Tuan Sesshomaru

DISCLAIMER : Rumiko Takaheshi. I do not own Inuyasha

WARNING : OOC maybe, Semi-canon, Typo(s), I don't own this pic

.

.

.

Just enjoy the story ^.^

Don't Like? Don't Read

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 1 – Bertemu Manusia

Rambut putihnya melambai tertiup angin senja. Mata keemasannya menerawang ke arah langit yang berwarna kemerahan itu. Siluman yang terkenal karena kehebatannya di tanah barat, Sesshomaru. Namanya begitu populer di dunia siluman. Ia anak dari Inutaisho siluman anjing yang hebat di masanya dan Inukimi siluman anjing yang cantik.

Dalam hidupnya ia hanya mengenal sosok ibunya tanpa tahu bagaimana sosok ayahnya. Ibunya hanya menceritakan sedikit tentang ayahnya, karena ibunya bilang bahwa ayahnya tak ada disisinya saat Sesshomaru lahir ke dunia. Ibunya merawatnya seorang diri hingga saat ini. untuk itulah ia bertekad untuk mencari tahu tentang keberadaan Sang ayah. Ia ingin tahu bagaimana sosok ayahnya.

Apakah seperti yang diceritakan orang-orang bahwa ayahnya adalah sosok siluman yang disegani oleh siluman lain karena kehebatannya?

Apa alasannya ia tak berada disisi ibunya saat tengah mengandung dirinya?

Sesshomaru selalu berpikir apa yang akan dilakukannya saat bertemu dengan ayahnya nanti. Marah, mengeluh, atau mungkin sedikit terlibat dalam perkelahian untuk menumpahkan segala kekesalannya. Sesshomaru memang bukan siluman yang lemah tapi ia tetap memiliki perasaan.

Ibunya, Inukimi adalah sosok wanita yang kuat. Ia tak pernah mengeluh meski ayahnya tak ada disampingnya sekalipun. Membesarkannya seorang diri, melatihnya agar bisa sehebat ayahnya. Dulu, ia hanya anak-anak yang hanya bisa mengeluh dan merengek menyanyakan pada ibunya tentang keberadaan ayahnya. Tapi kini, Sesshomaru bukan lagi seorang bocah. Usianya cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Pergi berkelana, mencari tahu keberadaan ayahnya.

Sudah banyak siluman yang ia temui dalam perjalanan berkelananya. Terlibat pertarungan kecil itu sudah biasa bagi Sesshomaru. Sejauh ini lawannya hanya siluman yang kekuatannya tak sebanding dengan Sesshomaru. Segala halangan yang ia temui tak menyurutkan niatnya untuk menemukan sosok ayah. Ayah yang dirindukannya.

Dalam perjalanan berkelananya ia tak sendirian. Ada siluman kerdil bernama Jaken yang ikut menemaninya. Sesshomaru sendiri sebenarnya tak membutuhkan teman dalam perjalanannya, ia cukup punya kekuatan untuk menghalau musuh-musuhnya. Tapi Jaken memintanya untuk mengizinkan ikut menemaninya. Sesshomaru pun tak ambil pusing, dengan ada atau tidaknya Jaken tak menjadi masalah baginya. Selama tak menjadi beban, Sesshomaru tak akan mempermasalahkannya, apalagi ternyata Jaken bisa membuktikan kesetiaannya.

"Sesshomaru-sama" panggil Jaken. Ia baru saja kembali dari mencari makanan. Makanan untuknya tentunya. Berbagai macam serangga. Sesshomaru hanya menatapnya sesaat lalu kembali memejamkan matanya.

"Eh... maaf aku tidak bisa menawarkan makanan ini padamu, Sesshomaru-sama." Jaken mengambil posisi duduk disebelah Sesshomaru.

"Tak masalah. Setelah selesai makan, kita lanjutkan perjalanan." Kata Sesshomaru tanpa membuka kedua matanya. Hari ini mereka berdua memang melakukan perjalanan lebih panjang dari biasanya.

"Baik, Sesshomaru-sama."

.

.

.

.

.

.

.

- oOo -

Sesshomaru merasakannya. Hawa siluman yang tak biasa sedang mendekat ke arahnya. Sesshomaru mulai waspada, sejak setengah jam lalu mereka melanjutkan perjalanannya. Jaken sendiri yang juga seorang siluman juga merasakan hawa jahat sedang mendekat. Tapi dia lebih memilih tenang, toh tuannya bukanlah siluman lemah.

Sesshomaru mulai curiga, hawa siluman ini begitu dekat dengan mereka tapi serangan tak kunjung datang. Sesshomaru mulai penasaran dengan siluman mana yang mengikutinya, akhirnya buka suara.

"Keluarlah dan katakan apa maumu?" Sesshomaru menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Jaken sedikit terkejut. Jaken memilih tidak menanyakan alasan tuannya, memasang posisi bersiap menyerang kalau-kalau musuh itu datang dan langsung menyerang.

SRAK!

Munculah seorang wanita dari atas pepohonan dengan rambut berwarna hitam, matanya yang menyorotkan keangkuhan berwarna merah, membawa kipas ditangannya. Menyunggingkan senyum tipis dan tatapan meremehkan lawannya. Sesshomaru masih dengan tatapan dinginnya, ia hanya tak menyangka ternyata yang sedari tadi mengikutinya adalah siluman wanita. Karena dari hawa silumannya, Sesshomaru yakin dia bukan siluman biasa.

"Siapa kau? Dan apa maumu?" Sesshomaru menarik pedang Tensaiga-nya dan mengacungkannya pada wanita didepannya.

"Aku Kagura. Dan keinginanku adalah mengalahkanmu." Katanya tegas, membuka kipas ditangannya.

Sesshomaru menghela napas. "Aku tidak punya urusan denganmu, berhentilah menggangguku."

Kagura tertawa keras. "Aku tahu kau menolakku bukan karena kau takut, tapi karena aku adalah wanita sehingga kau meremehkan kemampuanku. Dan aku tidak menyukai orang yang meremehkanku."

Sesshomaru sebenarnya malas meladeni siluman wanita ini, tapi apa boleh buat, ia yang menginginkannya. Sesshomaru bukan siluman yang suka mengalah pada lawannya, sekalipun lawannya adalah seorang wanita. Karena saat bertarung, ia diajarkan untuk tidak melibatkan perasaan apapun. Itu yang diajarkan ibunya padanya.

"Kau yang memintanya."

"Jaken, kau jangan ikut campur." Sesshomaru mencoba memperingati. Jaken pun hanya bisa mengangguk menuruti permintaan tuannya.

Kagura tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya emosi Sesshomaru sedikit terpancing. Kagura memilih bertarung dengan Sesshomaru bukan tanpa alasan. Kagura tahu Sesshomaru adalah siluman yang kuat. Anak dari Inutashio, siluman anjing yang terkenal karena kekuatan dan kemampuan bertarungnya. Dan Kagura hanya tertarik pada siluman kuat saja, untuk menguji kemampuannya.

Kagura berlari kencang ke arah Sesshomaru, sambil mengibaskan kipasnya. Kipas senjata yang mengeluarkan banyak jurus andalannya. Dengan sigap Sesshomaru menghindar dengan melompat ke atas, ia kembali mengayunkan pedangnya. Tanpa diduga Kagura juga mengeluarkan pedangnya, menangkis serangan Sesshomaru.

Suara derit pedang yang saling bertemu. Sesshomaru maupun Kagura sama-sama kuat mempertahankan posisi mereka berdua. Jaken yang hanya bisa menontonnya memasang wajah tegang. Ingin sekali dia membantunya, tapi Jaken masih ingat pesan Sesshomaru untuk tidak turut campur dalam pertarungannya. Ia hanya bisa berharap agar tuannya bisa segera mengalahkan siluman pengganggu itu.

Pertarungan sengit itu sempat terhenti saat Sesshomaru dan Kagura sama-sama terpental. Kagura terpental hingga tubuhnya menabrak pohon, ia meringis kesakitan. Sedangkan Sesshomaru terpental lebih jauh, hingga jatuh ke jurang. Jaken yang melihat Sesshomaru dalam bahaya segera mengejarnya. Tapi sayang langkahnya terlambat Sesshomaru jatuh ke dasar jurang.

"SESSHOMARU-SAMA!"

.

.

.

.

.

.

.

- oOo -

Gadis bersurai hitam itu dengan sabar menunggu pancingannya mendapatkan hasil. Kurang lebih sudah dua jam ia menunggu, tapi tak menyurutkan semangatnya untuk mendapatkan satu atau dua ekor ikan untuk makan malam hari ini. Rin, biasa ia dipanggil, sudah terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia sudah yatim piatu, Rin tinggal di suatu panti asuhan disebuah desa. Tapi kini di usianya yang telah menginjak 16 tahun, ia sudah bisa hidup mandiri. Rin tinggal disebuah gubuk sederhana, hasil jerih payahnya bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah kedai makan.

Alat pancingnya mulai bergerak-gerak. Sepertinya umpan yang dia pasang berhasil menjebak satu ikan. Rin yang sedari tadi sibuk akan menangkap kupu-kupu, menghentikan aktivitasnya dan langsung berlari mendekat ke arah pancingannya.

Rin langsung menariknya sekuat tenaga. Dan benar saja, satu ekor ikan berhasil ia dapatkan. Rin tak bisa membendung rasa senangnya. Dengan senyum puas, Rin membawa ikan tangkapannya untuk segera dimasak dirumah.

Langkah Rin terhenti sesaat karena ia mendengar suara rintihan seseorang. Sempat terbesit rasa takut dalam hati Rin, tapi dia memberanikan diri mendekat ke asal suara itu. betapa terkejutnya Rin melihat sosok pria dengan surai perak panjang, dengan mengenakan hakama, lengkap dengan pedang yang dibawanya, tengah tak sadarkan diri. Tubuhnya terluka dibagian dada kanannya. Rin yakin kalau lelaki ini baru saja terlibat perkelahian.

Siapa yang melakukan ini padanya? Apalagi ditengah hutan dan hampir gelap seperti ini.

Rin bingung harus berbuat apa. Bukannya tidak mau menolong, tapi lelaki ada didepannya ini mempunyai ukuran tubuh yang jauh lebih besar darinya. Jadi akan sulit untuk membawanya.

Perlahan Rin mendekat, mendudukkan diri disebelah pria dengan kulit putih pucat itu.

"Tuan" Rin mencoba membangunkannya.

Nihil. Hanya deru nafas pelan yang bisa ia dengar. Darah di dada kirinya masih mengalir. Rin yakin, jika dibiarkan saja pria ini bisa mati karena kehabisan darah. Padahal Rin berharap setidaknya pria ini masih sadarkan diri, jadi Rin tak terlalu kesulitan membawanya ke rumahnya untuk diobati.

Kami-sama apa yang harus aku lakukan?

.

.

.

.

.

.

To Be Continue

Author's Note:

Masih punya hutang fic, malah bikin fic baru :D maklum author labil. Yah mau gimana lagi, tiba-tiba kangen sama Sesshomaru *_* siluman handsome and cool satu ini, hihi...

Disini, aku buat Rin umurnya 16 tahun (sambil ngayal Rin versi remaja)

Mind RnR pemirsa? :D