FIRST LOVE

*A Fanfiction inspired by Famous Manga : Sekai-ichi Hatsu Koi: Onodera Ritsu No Baai (世界一初恋 〜小野寺律の場合〜) that written and illustrated by Nakamura Shungiku (中村 春菊 )*

.

.

Fandom : Bangtan Boys | BTS

Main Pair : Kim Taehyung X Jeon Jungkook

Characters: Kim Namjoon, Min Yoongi, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, OCs

Summary

Jeon Jungkook, putra pemilik Jeon International IP & Law Group yang merupakan firma hukum terbesar di Korea Selatan, memilih berkarir di firma hukum lain dengan cita-cita menjadi pengacara terbaik di Korea Selatan. Siapa sangka pilihan firma hukumnya membuat Jungkook kembali ke pengalaman masa lalu yang ingin dilupakan. Cinta pertamanya yang menyakitkan.

Warnings:

Boy x Boy

T+ yang menjurus

Typo(s) everywhere

alur yang bolak balik

(akan ada lebih banyak flashback yang tidak terkira jumlahnya, tolong maafkan diriku yang menulis bagai memiliki kapsul waktu)


FIRST LOVE

Jeon Jungkook : Male, 25 y.o, Law Consultant

Kim Taehyung: Male, 27 y.o, Law Consultant

.

.

Busan, April 2006

Kelopak bunga sakura yang berterbangan sangat indah, merah muda, warnanya seperti cinta, pure – suci. Jungkook menengadah ke pohon sakura besar itu, satu-satunya pohon sakura di sekolah.

Jeon Jungkook, 15 tahun, menghirup udara musim semi kuat-kuat. Dia akan menyatakan cintanya hari ini….

.

.

Seoul, Oktober 2016

"Jeon-ssi? Jeon Jungkook-ssi?" Sebuah suara memanggil Jeon Jungkook

"A, Jeosonghabnida. Saya Jeon"

"Oh begitu, Jeon-ssi silahkan masuk ke ruangan direktur Kim" ucap seorang yeoja cantik, yang menurut Jungkook, ia adalah sekretaris dari firma ini.

"Ah, silahkan masuk Jeon-ssi" Sapa pria berambut ash brown dengan suara yang berwibawa – 'tipe direktur utama sekali' nilai Jungkook dalam hati, sambil mengulurkan tangan untuk berjabat.

"Terima kasih Kim-ssi" jawab Jungkook samba membungkuk hormat dan kemudian menyambut jabatan tangan direktur utama dari Kim Lawfirm ini.

"Aku Kim Namjoon, santai saja. Aku telah membaca resume-mu, lulusan master terbaik Keio University. Waw luar biasa!" Jelas sang direktur, sambil tertawa (tertawa tulus, tentu saja). "Kau juga pernah magang dan bekerja di firma hukum milik Nagashima Ohno" sambil membolak balikan kertas resume Jungkook. "lalu apa yang membuatmu ingin bekerja di firma kami, Jeon -ssi?" tanya direktur Kim penuh selidik.

"Kim Lawfirm merupakan salah satu firma hukum terbesar di Korea Selatan, tapi bukan itu yang membuat saya ingin bergabung dengan firma ini."

"Begitukah?"

"Saya mendengar kabar burung, bahwa…. Sebenarnya firma ini juga menyediakan perlindungan hukum bagi masyarakat yang tidak mampu dan menyediakan advokat handal untuk mereka." Terang Jungkook mantap.

"Wow, kau memiliki informan yang menarik" Direktur Kim kini menaruh kembali resume Jungkook dan menatap Jungkook lekat, "Mungkin aku tidak akan banyak berbasa-basi Jeon-ssi, kau akan mulai bekerja di firma ini hari ini."

"Terima kasih banyak Direktur Kim-…"

"Akan tetapi… kau akan ditempatkan pada tim konsultan kami" imbuh direktur berambut ash brown yang berhasil membuat mata Jungkook membola, bukan tidak senang, akan tetapi kecewa.

Jungkook berniat kembali ke Korea dan melanjutkan karirnya sebagai seorang pengacara – advokat, bukan Jungkook merasa konsultan itu pekerjaan yang tidak cocok untuknya, hanya saja Jungkook selalu memimpikan karirnya menjadi pengacara hebat di Korea Selatan dengan usahanya sendiri.

"Maaf Direktur Kim, tapi saya sudah memiliki lisensi sebagai pengacara, bahkan saya bekerja sebagai pengacara sebelumnya" jelas Jungkook dengan suara yang lebih tegas dari sebelumnya, ia ingin mengingatkan direktur Kim bahwa ia seharusnya berada di tim advokat bukan konsultan. 'yang benar saja, aku ingin membela yang benar di pengadilan – di depan hakim, jaksa, dan lawan pengacaranya- bukan hanya bergumul dengan dokumen-dokumen' rutuk Jungkook dalam hati. Kesal.

"Mohon maaf Jeon-ssi, tapi kau tahu, Jepang dan Korea agak memiliki perbedaan tentang hukum, dan kuharap kau harus mempelajari itu dari awal. Jadi untuk sekarang, aku harap kau dapat bekerja sama dengan tim konsultan yang lain" jelas direktur Kim.

Jungkook berpikir keras, di satu pihak ia ingin langsung menjadi advokat, tapi.. ucapan direktur muda itu benar sekali. Ia harus banyak belajar tentang praktek hukum di Negara asalnya sendiri. Untuk sekarang ia harus menurunkan egonya, karena, disamping kebenaran dibalik alasan direktur Kim, ia juga tak mau kembali ke Seoul hanya untuk bergantung pada keluarganya. 'tidak, tidak, aku harus berusaha keras sendiri. Aku akan menunjukkan bahwa aku bisa menjadi advokat hebat tanpa harus membawa-bawa marga Jeon"

"Bagaimana, Jeon-ssi?"

"Baik, direktur Kim. Saya akan bekerja dengan sepenuh hati" jawab Jungkook tersenyum sambil membungkukan badannya.

"Ha ha ha, kalau begitu kau langsung bisa mengunjungi meja barumu, Ji Eun akan mengantarmu ke ruangan tim konsultan. Oh ya, Selamat bergabung di Kim Lawfirm , Jeon-ssi"

"Terima kasih, direktur Kim" sekali lagi Jungkook membungkuk hormat, dan pergi meninggalkan ruangan.

'Jeon-ssi, apa yang kau ingin lakukan di firmaku, hm?' ucap direktur muda itu dalam hati sambil mengerutkan alisnya yang tebal setelah Jungkook keluar ruangan

.

.

.

Sejujurnya 60% dari diri Jungkook merutuki kebodohannya menerima pekerjaannya menjadi tim konsultan. Bukan dia malas untuk bekerja, tapi… dia sudah berpikir akan mendiskusikan beberapa kasus penting bersama partner advokatnya, bukannya menenggelamkan diri bersama tumpukan kertas dokumen client. Bahkan ruangan konsultannya sepi. 'Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh' teriak Jungkook – dalam hati tentu saja sambil mengacak-ngacak rambut coklatnya.

Diruangan itu terdapat beberapa 6 meja kerja, yang tumpukannya sama menggunungnya dengan milik jungkook yang saling berhadapan. Dan satu meja besar bertuliskan Chief Consultant pada table tagnya. Jelas itu milik kepala tim divisinya tersebut. Yang mengherankan dari ruangan ini adalah ketika Jungkook masuk, diantar oleh Ji Eun-noona, ruangan ini sama sekali tak berpenghuni.

'Ayolaaaah,yang benar saja, tidak ada rekan kerja yang menyambutku?' tanya Jungkook pada dirinya sendiri, yang jelas tidak akan dijawab oleh siapapun kecuali suara tiupan ac.

Jungkook kembali mempelajari dokumen dihadapannya. Ia bahkan belum bertemu siapapun rekan kerja se-tim nya tetapi sudah diberi sambutan manis berupa sticky note yang tertempel di layar personal komputer – yang Jungkook anggap adalah personal komputer dan meja jatah nya – bertuliskan:

"Input dokumen-dokumen tersebut, dan oh ya, selamat datang anak baru! – KTH"

'ha ha ha , manis sekali' cibir Jungkook yang kini mulai menginput dokumen-dokumen yang ada di atas mejanya.

.

.

.

Hampir jam 5 sore, saat ia menginput setengah dari gunung miliknya, dan suara ribut-ribut hampir membuyarkan konsentrasinya.

"Kau tahu, client itu jelas sekali berbohong, hyung!" terdengar suara cempreng asing yang memasuki ruangan yang tadinya seperti kuburan.

"Maka dari itu, aku menolak untuk menerima kasusnya." Jawab satu suara, yang tekesan malas sambil menyandarkan diri kasar ke kursi di depan Jungkook.

'mereka ini kenapa?darimana saja Sesore ini baru masuk kantor?tck' lagi-lagi Jungkook bertanya dalam hati, yang merupakan perbuatan yang percuma.

"Ah kau!" Sebuah suara yang dalam -mirip suara direktur Kim, namun, lebih dalam- berhasil membuatnya menoleh dari layar komputernya ke arah pintu masuk, dan ya tentu saja ke arah asal datangnya suara tersebut.

"y-ya?" sahut Jungkook bingung, diikuti dengan tatapan 2 orang yang lebih dahulu masuk ke arahnya, 'oh, mereka baru sadar ada manusia lain disini' Jungkook hampir memutar matanya tapi ia tahan, tidak sopan di hari pertamanya bekerja.

"Kau anak magang kah?" Tanya pria bersuara dalam sambil berjalan melalui Jungkook menuju sebuah meja besar di pinggir ruangan bertuliskan Chief Consultant.

"Maaf?" Tanya Jungkook, kali ini ia berdiri dari kursinya

"Tsk, kau tidak bisa mendengar ya? Kau ini anak magang baru itu?"

Kini ia dapat melihat pria bersuara dalam itu, dia berkaca mata berambut copper blonde, memiliki tindikan di kanan dan kiri telinganya lengkap dengan anting-anting. sedang duduk terlampau santai sambil memiringkan kepalanya dan menatap Jungkook dengan tatapan yang… tidak bersahabat.

'seriously? Orang ini kepala tim konsultan?"

"Ah, mohon maaf sebelumnya saya belum memperkenalkan diri. Saya Jeon Jungkook, karyawan baru di firma hukum Kim. Mulai saat ini saya akan bekerja di tim konsultan, mohon bantuannya" ujar Jungkook sambil membungkukan badan.

Sebenarnya bukan salahnya belum memperkenalkan diri, tapi dari awal dia masuk ruangan, ruangan ini hanya berpenghuni alat elektronik dan dokumen-dokumen, pun setelah orang-orang itu yang ditengarai adalah rekan satu timnya masuk, mereka tidak langsung menyadari keberadaan Jungkook.

"Oh.. iya, mereka bilang ada orang sepertimu yang akan masuk ke tim ini" suara dalam itu pun kembali bergema, kali ini diberi tambahan garuk-garuk kepala, malas.

'hey, apa maksud perkataannya?'

"Aku tak ada tadi pagi, saat kau di interview. Tapi, kau pernah bekerja di firma hukum sebelumnya kan?" tanyanya

"Ya, Saya bekerja di Firma hukum Nagashima Ohno & Tsunematsu selama 3 tahun" Jawab Jungkook

"Konsultan? Advokat? Sekretaris?" Tanyanya lagi

"Tim advokat, sir"

"advokat? Jadi ini pertama kalinya kau bekerja sebagai konsultan di Korea?"

"ya, sir"

'Orang ini….sepertinya… Ah tidak – tidak – tidak. Ingat, don't judge people based on their first impression, kook' pikirannya mulai bermonolog

"tsk, useless" ucap si suara dalam itu, sambil mengalihkan pandangannya ke dokumen-dokumen di mejanya. Seolah keberadaan Jungkook tidak penting.

'Apa yang orang ini katakaaaan? Orang ini….. sungguh .. menyebalkan' rutuk Jungkook. Rasanya ini meninju muka atasannya beserta kacamata-kacamatanya.

"Kim-ssi, client baru yang kemarin, hm, Hanseo-ssi, sudah sampai di lobby."

Suara dari pria berkulit sangat pucat dan berkantung mata itu membuyarkan keinginannya untuk mengubur atasannya itu hidup-hidup.

"Ayo, orang baru, kau ikut. Ada banyak hal yang perlu kau pelajari"

"Baik, sir"

Kepala tim konsultan pun beranjak dari kursinya dan berjalan menuju Jungkook yang masih berdiri di depan mejanya, "Namaku Kim Taehyung. Don't call me 'sir', I don't really like it." bisik pemilik nama Kim Taehyung dengan suara beratnya di daun telinga Jungkook, yang sukses membuat Jungkook merona hebat.

Pria yang mendeklarasikan dirinya bernama Kim Taehyung itu pun, sempat menjauhkan wajahnya untuk menatap wajah Jungkook. "Kau… apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Taehyung, yang disambut dengan gelengan dari Jungkook. "Oh…" Taehyung pun berjalan keluar.

'ya tuhan, aku bukan anak gadis, aku laki-laki dewasa! Konsentrasi kook, konsentrasi!'monolog di pikiran Jungkook mencoba menghentikan perasaan apapun yang baru saja hampir membuat Jungkook kehilangan konsentrasinya. Ia langsung menggelengkan kepala lagi dan menyusul kepala tim divisinya tersebut.

.

.

.

Jungkook tak percaya pekerjaan di hari pertamanya bekerja sungguh menguras tenaga dan pikiran. Sejak jam 8 pagi ia harus interview, dilanjutkan dengan menginput dokumen-dokumen yang katanya berhubungan dengan klien, disaat hampir pulang kerja, ia dihadapkan dengan atasan yang super insensitive, menyebalkan, keras kepala, labil dan aneh. Atasannya itu hampir adu jotos dengan calon klien? 'Yang benar saja, dia itu gangster atau konsultan sih?'… Jungkook menghela nafas di bangku lobby yang beberapa menit lalu hampir menjadi TKP kekerasan yang hampir dilakukan oleh Kim Taehyung.

"Ambil ini.." Jungkook mengernyit menatap kaleng kopi yang disuguhkan padanya, kemudian mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang memberikannya – sesungguhnya ia tak perlu mendongak untuk mengetahui siapa yang memberinya kopi. "A, ariga…. Kamsahamnida, Kim-ssi" jungkook membetulkan ucapan terimakasihnya dan mengambil kopi kalengan itu. Ia memang butuh caffeine untuk membuatnya tetap waras di hari pertamanya bekerja.

"Jeon-ssi…"

'oh akhirnya dia bisa memanggil namaku dengan baik, kukira ia akan terus memanggilku dengan sebutan anak baru'

"Aku ingin berterima kasih. Untung ada kau, setidaknya ada yang menahan diriku dari membuat bonyok calon klien barusan. Dia jelas-jelas bersalah terhadap istrinya, lalu ingin menggugat harta dari istrinya. Lelaki pengecut!" ujar Taehyung geram.

"Aku juga marah mendengar keinginan Hanseo-ssi, tapi memukulinya sampai bonyok kurasa bukan ide yang bagus" jawab Jungkook menenggak kopinya sampai habis.

"Jeon-ssi…"

"iya, Kim-ssi?"

"Kurasa, kita benar-benar pernah bertemu sebelumnya" kali ini Taehyung yakin akan dugaannya

"Anoo, Kim-ssi" Jungkook yang belum bisa menghilangkan kebiasaan berbahasa jepangnya mencoba menjawab, "kau juga menanyakan hal itu tadi pagi. Mungkin kau sedikit salah paham. Aku yakin ini adalah pertama kali aku bertemu dengan mu. Begini, kita berada di bidang kerja yang sama, aku pun beberapa kali sempat ke Seoul untuk bertemu beberapa pengacara di sini. Kurasa … ya, kita berpapasan di suatu tempat"

"Ah, ya… benar juga" Kim Taehyung mengangguk-angguk. "Baiklah, kau boleh pulang sekarang, ini sudah…. Hmm .. jam 9" Taehyung melirik arlojinya.

"Terima kasih untuk hari ini, aku akan kembali ke kantor untuk membereskan mejaku" Jungkook membungkuk mengundurkan diri.

.

.

.

Brak

Jungkook membanting tubuhnya dikasur yang nyaman. Hari pertamanya bekerja di Firma hukum lain selain milik Nagashima-san, dan orang tuanya, Jeon International IP & Law Group yang merupakan firma hukum terbesar di Korea Selatan. Jungkook tak pernah memasukan firma keluarga besarnya ke dalam resume kerjanya. Ia tak mau membawa-bawa nama keluarganya, dan mendengar selentingan tentang dirinya yang memiliki koneksi ini itu.

Dahulu, setelah selesai program bachelornya di Jepang, ia sempat kembali ke Korea dan bekerja di firma yang sekarang dipegang ayahnya. Orang-orang begitu baik dihadapan Jeon muda, tetapi kebanyakan dari mereka terus menerus membicarakan Jungkook dan kemampuannya memenangkan kasus pengguusuran di Busan kala itu dikaitkan dengan fakta bahwa dia adalah anak dan penerus dari Jeon Law Group. Apalagi saat itu Jungkook belum memiliki sertifikat lawyer. Padahal ia setengah mati bekerja keras utnuk kasus itu.

Maka Jungkookpun meninggalkan firma dan kembali ke Jepang untuk meneruskan studinya. Ia bersumpah ia akan menjadi pengacara yang hebat tanpa embel-embel putra dari Jeon Law Group di belakangnya. Jungkook pun terlelap dengan masih memakai kemeja hingga kaus kaki dan segala pikiran yang mengganjal di otaknya.

.

.

.

"Chun-Sunbae, aku menyukaimu" cicit Jungkook

Jungkook menunduk tak berani menatap wajah sunbae yang disukainya sejak ia kelas 8. Tiga tahun sudah ia menatap sunbae nya hanya dari jauh. Memperhatikan kebiasaannya, membaca buku yang sunbae nya baca, menonton pertandingan basketnya. Walaupun kebiasaan yang terakhir sudah tak dilakukannya lagi semenjak setahu lalu. Sunbae kesayangannya berhenti bermain basket.

Chun hanya menatap aneh hoobaenya itu. Chun tak mengenalnya, ya dia kerap melihat wajah manis itu, tapi… ia sama sekali tak mengenalnya. Kehidupan Chun sudah sangat rumit, kepalanya sakit sekali mengingat eomma dan appa nya bertengkar setiap malam. 'Lalu apa ini? Seorang namja mengatakan bahwa ia menyukaiku, apakah dia gay?' semua pertanyaan muncul secara random dipikiran Chun.

"ah, maaf apabila aku mengganggu Sunbae, aku akan pergi. Terima kasih" Jungkook membungkuk untuk berpamitan, ia membendung air matanya. Sunbaenya memang tidak mengatakan apa-apa, tidak menolaknya, tapi ia mengetahuinya, pasti sunbaenya akan jijik pada Jungkook, karena mereka sama-sama laki-laki. Ia pun berbalik.

grab

Sebuah tangan menghentikan langkahnya, pasangan dari tangan itu menutupi matanya yang sudah bergelimang air mata dan mendekatkan kepala Jungkook ke dada yang bidang dan hangat.

"Aku belum menjawab" bisik Chun di telinga Jungkook, suara Chun yang berat, nafasnya yang begitu dekat. Jungkook tak pernah sedekat ini dengan Chun-Sunbae. Punggung Jungkook masih menempel di dada Chun. Jungkook tak tahu harus merespon apa, ia ingin mendengar jawabannya, tapi di satu sisi ia tak ingin mendengarnya.

"Let's try" bisik Chun, membalikan badan Jungkook dan memeluknya erat.

.

.

"yume…. ka?" Jungkok masih tersengal. Bodohnya ia tahu, itu bukan mimpi. Itu hanya penggalan masa lalu yang ingin dia lupakan

.

.

Seoul, Late November 2016

Kriing … kriing….

"Yoboseyo.. e…e…. baik, Minseo-ssi, jadwal konsultasimu harusnya siang ini jam 1….. baiklah, jam 8 malam perwakilan dari kami akan menemuimu, e… kamsahamnida"

ceklek

"huff… Kim-ssi baru saja Minseo-ssi menelpon, ia ingin memundurkan jadwal konsultasi perceraiannya menjadi jam 8 malam ini" Lapor pria yang duduk dihadapan Jungkook pada Kim Taehyung

"Yoongi-ssi, kau yang menangani dari awal permasalahnya bukan, sepertinya kau mau melarikan diri?" Sahut Kim Taehyung, yang kini menatap sangar Min Yoongi, pria yang duduk dimeja depan Jungkook.

"Tapi, aku sudah ada janji dengan klien dari Daegu, mereka baru sampai Seoul sekitar jam 7 malam. Aku tak mungkin membatalkannya, lagipula draft laporannya hampir rampung. Dan.. Minseo-ssi akan pergi ke Eropa selama satu bulan besok pagi. Kurasa menunda hingga bulan depan bukan ide yang bagus, Kim-ssi"

"Park Jimin?"

"Mianhe, Kim-ssi, aku akan mempersiapkan presentasi untuk tim advokat jam 5 sore nanti. Kau tahu presentasi itu tak akan sebentar"

"Jeon-ssi?"

"Aku akan menyelesaikan legal opinion untuk Nyonya Lee, hanya itu. Dan aku 2 atau 3 jam lagi aku selesai"

"Baiklah, kau yang akan menemui Minseo-ssi" titah Taehyung.

.

.

.

"Kim-ssi?! Aku kira apa" Jungkook terlonjak, kaget melihat Kepala tim konsultannya berdiri di depan pintu lift. Sebenarnya tidak ada hal yang mengagetkan, hanya saja Jungkook sedang serius membaca sesuatu di ponsel pintarnya.

"Jeon, apa kau akan berangkat sekarang?" Tanya Taehyung

"Iya, di Coffee Shop Gangnam kan?"

"Aku akan menemanimu menemui Nyonya Minseo"

"Kenapa?"

Ting, Lift sampai di lantai mereka

"Aku ingin mengetahui apa yang orang baru sepertimu bisa lakukan" Jawab Taehyung dingin, sambil masuk ke dalam lift

'tck, aku fikir dia bisa menjadi manusia. Tetap saja, perkataannya seperti ular' Jungkook tidak menyangka setelah sebulan ia kembali disebut 'orang baru'. Walau memang selama sebulan ini ia jarang bertemu dengan kepala konsultannya, karena jadwal mereka yang berbeda. Kadang Jungkook bersama Jimin atau Yoongi. Tapi ia yakin, selama ini atasannya itu tidak berkata kasar lagi, tidak sampai beberapa detik lalu.

"Jeon, apa yang dapat kau pahami dari kasus penggugatan cerai nyonya Minseo terhadap suaminya?" Tanya Kim Taehyung

"Kekerasan, inferiority, ekonomi. Kemarin aku bertemu dengan suami dari Nyonya Minseo bersama Yoongi-ssi. Aku rasa masih ada kesempatan untuk mereka berbaikan. Karena suaminya masih sangat mencintai Nyonya Minseo, rasa insecure yang diderita suaminyalah yang kadang menjadi pemicu pertengkaran mereka. Aku belum bertemu nyonya Minseo secara personal. Mungkin mala mini aku akan memastikan langkah apa yang harus dibuat."

"Oke, bagus"

Ting, Let's go Jeon.

.

.

Nyonya Minseo orang yang baik, percakapan dengannya berjalan dengan lancar tidaklah setegang saat pertama kali ia harus menghadapi klien Hanseo itu. Ia pun memberikan beberapa legal opinion dan tindakan yang dapat dilakukan. Kliennya itupun akan mempertimbangkan ulang perceraiannya. Jungkook tidak suka perceraian.

Jeon Jungkook harus kembali ke firma, karena ingin merampungkan draft nyonya Minseo. Yang sebenarnya bisa dilakukan besok, tapi Jungkook tidak suka menunda pekerjaan.

Waktu menunjukkan pukul 11 malam saat Jungkook selesai menyelesaikan draftnya.

"Woaaaaaaahm" Jungkook menguap, bukan karena mengantuk, mungkin otaknya butuh oksigen. Ia pun berjalan ke lift sambil kembali membaca sesuatu di ponsel pintarnya.

"Kau membaca apa?" Suara berat dibelakangnya membuatnya kaget - lagi. Apakah hobi baru atasannya itu membuat kaget karyawan Kim Lawfirm?.

"Gokurosama de- " ucap Taehyung lalu iya menjulurkan tangan kanannya, menawarkan kopi kaleng

"Gokurosamadeshita" jawab Jungkook, sebenarnya enggan menerima kopi kaleng dari atasannya yang kejam tetapi aneh itu. Tetapi atasannya menjejalkan kopi kaleng ketangan kirinya yang bebas.

"haha, aku rasa aku masih bisa beberapa frasa berbahasa Jepang"

'tuh kan, benar orang ini aneh. Kadang kejam, kadang membicarakan hal yang absurd'

Jeon melenggang kedalam lift yang telah sampai di lantai mereka, diikuti Taehyung dibelakangnya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, apa yang kau baca?"

"Manga, Detective Conan" jawab Jungkook Singkat

"hahaha, kekanak-kanakan sekali. Kau seorang pengacara. Ehem. Konsultan maksudku. Membaca komik? Hobi yang unik"

Jungkook tidak tahu harus tersinggung di bagian kalimat mana dari Kim Taehyung, tapi seluruh frasa dalam perkataan Kim Taehyung sungguh mengiritasi dirinya

"Dengar, Kim-ssi. Kau tidak perlu mengetahui apa yang kubaca, atau apa yang kusuka, atau apa yang kulakukan di luar jam kerjaku. Karena itu tak penting bagimu" Jungkook mengunci layar ponsel pintarnya. Menenggak sedikit kopi kalengnya. Ia sungguh lelah dan ingin marah, tapi sisa tenaganya hari ini sudah habis "Dan kau tak perlu mengomentarinya.. huff aku tak ingin berdebat atau melakukan pembelaan untuk orang kurang penting dan hal yang kecil, terserah kau saja"

"hahaha, maaf. Apa aku menyinggungmu? Kau hanya mengingatkanku pada seseorang"

'menurutmu apa orang yang tak punya hati hah? masa bodoh dengan siapapun itu yang kau ingat' rutuk Jungkook dalam hati, tapi yang keluar hanya dengusan saja.

Sesampainya mereka di lantai dasar Jungkook yakin mereka akan berpisah, sehingga tidak perlu bercakap-cakap dengan atasan super labilnya itu. Tetapi Tuhan berkehendak lain, mereka masih bersama menujun stasiun. Penderitaan Jungkook harus berlangsung lebih lama.

"Jeon, kau tak memasukan secondary school mu di resume, aku hanya penasaran apa kau sekolah di Jepang seumur hidupmu? Sampai bahasa korea mu sedikit aneh"

Jungkook mengerjabkan matanya, tak percaya akan kerandoman atasannya hari ini.

"Pertanyaanmu sungguh random hari ini, Kim-ssi. tapi, jawabannya tidak, aku sekolah tingkat dasar di Korea, tepatnya di Busan. Aku tidak memasukannya kedalam resume karena itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku. Aku suka membuat resume yang singkat, padat, dan reliabel dengan pekerjaanku. Dan menaruh jenjang pendidikan dari tingkat dasar ke dalam resume menurutku… agak berlebihan dan bertele-tele"

"Busan yah?.. kebetulan sekali aku menghabiskan masa remajaku disana hanya hingga Junior College"

'aku tidak bertanya' cibir Jungkook dalam hati, dan lagi-lagi dengan kepribadiannya yang twisted, Jungkook malah balik bertanya "Oh mungkinkah kita pernah bertemu di Busan, kau selalu berkata kita pernah mengenal kan?"

"Yeah, sangat mungkin. Kau bersekolah dimana?" Taehyung tersenyum

"Busan International School"

Saat itu langkah Kim Taehyung berhenti. Mau tak mau Jungkook berhenti, berjalan kembali dan menatap atasannya yang kini memasang wajah yang tidak bisa Jungkook deksripsikan.

"Kim-ssi?" Jungkook melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Kim Taehyung.

"Jeon… apa kau suka laki-laki?"

"A-apa?! Apa maksu-"

Kalimat tanya yang ingin dilontarkan Jungkook pun terputus kala Kim Taehyung menarik tengkuknya dan menempelkan bibirnya ke bibir Jungkook, melumatnya lembut.

Selama beberapa detik, selama beberapa detik Jungkook merasa kembali ke suatu tempat yang ia rindukan, tapi ia tak tahu itu dimana.

"Kim-smmmh" Jungkook mencoba menghentikan Kim Taehyung

Kim Taehyung tidak mengindahkannya

"henti-mmm"

Akal Jungkook pun beradu, setengah hati ia tak ingin lepas dari bibir yang sedang memanjakan bibirnya, tetapi akal sehatnyanya berkata ini tidak baik. Jungkook harus menghentikan pelecehan itu sekarang juga. Jungkook tersadar saat bibir basah lawannya mulai menghisap bibir bawahnya.

"Hentikan!" Ia pun…. mendorong Taehyung…

Brak

Punggung Taehyung menabrak tiang lampu jalanan yang terbuat dari aloi logam itu, tidak keras, tapi cukup menimbulkan suara yang nyaring dan goyangan di lampu. Pria itu lalu berdiri dan bersandar pada tiang yang tadi ditabraknya, dan tertawa lirih.

'orang gila! Tidak waras! Mencium orang seenak jidatnya!' Jungkook merah padam, ingin berteriak marah, meninju wajahnya, menendangnya

"Kim-ssi, apa kau gila?! Atau mabuk? Jangan bercanda! Aku ini laki-laki!" Jungkook berteriak

Kim Taehyung menurunkan kepalanya, menatap lekat ke dalam mata kelam milik Jungkook, mendekatkan dahi mereka hingga bertemu dan tersenyum.

"Kookie, aku menemukanmu"

.

.

(TBC/THE END?)


Writer's Note:

Yume ka? = Apakah mimpi?

*penggunaannya seperti : Ah.. hanya mimpi kah?


Siapa yang menemukan siapa? hayoooo?

.

Annyeong vkook shippers dimanapun kalian berada~~~~~

Ini karya kedua Floss: First Love.

Semoga kalian menikmati ^^

Review bolehkah?

hahahaha. pleeaseeeeeeee? *pasang muka memelas*

Aku sedang menulis one shot, and voila, kembali terlalu panjang untuk menjadi oneshot dan jadilah cerita ini, yang terinspirasi dari sekai-ichi hatsukoi.

Sepertinya aku harus belajar lebih giat lagi dalam menulis.

sedikit bocoran, aku sudah memiliki chapter 2 nya. Lanjut tidak yaaa?

Terimakasih sudah memberikan waktu untuk membaca First Love!

Kecup dari jauh,

Floss