan ada waktu tersendiri untuknya,"jawab Jongin cepat.

Namun, dia sendiri nyatanya masih berseteru dengan logika dan hatinya.

Siapa sebenarnya kau Oh Sehun? Hingga kau bisa membuat Tuan Besar Kim Jongin menjadi seperti ini?

TBC?/END?

Mungkin ini hanya two shoot, atau mungkin jika saya niat(?) three shoot!

Mind to review?

Ohya! *nongol lagi.

Maaf yah jika sekarang saya suka pasang target review... sebenarnya begini... *biarkanlah orang tua ini mencurahkan isi hatinya...

Saya kan kelas tiga nih, sibuk, mau ujian... rasanya kalau gak dapet banyak review kok saya menyesal sudah meluangkan waktu untuk menulis fic dan update... nah lain ceritanya kalau dapat banyak review... meski badan sudah tak kuasa*hiperbola. Tapi saya tetap semangat karena kalian! *O*

Terimakasih untuk komentator(?) setia saya... saya cinta kalian semua!