Still
Rated : T (teen)
Pairing : SasuSaku of course ;)
Genre : romance, friendship, hurt/comfort
Warning : Ooc, abal, jelek, garing, bikin sakit kepala, typo berantakan, dll.
Yo minna!
Aku kangen banget ngetik fic, tapi bukannya ngelanjutin fic Night School, aku malah buat fic baru#plaakk
Wkwkwk… ini pertama kalinya saya bikin fic multichap yang temanya bukan fantasy!#tebar bunga mawar
Aku harap readers suka :D
Don't like? Don't reaaaddd!
Chapter 1 : Meeting
.
.
.
Seorang wanita berambut merah muda terlihat keluar dari toko buku dengan kantung plastik yang berada di genggaman tangan kirinya. Ia mengambil salah satu buku yang tadi ia beli di toko tersebut dan membukanya. Membaca sederet tulisan yang berada di buku itu. Ia terus berjalan dan tak mempedulikan keadaan sekitarnya. Sampai ia tersandung batu yang cukup besar, tubuhnya linglung, ia tak mampu lagi mempertahankan keseimbangan dirinya. Ia hampir jatuh dan malu, karena banyak orang yang berlalu lalang di sekitar daerah itu. Tapi catat. Hampir!
Sepasang tangan kekar menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke tanah. Ia berusaha berdiri tegap kembali. Tanpa melihat seseorang yang memiliki tangan kekar tersebut. Ia langsung menunduk untuk berojigi dan mengucapkan terima kasih pada orang yang menyelamatkannya dari kemaluan.
"A-arigatou gozaimasu…" ucapnya.
"Hn. Makanya kau harus lebih berhati-hati," kata pemuda yang telah menolongnya tadi. Merasa suara tadi terdengar familiar di telinganya, Sakura, nama wanita berambut merah muda tadi mengangkat wajahnya guna untuk melihat seseorang yang menahan tubuhnya tadi.
Melihat pemuda itu, seketika mata emeraldnya membulat lebar. Lelaki tadi juga menatapnya dengan kaget. Sakura terpaku, pemuda itu.. orang yang sangat dikenalnya, orang yang dulu sangat berarti dalam hidupnya. Orang yang telah memberi pengaruh besar dalam diri Sakura. Orang yang telah… membuat luka yang paling membekas di hati Sakura.
"Sa-Sasuke-kun?" mulut mungilnya refleks mengucapkan nama orang itu, refleks menyebutnya dengan surfiks '-kun. Sakura segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya saat ia kecoplosan menyebut nama lelaki itu.
"Sakura?" suara baritone pemuda itu terdengar nyaring di telinga Sakura. Suara yang lama tidak didengarnya, hati kecilnya mengatakan bahwa ia merindukan suara itu. Tapi, sebagian hatinya menyangkalnya. Sakura sibuk dengan pikirannya sendiri. Sasuke juga nampak tenggelam dalam pikirannya. Sampai kemudian Sakura memutuskan untuk berbicara.
"Su-sudah lama tak bertemu.. Sasuke," kata Sakura dengan senyum canggung. Sasuke mengangguk pelan.
"Ya, sejak hari 'itu' kita tidak pernah bertemu lagi." Sakura hari apa yang dimaksud Sasuke. Hari di mana ia merasakan kehilangan dan rasa sakit di hatinya.
'Kita cerai,'
'Cerai'
'Cerai'
'Cerai'
Sakura tanpa sadar mencengkram dadanya yang tiba-tiba terasa sakit dan sesak. Kepingan masa lalunya terlintas dipikirannya. Dan yang lebih buruk lagi, dia mengingat kata yang membuatnya sangat sakit. Kata yang tidak ingin didengarnya. Kata itu terus terngiang di telinganya. Ia semakin kuat mencengkram dadanya. Matanya terasa panas. Ia mengatur nafasnya. Mencoba melupakan rasa sakit yang tiba-tiba datang itu. Ia berusaha tersenyum pada Sasuke.
"Aku sibuk mencari pekerjaan sejak hari itu, kau tahu 'kan? Aku tak punya pekerjaan sebelumnya," kata Sakura, "yaaahh… kecuali kau melupakannya." Sakura terlihat memancing Sasuke. Sasuke menatap Sakura dengan tatapan datar.
"Hn. Aku mengingatnya. Lalu, apa pekerjaanmu sekarang?" tanya Sasuke.
"Aku… melanjutkan kuliahku. Aku ingin jadi dokter. Tapi aku juga kerja sambilan demi biaya kuliahku, aku bekerja jadi pelayan restaurant," jawab Sakura seadanya. Ia tak berbohong. Ia memang sangat ingin jadi dokter.
"Lalu, kau… sudah punya anak?" pertanyaan Sasuke membuat Sakura tertegun. Bisa-bisanya lelaki itu menanyakan hal seperti itu kepada Sakura.
"Apa urusanmu?" Nada bicara Sakura tiba-tiba berubah sinis. Ia menatap tajam lelaki itu. Sasuke membalasnya dengan tatapan datar. Membuat emosi Sakura semakin menjadi-jadi.
"Kalau tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku pamit pulang, Uchiha!" kata Sakura dengan penuh penekanan pada kata 'Uchiha', dan tanpa aba-aba lagi, ia membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Sasuke. Berjalan menjauhi masa lalunya. Berharap tak akan pernah bertemu lagi. Tak bertemu lagi…
~~~0~~~
.
.
.
Sasuke memasuki rumahnya dan segera menghempaskan dirinya di kasur berukuran king sizenya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Mengingat masa lalunya. Ia bertemu dengan wanita itu lagi. Wanita yang telah mengisi hari-harinya dulu. Wanita yang telah memberinya kehangatan sesaat. Wanita itu…
…mantan istrinya.
Sasuke memejamkan matanya. Mencoba untuk tak mengingat masa lalu itu. Rasa bersalah menghantuinya saat ini. Mendengar mantan istrinya bekerja sambilan demi biaya kuliahnya, membuat Sasuke sedikit merasa kasihan. Karena Sasuke lah Sakura akhirnya hidup seperti ini. Andai saja dulu kehidupan rumah tangganya tidak hancur, Sakura pasti telah meraih cita-citanya sekarang. Tapi semuanya telah terlambat. Semuanya kecau berantakan akibat rasa egois. Keegoisanlah yang membuat mereka berpisah, memilih jalan masing-masing. Tak dipungkiri lagi, Sasuke sedikit lega mendengar bahwa Sakura ternyata belum punya anak. Berarti Sakura belum punya anak dari lelaki lain. Sasuke terus mengingat memori masa lalu itu sampai akhirnya lelaki itu jatuh tertidur.
~~~0~~~
"Kau bertemu dengannya?!"Ino, sahabat Sakura memekik kaget mendengar cerita Sakura. Sakura hanya mengangguk pelan. Ino menatap sahabatnya dengan tatapan tidak percaya.
"Kau serius 'kan, Sakura?"
"Ya, aku serius."
Ino memilih diam. Ia tak tahu apa lagi yang harus dibicarakannya. Sakura bertemu dengan Sasuke. Sasuke yang menghancurkan hidup sahabatnya. Sasuke yang membuat mata emerald Sakura yang biasanya berbinar cerah menjadi redup. Sasuke yang menyakiti sahabatnya. Sasuke yang menceraikan Sakura. Sasuke yang membuat luka menganga di hati Sakura. Sasuke yang telah membuat Sakura trauma pada lelaki manapun sampai sekarang.
"Jangan bilang kau… masih mempunyai perasaan yang sama padanya, Sakura," ucap Ino serius.
"Aku… sejujurnya, masih punya perasaan padanya. Perasaanku padanya tak pernah hilang, tapi… rasa sakit yang kurasakan membuatku untuk tidak kembali padanya lagi." Ino menatap sahabatnya itu dengan tatapan kasihan. Dering handphone Ino memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka berdua.
"Moshi-moshi, Sai-kun? Ada apa?" Wanita pirang pucat itu nampak sedang berbicara dengan seseorang yang berada di telpon.
"Panggilan ke Amerika? Sekarang? Kenapa mendadak sekali?" Ino terlihat sedih. Sakura hanya menatap sahabatnya dengan tatapan bertanya.
"Hmm.. baiklah.. iya, hm… Aishiteru mo,"
Piipp..
Ino mematikan sambungan teleponnya dan menatap Sakura.
"Maaf Sakura, tapi aku ada urusan sekarang, aku harus pergi, kita mengobrol lain waktu saja yah," pamit Ino dan disambut anggukan dari Sakura. Wanita berambut pirang itupun pergi meninggalkan Sakura. Sakura menghela nafas dan juga meninggalkan tempat itu. Ia tak ingin berlama-lama di sana. Ia segera ingin kembali ke rumahnya. Berbaring di kasurnya yang nyaman, dan melupakan segala emosi serta amarahnya hari ini.
Ia berharap, besok ia tak akan merasa seperti ini lagi. Ia berharap besok akan lebih menyenangkan, dan tidak membuat dirinya resah.
~~~0~~~
.
.
.
Keinginan Sakura untuk tidak bertemu lagi dengan Sasuke hanyalah tinggal sebuah angan-angan. Ia bertemu dengan pemuda itu lagi. Di restaurant tempatnya bekerja. Sasuke tampak tidak melihatnya, ia sibuk berbincang dengan beberapa lelaki berjas hitam, dilihat dari keseriusan mereka berbicara, tampaknya mereka membicarakan soal bisnis.
"Pelayan!" Sakura sontak kaget mendengar Sasuke memanggil pelayan. Sakura tetap berdiri di tempatnya sambil memeluk nampan kosong dengan erat. Ia tak mau Sasuke melihatnya. Sungguh tak mau.
"Hey Sakura! Apa yang kau lakukan? Layani tamu itu! Kau tidak lihat semuanya sedang sibuk?" Teriakan salah seorang chief di toko itu membuat Sakura menggigit bibir bawahnya. Apa yang harus ia lakukan saat ini? Tidak.. ia tidak perlu takut berhadapan dengan Sasuke. Kalau pemuda itu bertanya macam-macam, ia akan mengguyurnya dengan jus dingin. Sakura kemudian berjalan bek pelayan ke arah meja Sasuke dan tamu-tamunya. Ia berhenti di dekat meja itu dan kemudian bertanya.
"Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan nada khas pelayan.
Sasuke membaca buku menu restaurant tersebut dan nampak memilih.
"Hm.. aku beefsteak saja, bagaimana dengan anda, Tuan Nara dan Tuan Inuzuka?" kata Sasuke seraya bertanya pada dua pemuda yang duduk di depannya saat ini.
"Ngg… aku sama saja denganmu."
"Ya, aku juga."
"Baiklah, tolong tiga beefsteak dan tiga lemon t- Sakura?" ucap Sasuke kaget ketika menoleh ke arah sang pelayan. Sakura hanya menghembuskan nafasnya dan tetap diam.
"Kau bekerja disini?"
"Baiklah, tiga beefsteak dan apa minumannya?"
"Hei, jawab pertanyaanku."
"Apa minumannya?"
"Kubilang jawab, Sa-ku-ra." Sasuke menatap tajam Sakura. Sakura juga balik menatap tajam Sasuke. Mereka berdua bertatapan tajam cukup lama, sampai Sasuke akhirnya menghembuskan nafasnya.
"Tiga Lemon tea," ucapnya. Sakura mencatat pesanan mereka dan kembali ke dapur. Sasuke menatap kepergian Sakura dengan tatapan marah dan kecewa.
~~~0~~~
Sakura keluar dari restaurant pukul lima sore. Tapi ia dikagetkan oleh keberadaan Sasuke yang tampak sedang menunggunya dengan pose bersandar di tiang listrik.
"Kau sudah pulang?"
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Jawab dulu pertanyaanku,"
"Ya, aku sudah pulang, apa yang kau lakukan disini?" tanya Sakura dengan tidak sabar.
"Menunggumu," jawab Sasuke santai.
"Tidak perlu," kata Sakura acuh dan berjalan tanpa mempedulikan Sasuke.
"Hey, tunggu, aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan, itu saja," ujar Sasuke yang membuat langkah Sakura terhenti. Cukup. Sakura tidak dapat lagi menahan semua emosinya.
"Mengajakkku jalan-jalan? Setelah kau melakukan semuanya padaku?" Sakura membalikkan tubuhnya menghadap Sasuke dan menatap pemuda itu dengan pandangan tidak bersahabat.
"Apa maksudmu?"
"Tidak usah berpura-pura, Uchiha Sasuke! Selama tiga tahun bersama, aku tahu sifat aslimu!" Nafas Sakura mulai tidak teratur, "Membuat seseorang terbuai dalam omonganmu setelah kau menjatuhkannya! Melukainya berkali-kali! Itu yang kau lakukan padaku! Bahkan sebelum kita bercerai!" Mata Sakura mulai memanas. Matanya mulai berair, dibasahi oleh air mata.
"Sakura, aku tak bermaksud seperti it-"
"Cukup! Menjauh dari kehidupanku! Karena sampai kapanpun, aku tak akan kembali lagi ke sisimu!"
"Sakura, kumohon, tenanglah… aku-"
"Jangan berbicara padaku lagi! Aku tak akan memaafkanmu sampai kapanpun! Karena aku membenci-"
Kata-kata Sakura terputus saat Sasuke menciumnya tiba-tiba. Emeraldnya membelalak lebar. Tapi kemudian ia mendorong Sasuke dengan keras.
PLAAAKK!
Sebuah tamparan telak mengenai pipi Sasuke oleh Sakura. Sakura sudah mengeluarkan air mata yang sedari tadi, tidak, dari kemarin ditahannya. Sakura menatap Sasuke penuh kebencian.
"Aku membencimu Sasuke…." Itulah kata-kata yang sempat ia ucapkan sebelum pergi. Kata-kata yang menusuk hati Sasuke. Sasuke memegang pipinya yang terasa sakit. Namun, bukan itu sumber sakitnya. Melainkan hatinya. Tak bisa dipungkiri lagi…
.
.
Ia memang masih mencintai Sakura, sangat mencintainya…..
To be Continued
Ngg.. pendek? Emang, karena ini opening, jadi aku buat pendek dulu..semoga readers suka#sembunyi di kolong tempat tidur
Engg.. aku gak tau mau ngomong apa, yang jelas, aku malu banget udah publish fic ini! Aku gak PD dengan fic ini.. T,T #kabur
Jadi, saran, ide, kritik (tapi yang membangun), saya terima demi kelanjutan fic ini,
Oke deh readers.. aku pergi dulu! Jangan lupa revieewww!*ngilang
NO FLAME!
Arigatou…
Hany-chan DHA E3
