every time
sekaiichi hatsukoi © nakamura shungiku
saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini
.
.
Sakit. Ketika tak ada sepasang mata sang tercinta yang mengawasimu dari balik rak buku. Kau rasakan detak jantungmu yang berdegup kencang; seperti sedang bermain petak umpet dengannya padahal aslinya kau cuma duduk di tempat.
Sakit. Ketika hamparan rumput di tanah kelahiran ibumu mencemoohmu. Hijau rumputnya mengelilingi rumah, sawah, dan sekolah barumu hingga membuatmu sesak. Kau ingin kembali ke Tokyo karena sejatinya kau adalah anak ibukota, pikirmu. Padahal kau tahu apa alasannya.
Sakit. Ketika setiap pria dan wanita yang kau jadikan teman maksiat tak sanggup membuatmu melupakannya. Harga dirimu jatuh ke dasar selokan karena setiap hari kau mencari penggantinya—rambut coklat beraksen merah, pipi yang bersemu begitu menggemaskan, mata zamrud yang memikat hatimu—kau cari padanan itu dari setiap dosa yang kau ukir, dan kau menangis saat tak dapat melupakannya.
Sakit. Ketika kau sadar telah menjalani hidup satu dekade tanpanya. Memanjat tangga karir dan menjadi tokoh yang disegani di tempat kerjamu. Pikiranmu berkata bahwa kelakuanmu ini tidak ada bedanya dengan bencana zaman kuliah: dulu mengejar alkohol dan seks, sekarang mengejar karir. Hidupmu ini sungguh hedonis ya, Masamune.
Tetapi, setidaknya ini lebih baik. Pekerjaan memberimu alasan untuk fokus selain tentangnya. Kau tidak perlu berkubang pada cinta cinta cinta yang tak pernah berhenti tumbuh dari hatimu. Tidak memberimu ruang untuk terus berkontempelasi bahwa ya, Takano Masamune jatuh cinta setengah mati pada adik kelasnya yang sekarang masih hilang ditelan bumi.
Sayangnya, takdir tetap berniat untuk menyakitimu lagi.
(Yah, mau bagaimana lagi—pikirmu saat kau memandang cintamu lagi-lagi mengabaikanmu, tidak menyadari bahwa perilakunya itu menambah rajam di hatimu—mau sesakit apapun rasanya, selamanya aku akan terus mencintamu)
