Jimin n Yoongi: LOVE JUICE
Dancers are good in bed, Rappers are good Kisser - anonymous
.
.
Ku peringatkan, ini akan membosankan..
SELAMAT MEMBACA, SAYANG-SAYANGKU~~
.
.
Yoongi memutar-mutar gelasnya dengan bosan, menatap malas ke arah manusia yang tengah mencari kesenangan di lantai dansa. Saat ini ia tengah berada di klub malam mewah milik Namjoon, bukan tanpa tujuan ia berdiam diri di tengah keramaian ini. Harapannya satu, sekedar melepas penat dari tuntutan pekerjaan, atau mungkin sekalian mencari kekasih. Kalau tidak mendapat kekasih setidaknya ia mendapat partner seks karena sepertinya ia butuh hook up.
Bercanda.
Sebenarnya akhir-akhir ini Yoongi ingin mencari pacar. Iya, tidak salah baca kok. Yoongi benar-benar butuh pacar, serius. Namun ia juga merasa perlu menimbang-nimbang keinginannya lagi. Apakah keinginannya saat ini hanya karena efek terlalu lama sendiri, atau hal yang timbul dari perasaaan iri ketika melihat adik sepupunya- Jungkook yang tengah tertawa bahagia bersama Taehyung, atau perasaan iri yang timbul melihat Jin yang tengah malu-malu kucing karena digoda Namjoon.
Yoongi ingin pacar tetapi ia juga merinding kalau membayangkan afeksi yang akan diterimanya, pesan-pesan romantis yang mungkin akan memenuhi inbox nya, atau sekedar membayangkan rasa tersiksa di dada karena rindu ingin bertemu membuatnya berpikir ulang untuk mendapatkan kekasih. Ini bukan seperti dia anti skinship, atau geli karena afeksi penuh cinta yang membuat perutnya tergelitik. Ia hanya merasa tidak siap karena ia tidak pernah berpacaran dengan konsep seperti itu.
Bukannya Yoongi mau bilang kalau orang pacaran itu menanyakan "sedang apa?", "sudah makan?", hingga ucapan selamat pagi sampai ucapan mau tidur dan harapan bermimpi indah. Hanya saja ia tau kalau menjalin hubungan dengan seseorang yang hanya ia kabari kalau ingat atau ia datangi saat sedang butuh saja bukanlah konsep pacaran yang benar. Ia paham betul kalau konsep pacar bukanlah seperti itu.
Yoongi mengalami perang batin dalam dirinya hanya karena masalah konsep cinta-cintaan. Duh, serius deh, melihat hal-hal penuh cinta membuat dirinya enek sekaligus meriang. Merindukan kasih sayang.
Ewhh, lupakan yang ia katakan. Tetapi dia serius soal perasaan iri ketika melihat Jin atau Jungkook. Eyy, bukan berarti dia tidak bisa tertawa bahagia, dia masih bisa tertawa kok ketika mendengar dad jokes buatan Jin atau melihat Jungkook yang merasa sebal karena Taehyung membuat kaos putih kesukaannya terkena noda saus, bahkan ia masih bisa tertawa seperti orang gila ketika bercanda bersama Hoseok- partner kerjanya. Hanya saja, ia sadar kalau itu sesuatu yang berbeda. Rasanya berbeda saja antara teman dan pacar.
Berbicara tentang pacar, ia tidak peduli apakah calon pacarnya kali ini memiliki vagina atau justru berbatang sepertinya. Namun tentunya Yoongi juga akan pilih-pilih, ia tidak ingin pacar yang merengek minta dibelikan ini itu. Bukan karena Yoongi pelit, tapi please deh dia tidak ingin ditarik ke mall dengan alasan kencan dan berakhir dengan membawakan kantong belanjaan pacarnya. Ia juga tidak ingin pacarnya kelewat manja karena Yoongi sendiri terbiasa mandiri, ia sibuk dengan dunia sendiri jadi tidak memiliki waktu untuk sekedar meladeni sifat manja pacarnya. Lalu, ia butuh kekasih yang liar, panas, dan mempesona serta membuatnya bergairah- Yoongi pria dewasa berumur 25 tahun jadi wajar kan kalau ia juga memikirkan aktivitas ranjang. Kehidupan biologisnya juga penting, oke?
Oh, khusus lelaki- calonnya harus merupakan pihak yang mendominasi. Bukan karena ia gay lalu ia menjadi sosok mahluk yang haus untuk ditusuk pantatnya, bukan. Please, ia gay, bukan seorang maniak. Yoongi butuh orang yang mendominasi dan memiliki libido tinggi karena tentunya ia lebih suka dilayani, uke on top bukanlah gayanya. Hell, ia sudah pernah mencoba itu namun yang ia dapatkan bukanlah kenikmatan melainkan ketidakpuasan karena ia harus bergerak mencari kenikmatan sendiri. Terakhir, untuk masalah seks, ia ingin kekasihnya 'bersih', untuk sekedar info free sex itu cukup rentan dan Yoongi belum ingin mati tersiksa dengan perlahan karena tertular penyakit. Jadi meskipun ia cukup liar dengan caranya bergaul, Yoongi akan pastikan ia tetap sehat dengan memastikan bahwa kekasihnya juga sehat. Bahkan terkadang ia menyiapkan kondom untuk berjaga-jaga kalau tiba-tiba ia ingin melakukan seks dengan kekasihnya.
Selain alasan kesehatan, alasan lainnya karena ia tidak ingin membobol atau mengalami kebobolan punya anak sebelum menikah meskipun ia ingin memberikan cucu untuk orangtuanya yang sudah berada di surga. Ia masih cukup waras untuk memberikan anaknya keluarga yang lengkap, dan mendapat pengakuan yang sah.
Jadi intinya, ia berdiam diri disini karena ia memendam keinginan untuk mendapatkan pacar. Namjoon sendiri yang mengusulkan tempat ini ketika mendengar Yoongi menginginkan seorang kekasih, kalau bukan karena Namjoon yang meyakinkan mana mau ia mencari kekasih di sebuah klub malam, bahkan ia sudah berdiam diri selama satu jam disini. Well, not bad sih.
Klub malam yang mewah milik Namjoon ini memang sudah terkenal dikalangan para pria dan wanita dengan dompet tebal. Ini bukan karena Yoongi gila uang makanya ia mencari kekasih di tempat ini, toh Yoongi tidak butuh kekasih dengan materi berlimpah karena ia sendiri sudah cukup kaya raya hanya dengan royalti yang ia dapat dari lagu-lagu yang sudah ia buat. Ia hanya ingin memastikan kalau kekasihnya bukanlah jenis orang yang akan mengeruk hartanya atau haus kekuasaan. Okay, Yoongi tau pikiran seperti ini sangat bodoh karena siapa yang dapat menjamin? Tetapi Yoongi adalah Yoongi, pencegahan adalah segalanya.
.
.
Yoongi nyaris menguap- hebat, karena bisa-bisanya ia merasakan kantuk ketika berada di tengah-tengah musik yang berdentum dengan keras, dan bau alkohol yang menguar. Tidak ada bau rokok disini karena Yoongi memilih duduk di sekitar area bebas rokok. Terimakasih untuk klub mewah milik Namjoon karena ternyata masih peduli terhadap orang-orang konvensional yang membenci asap rokok seperti Yoongi.
Tuk!
Yoongi menatap seseorang yang baru saja menaruh gelas berisi minuman berwarna terang ke meja di depan Yoongi.
"Untukmu, anggap saja tanda perkenalan."
Yoongi mengernyit tak suka pada sosok yang kini tengah duduk sambil tersenyum di sebelahnya. Tampan sih, apalagi dengan rambut ash gray yang mungkin bila disibak akan sanggup membuat para gadis menjerit, akan tetapi lelaki rupawan itu terasa cukup kurang ajar karena datang tiba-tiba dan duduk dengan posisi yang cukup dekat dengannya.
'I HATE EVERYONE'inner Yoongi berbicara keras, ia segera menggeser pantat padatnya untuk memberi jarak antara dirinya dan orang itu dan agaknya orang itu tidak tersinggung sama sekali karena sikapnya ini.
"Aku Park Jimin, dan siapakah sosok manis ini?" Jimin, begitu sosok itu memperkenalkan dirinya, bahkan dengan repot mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Yoongi.
"Yoongi," ucap Yoongi dengan malas, ia menjabat malas tangan Jimin yang tengah terulur itu. Wow, Yoongi cukup tercengang sebentar sebelum melepas jabatan tangan itu. Hatinya berbisik sedikit senang karena nyatanya tangan yang tidak terlalu besar itu terasa pas digenggamannya.
"Apa yang sosok manis ini lakukan dipojok ruangan? Ngomong-ngomong ini kali pertama aku melihatmu di klub ini, apakah Namjoon hyung baru mengundangmu?" Wajah yang kecil tetapi tetap terlihat tampan itu memasang pose berpikir tanpa melepas tatapannya pada sosok manis dihadapannya. Mulutnya bergumam mengenai alasan-alasan kenapa sosok manis itu ada disini. "Tetapi Namjoon hyung tidak sembarangan mengundang orang untuk datang kemari, yah kecuali orang itu memiliki kerja sama bisnis dengannya atau setidaknya sekedar kenal nama dengan orang itu"
"Iseng." Satu kata yang terucap dari bibir mungil Yoongi untuk menjawab segala pertanyaan yang keluar dari bibir tebal milik Jimin. Ngomong-ngomong bibir Jimin sangat tebal hingga nyaris seperti bibir milik boneka bratz, boneka barbie yang juga memiliki bibir tebal dan penuh.
Yoongi menjilat bibirnya sendiri, membayangkan betapa indahnya bibir milik Jimin. Ugh, Yoongi akui bibir itu cukup menggodanya, Yoongi jadi bertanya-tanya bagaimana rasa bibir itu. apakah mulut Yoongi terasa penuh ketika mencium bibir itu, bagaimana rasanya ketika bibir itu memakannya hingga habis, melumatnya, dan menghisapnya penuh nafsu. Ah, apakah nantinya bibir itu akan semakin tebal? Haruskah Yoongi mencobanya? Lihat, lihat betapa Jimin terlihat seksi dengan bibir itu, apalagi smirk itu, smirk yang—
"Membayangkan betapa nikmatnya bibir ini, sayang?"
Jimin menjilat bibirnya dengan gerakan yang amat sensual, matanya menatap tajam Yoongi yang memalingkan muka dengan rona merah. Shit, rasanya tertangkap basah oleh Jimin membuatnya malu sekaligus membangkitkan rasa menantang dalam dirinya.
Jimin tertawa pelan, tidak bermaksud meledek Yoongi yang mungkin tengah berpikir keras untuk menjawab pertanyaannya. Tangan Jimin terulur pada dagu milik Yoongi, dibuatnya Yoongi untuk membalas tatapannya.
"Tertarik untuk mencobanya?"
Bahkan tanpa jawaban dan persetujuan Yoongi, Jimin sudah menempelkan bibir tebalnya pada bibir Yoongi. Jimin patut merasa senang karena tidak seperti partner seks lainnya yang membalas ciuman Jimin dengan sebisanya, Yoongi membalas ciuman miliknya dengan liar, dan menuntut. He's a good Kisser, tanamnya dalam hati.
Jimin menggigit bibir mungil Yoongi, meminta akses untuk mengeksplor isi mulutnya. Perang lidah tak terelakkan, mereka bertukar saliva.
"Wow, wow, sabar kitten, aku tidak menduga bahwa ternyata kau benar-benar memang ingin merasakan bibirku, hmm?"
Yoongi merenggut tidak suka ketika Jimin menarik bibirnya menjauh hingga Yoongi seakan mengejar bibir tebal itu. Lalu apa itu? panggilan kitten? Memangnya Yoongi itu pet hingga mendapat panggilan seperti itu?
"Mau melakukan yang lebih?" Tawar Jimin pada Yoongi yang kali ini tidak berpikir lama justru langsung mengangguk mengiyakan dengan mudah.
Jimin tersenyum girang, menarik Yoongi untuk mengikuti langkahnya.
.
.
.
.
Ngilu.
Yoongi mengerang merasakan tubuhnya yang sakit, terasa remuk terutama dari pinggul ke bawah. Rasanya tubuhnya lengket, dan bau. Shit, tiba-tiba kilasan semalam menerpanya dengan kuat.
Ini bau seks dan Yoongi bisa mengingat dengan baik kalau ia melakukan seks dengan lelaki bernama park Jimin.
Park Jimin! Gosh, dimana lelaki itu?
Suara pintu yang terbuka membuatnya menoleh dengan cepat dan menemukan Park Jimin yang tengah mengusapkan handuk ke kepalanya dengan gerakan yang entah kenapa terlihat jantan. Menurunkan pandangannya, Yoongi menemukan perut Jimin yang terbentuk dengan baik. Perut kotak-kotak itu kembali mengingatkannya dengan kegiatan semalam, betapa ia mengagumi perut itu karena perutnya sendiri mulus semulus perut bayi tanpa otot yang membentut 6 kotak seperti milik Jimin.
"Oh, kau sudah bangun?" Jimin mendekati Yoongi dan duduk di tepi ranjang.
"Mau ku bantu untuk membersihkan diri?"
"Tidak aku bisa sendiri," sejujurnya Yoongi ingin mengiyakan, tapi rasa malunya lebih unggul jadi ia berusaha bangkit sendiri dan-
Yoongi mendesis pelan, desisan itu yang berhasil menarik perhatian Jimin untuk segera menolongnya.
Jimin tertawa , paham benar kenapa Yoongi menolak "Tidak perlu malu, aku sudah melihat semua bagian tubuhmu kok. Lagipula aku jadi merasa tidak enak kalau kau merasa sakit karena perbuatanku semalam yang menggempurmu habis-habisan, jadi terima saja bantuan kecil dariku, oke?"
Tanpa membiarkan Yoongi menjawab, Jimin sudah mendekati Yoongi dan melingkarkan tangannya di pinggang Yoongi. Mereka baru melangkah satu kali dan Yoongi terdiam, tangannya yang bebas meraba bagian belakangnya. Seketika pandangannya berubah horror ketika merasakan sesuatu mengenai telapak tangannya.
"S-sperma? Ja-jangan bilang kau—"
"Kenapa? Akan aku bantu bersihkan. Maaf ya semalam aku tidak menggunakan kondom kar—"
"apa? Sialan! Dasar bajingan!" Yoongi mendorong tubuh Jimin dengan kencang hingga Jimin mundur beberapa langkah.
"Ah sialan, bagaimana ini" Yoongi menjambak surainya frustasi, ia terus berceloteh tidak jelas sesekali bergumam dan berteriak mengumpati Jimin. Jimin yang melihatnya merasa heran sendiri.
"Hei-hei, kenapa kau merasa kesal sekali? Oke aku tau itu sedikit menjijikan, dan kalau kau takut terkena penyakit, maka untuk meringankan ketakutanmu aku akan memberitahumu kalau aku bersih. Aku cek darah setiap 3 bulan, dan bersih dari penyakit." Jimin menjelaskan sambil mengangkat kedua jarinya, seakan bersumpah kalau yang ia ucapkan adalah benar.
"Arghhh! Bukan itu!" Yoongi mencak-mencak sendiri, kakinya menghentak-hentak dengan kesal. Ia bergerak memunguti pakaiannya dan memakainya dengan cepat kemudian memandang Jimin dengan mata yang sudah berkaca-kaca
"Aku tidak mau punya anak di luar nikah!"
"hah?" Jimin membeo, menatap Yoongi dengan tatapan tidak percaya. Ia berdiri di depan Yoongi yang sudah siap membuka pintu kamar. "Dengar ya, meskipun aku menggagahimu semalam suntuk, kau ini laki-laki, bukan wanita. Kau tidak akan hamil, jadi tidak perlu cemas. Oke?"
"Tapi..."
Jimin segera memutar otak, kemudian mencari secarik kertas pulpen dan menulis sesuatu sebelum memberikannya kepada Yoongi. "Ini, hubungi aku atau segera kesini kalau kau benar-benar hamil. Lagipula bukan salahku sepenuhnya kalau aku tidak menggunakan kondom, kau sendiri yang mengizinkanku masuk ke lubang ketatmu tanpa kondom."
"A-apa?" menerima tuduhan seperti itu membuatnya geram. Jimin pasti bohong, mana mungkin dia bisa membiarkan dirinya dimasukin tanpa kondom.
"Kau pasti bercanda! Tidak, kau pasti berbohong!" Yoongi mendorong Jimin dengan kasar, ia mengacungkan telunjuknya tepat ke wajah Jimin.
"Aku tidak berbohong, kau benar-benar mengatakan iya ketika aku meminta izin untuk memasukimu. Kau bahkan terus memintaku membobolmu dengan cep—
Bugh!
-at agh sial! Kenapa kau meninjuku?" Jimin mengerang sakit, badan saja yang kecil tapi ternyata Min Yoongi memiliki kekuatan besar untuk meninju perutnya.
Yoongi tersenyum meremehkan, "itu untuk pembohong sepertimu! Lain kali akan ku pastikan adik kecilmu itu menerima tendanganku!" sungutnya kesal, dengan cepat ia membuka kamar yang ia yakini milik Jimin itu dan berlari keluar apartemen tanpa sepatu. Persetan dengan sepatu, pokoknya ia harus segera pulang ke rumah untuk membersihkan diri.
"Min Yoongi sialan, adik kecil apanya, jelas-jelas dia sudah melihat milikku yang besar." Sambil mengelus perutnya, Jimin bergerak mendekati ranjang bekasnya bercinta dengan Yoongi. Ia tersenyum senang mengingat semalam ia merasakan jackpot, "lain kali kan Yoongi-ah? Lain kali ya.." gumam Jimin dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
.
.
.
Suara pintu yang dibuka dengan kasar membuat Namjoon dan Jimin yang tengah membahas sesuatu segera menoleh ke arah pintu. Jimin mengerutkan dahinya, ini sudah sebulan berlalu sejak Yoongi pergi begitu saja dari apartemennya. Jimin tiba-tiba tersentak, apakah Yoongi kemari karena dia hamil? Tunggu, jadi Yoongi benar-benar bisa hamil, begitu?
Sementara itu, tak jauh beda dengan Jimin, Namjoon mengangkat sebelah alisnya ketika melihat sosok Yoongi diikuti Seokjin di belakangnya. Tumben sekali sepupu sekaligus partner komposer lagunya itu berada disini.
"Err... Yoongi, kau sehat?"
"Tidak usah tanya-tanya!"
"Nam-namjoonie, bisa kita keluar sebentar?" Itu suara Seokjin yang berusaha terdengar biasa saja, tapi kalau ditelisik raut wajahnya menunjukan wajah cemas luar biasa. Namjoon segera beranjak mengikuti Seokjin meninggalkan Jimin yang tengah berusaha tenang dengan menonton drama dadakan itu dengan gerakan santai yang dibuat-buat, untuk menambah totalitas ia tetap menghisap rokok yang berada di tangannya.
Sepeninggalan Namjoon dan Jin, Yoongi mendekat ke arah Jimin dengan raut wajah yang menahan kesal.
"Matikan." Ucapnya sambil bersedekap.
"Apa?"
"Rokokmu, matikan itu Park!"
"Memangnya kenapa? Aku tidak menyuruhmu mendekatiku."
"Aku tidak suka!"
Jimin segera berdiri dari duduknya, ia sudah siap meledak karena Yoongi mengambil paksa rokoknya dan mematikannya begitu saja sebelum membuang puntung rokok itu ke asbak.
"Yah! Min Yoongi!"
"Dasar sialan!" Tanpa berpikir lebih lanjut, Yoongi menendang benda pusaka milik Jimin dengan kakinya. Sungguh, Yoongi merasa kesal hanya dengan melihat wajah Jimin.
"Aghhh! Min yoongiiihh! Aghh sialan!" Jimin melompat, menangkup benda di selangkangannya yang baru saja Yoongi tendang.
"Karena kau aku jadi harus ke rumah sakit, aku tidak bisa berhenti khawatir setiap minggu hanya karena memikirkan apakah aku benar-benar hamil atau tidak. Dasar sialan! Aku benar-benar ingin membunuhmu!"
Yoongi sekali lagi meninggalkan tendangan, kali ini sasarannya di tulang kering Jimin. Yoongi tidak main-main ketika mengatakan ingin membunuh Jimin karena nyatanya ia benar-benar niat ketika menendang Jimin.
"Agh! Min Yoongi!" Jimin menarik tangan Yoongi sebelum pria mungil itu benar-benar lari meninggalkannya setelah menendang masa depan dan tulang kakinya dengan keras.
"Minta maaf!" tuntut Jimin kepada Yoongi, sesekali ia meringis ngilu karena benda pusakanya berdenyut.
"Tidak mau! Kau pantas mendapatkannya!"
Jimin menggeram kesal, ia menarik tangan Yoongi dan meletakkannya di atas juniornya. Ia mengelus pelan area itu dengan tangan Yoongi. Mau tak mau membuat Yoongi merasakan gundukan milik Jimin yang baru saja ditendangnya.
"Setidaknya merasa bersalah karena kau sudah menendang ini, benda pusaka ini juga memuaskanmu tau!"
Yoongi yang merasa malu sekaligus kesal itu justru meremas gundukan dibalik celana itu.
"aahh.."
.
.
.
Entah bagaimana, tapi Yoongi ingin mengamuk kali ini. Sialan! Kok bisa-bisanya ia berada di bawah Park Jimin (lagi)?
Yoongi menggeliat, berusaha melepaskan pelukan Park Jimin di tubuhnya.
"ahh.. jangan bergerak Yoong, kau bisa membangunkannya lagi..."
Mata Yoongi membulat, ia baru sadar milik Jimin masih berada di dalam tubuhnya.
"Park Jimin mesum! Sialan! Bantet! Menyebalkan! Mesum!"
"Hei! Kau menyebut mesum dua kali!" protes Jimin mendengar ucapan yang keluar dari bibir mungil milik sosok yang berada di dekapannya.
Tolong jangan tanyakan kenapa mereka lagi-lagi berakhir tanpa busana, dan lagi-lagi dengan aroma seks yang masih menguar.
"Keluarkan!"
"haish, tidak bisa ya kau tenang setelah bercinta?"
"Keluarkan saja milikmu dari lubangku, Park!" desis Yoongi kesal, serius Yoongi merasa penuh di bawah sana, padahal ia tau Jimin belum ereksi. Apalagi kalau Jimin ereksi lagi. Sial, ngelantur apa sih dirinya ini.
"Cerewet nona Min!"
"Yah sialan siapa yang kau pang—
Ahhh.." Yoongi segera menutup mulutnya yang tiba-tiba mengeluarkan desahan karena Jimin perlahan menarik miliknya.
"heh, baru ku tarik sedikit kau sudah mendesah. Bagaimana kalau ku masukkan lagi?"
"Jang—
Argh! Sakit, bodoh!" Yoongi berkaca-kaca karena Jimin benar-benar memasukkan miliknya lagi dengan kasar.
"Park Jimin bodoh! Pokoknya aku membencimu! Mesum sialan!"
"Iya, iya, iya silahkan mengumpat karena itu membuatmu makin seksi, Sayang.." Jimin tersenyum, ia membiarkan Yoongi mengumpatinya setiap ia memaju-mundurkan pinggulnya dengan cepat, menumbuk lubang milik Yoongi yang entah sejak kapan terasa seperti candu.
"Parkkhh ahh.. siahh.. lan.. hhh"
"Cukup nikmati, oke? Tenang saja aku belum melepas kondomnya kok." Jimin nyengir, kembali menyodok Yoongi dengan nafsu. Sementara Yoongi sendiri bersikap pasrah, membiarkan Jimin menyodok lubangnya. Well, tidak ingin munafik, apa yang Jimin lakukan pada tubuhnya saat ini benar-benar membuat Yoongi senang, dan ia cukup puas.
Entah hentakan keberapa sampai akhirnya Jimin mengeluarkan spermanya- di kondom tentu saja. Setelah ia merasa sudah selesai, ia segera menarik miliknya keluar dari lubang Yoongi.
"Thanks, kau menakjubkan." Pujinya pada Yoongi yang tengah menarik nafas dengan bar-bar tanpa peduli bahwa Jimin mulai beranjak dari atas kasur dan berusaha melepas kondomnya untuk segera dibuang.
"Yoongi?" panggil Jimin dengan nada pelan, dengan gerakan patah-patah ia menoleh ke arah Yoongi yang kini tengah menatapnya.
"apa?"
"kau, kau benar-benar bisa hamil?" tanya Jimin ragu.
Yoongi mengangguk, "iya, makanya jangan memasukiku tanpa pengaman, bodoh." Cibirnya kesal, mau tidak mau kembali mengingat kejadian sebulan lalu.
"ka-kalau begitu kau tidak sedang hamil anakku saat ini kan?"
"tidak, kalau kau bertanya kenapa aku ke ruangan Namjoon maka akan ku katakan itu bukan untuk menemuimu dan meminta tanggung jawab. Sialnya Seokjin mengatakan bahwa Namjoon sedang bertemu denganmu dan itu menyulut amarahku. Untuk sekedar informasi, aku sudah memeriksakan diri, dan hasilnya negatif. Kau harus bersyukur karena aku tidak mengandung anakmu, Park!"
"Bagus kalau begitu.." Jimin menghela napas lega, giliran Yoongi yang menatap heran pada reaksi Jimin.
"Kenapa?"
"Ti-tidak"
"Ku tanya kenapa, kalau kau tidak mau jawab, akan ku pastikan adik kebanggaanmu benar-benar tidak bisa berdiri tegak lagi!" Ancam Yoongi tanpa peduli bahwa ancamannya membuat Jimin bergerak reflek untuk menutup adik kebanggaannya.
"Tidak, sumpah tidak ada apa-apa, aku hanya berpikir kalau aku yang menggempurmu hebat tidak menjadi hasil, maka kali ini bisa begitu juga kan?"
"hah? Apa maksudmu?"
Jimin nelangsa, ia mengangkat kondom bekas pakainya dan Yoongi tidak buta untuk melihat bahwa kondom itu bocor karena sperma Jimin menetes jatuh dari ujung kondom.
"WHAT THE FUCK?!"
.
.
.
END (dengan tidak elitnya)...
Hallooooooo! Apa kabar? Sudah lama ya? Maaf kalau kalian bosan membacanya, ini benar-benar tidak direncanakan. Jangan tuntut aku soal sekuel, aku tidak tau harus bagaimana.
Bagian awal hanya sebagian dari pikiranku soal konsep pacaran, sayang-sayangan, lovey dovey unch (?)
Hahaha..
Berkenan untuk review? Mungkin aku akan sering kembali, kekeke~~
