Haiii.. ini pertama kalinya saya berhasil menulis sebuah fanfic (serius!!).

Mohon maaf sebelumnya jika ceritanya aneh, tidak menarik, terkesan seperti dibuat anak kecil karena ini fanfic pertama saya.

Jadilah fanfic pertama saya ini dengan tema crossover!!

Judulnya pun masih ngawur, ntar aku ubah kalau ada ide.

Gomen malah kebanyakan curhatnya.

Warning:

Crossover, AU, shounen-ai tapi chapter ini masih aman kok, banyak kata yang cukup kasar maka saya kasih rating T deh.. XD

Disclaimer:

Lion Magnus, Chaltier dan tokoh-tokoh lain dari Tales of Destiny milik Namdai dan Inomata Mutsumi-sensei

Sebastian, Ciel Phantomhive, dan yang lainnya dari Kuroshitsuji milik Yana Tobosho-sensei

Mungkin saja bisa bertambah dari anime lain.. kita lihat saja deh nanti... XD


Prologue:

Lion Magnus dari Tales of Destiny bertukar tempat dengan Ciel Phantomhive. Mereka berdua terjun ke dunia yang berbeda. Tidak hanya satu karakter saja yang berpindah tetapi ada beberapa tokoh dari anime/manga/game yang sama yang nantinya muncul dan akan mendampingi masing-masing tokoh utama, Lion dan Ciel. Mereka berdua harus menemukan jalan pulang untuk kembali ke dunia mereka masing-masing.

Pada bagian ini saya menulis Lion side dulu nantinya saya juga akan membuat Ciel side di fanfic yang terpisah.. (kalau digabung akan membuat saya bingung) - rencananya sih.. Jujur karena saya belum tahu bakal seperti apa plot ceritanya.. Maklum ide dadakan sih... XD


~Lion Side~

Suatu pagi yang cerah di kediaman Phantomhive...

'Kling.....'

'Cling Cling...'

'Ting Ting..'

(anggap saja efek suara lonceng bel)

"Bocchan, sudah pagi... saatnya anda untuk bangun.." Bisik Sebastian di dekat telinga tuan mudanya yang sayup-sayup mulai terbangun karena terganggu suara lonceng.

"Rese lu, mengganggu banget... kenapa sih kalau ga pake klintingan?"

"Biasanya anda kubangunkan dengan ini dan anda tidak pernah komplain," Balas Sebastian dengan tersenyum.

"HeeeEhh?"

"Benar juga, sebenarnya aku ini dimana??" Lion beranjak dari tempat tidurnya dan menoleh ke kanan kirinya seperti orang yang panik.

"Masa anda lupa sih, ini kan rumah anda sendiri Bocchan,"

Setelah sekali lagi memandang keadaan di sekitarnya yang asing baginya, dengan kesal Lion pun berteriak.

"Uso da!!! ini jelas-jelas bukan rumahku tahu. Aku tidak buta!!!!"

"Tenangkan diri anda Bocchan, semalam anda mimpi buruk ya?"

"Di sinilah tempat yang menjadi mimpi burukku...

Chh.. Terserah kau sajalah.. berdebat denganmu cuma bikin kepalaku pening... Aku butuh udara segar.."

"Yes my Lord," Jawab Sebastian sambil membungkukkan badannya.

Lalu Lion beranjak dari kasur yang dia tempati, dan sebelum beranjak pergi, Sebastian memegang tangannya dan mengingatkan sesuatu hal yang penting kepada cowok berambut hitam itu "Bocchan, anda belum ganti baju.. Anda tidak bisa keluar dengan piyama seperti itu..."

"Benar juga.. Mana bajuku?"

"Ini sudah saya siapkan Bocchan," Tangan Sebastian pun mulai bergerak untuk melepas kancing Bocchan-nya.

"A-Apa yang kau lakukan?? A-Aku bisa melepas bajuku sendiri dan aku bukan anak kecil!!" Wajah Lion mulai memanas dan pipinya memerah.

"Tumben Bocchan mau melepas bajunya sendiri.." Sebastian bertanya sambil berusaha menahan tawanya.

Melihat Lion telah melepaskan bajunya, tangan Sebastian mulai bergerak lagi untuk memakaikan baju untuk bocchan nya.

"Kau ini kenapa sih?? dasar mesum!!" Lion menampar tangan sang butler dan berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah karena dirinya merasa dipermalukan.

"Biasanya saya juga memakaikan pakaian untuk Bocchan,"

Cowok yang mata kanannya tertutup oleh poni rambutnya akhirnya terbawa emosi dan tidak mau tahu alasan sang butler penghuni mansion Phantomhive.

"Sekarang kau keluar!!" Lion pun membentak marah sambil menunjuk telunjuknya ke arah pintu.

"Yes my Lord,"

"Chh..."

"Emilio-Bocchan" Sesosok benda mati yang tergeletak di atas meja tiba-tiba bersuara.

Mendengar suara yang tidak asing baginya, kemarahan Lion mulai mereda dan ia pun menanggapi partnernya yang memanggil.

"Ternyata kau ada di sini ya Chal? Kenapa kau sejak tadi diam saja?? Ngomong gitu kek, aku sempat stress di tempat ini, apalagi ada orang aneh berbaju hitam seperti dia,"

"Hahaha.. Bocchan, Bocchan, anda sangat lucu,"

"Kisama! Kau mau kubunuh ya Chal?"

"Bagaimana cara Bocchan membunuhku? Bocchan lupa ya kalau saya jiwa saya masuk dalam pedang ini?"

.....

.....

"Sudahlah, bikin tambah capek kalau ditambah harus berdebat denganmu," Akhirnya cowok yang berumur 16 tahun itu menyerah kalah dan hanya bisa mendesah.

"Hahh, pakaian apa ini?! aneh banget!!! Pakaianku di mana? Kau lihat tidak Chal" Tuan muda

"Saya tidak lihat Bocchan,"

"Sial, dimana pakaianku??" Lion mengacak-acak kamar yang ditempatinya untuk mencari pakaiannya, tetapi ia gagal menemukannya. Kalau Ciel mengetahui kamarnya ditempati orang lain dan acak-acakan begini pasti dia akan marah besar.

"Ch.. apa boleh buat sementara aku pakai baju aneh ini.." Desah Lion menyerah kalah.

"Bocchan, apakah anda baik-baik saja? Apakah anda kesulitan memakai pakaian anda?" Tiba-tiba Sebastian masuk dan tentu saja mengagetkan Lion yang masih telanjang dada.

"Mesum macam apa kau? Mau kubunuh ya?" Cowok cantik itu menggeram dan memandang Sebastian dengan tatapan dingin dan aura membunuh. Tentu saja dengan kecantikan dan keimutan yang setara dengan Ciel.

"Dibunuh pun saya tidak bakal mati Bocchan, karena saya akuma.."

Lion menggeram kesal karena orang di sekelilingnya tidak bisa mati, alias immortal. Cepat-cepat dia memakai baju khas 'Phantomhive' tanpa memperdulikan pita baju di bawah lehernya yang tidak terikat dengan rapi.

"KLEK.." Lalu tuan muda yang kesal itu pun membuka pintu kamar yang ditempatinya dengan kasar dan menggerakkan kakinya untuk segera beranjak keluar dari ruangan itu.

"Mau saya temani Bocchan?"

"Bocchan, kok aku ditinggal sih?" Swordian malang itu bertanya dengan memelas.

"Aku tidak mau ditemani oleh orang aneh sepertimu!! Dan aku putus hubungan denganmu Chal!!" Jawab Lion tanpa menoleh ke arah mereka berdua.

"Iterashai Bocchan.." Ucap Sebastian dan lagi-lagi dengan sopannya menundukkan badannya, menghormat ke sosok pengganti majikannya yang masih dianggapnya misterius itu.

"OHH... TIDAK~!" Dengan gaya teletubbies, Chaltier sangat shock mendengar penyataan majikannya itu bagaikan diputus pacarnya.

"Tenangkanlah dirimu pedang, nantinya dia pasti akan sangat membutuhkanmu, jadi kurasa lambat laun dia akan menyesali perkataannya." Ujar Sebastian berusaha menghibur Chaltier.

Seolah tidak peduli dirinya dipanggil pedang, Chaltier merasa terharu mendengar perkataan Sebastian. "Terima kasih, anda sangat baik. kalau boleh tahu siapa nama anda?"

"Saya Pierre de Chaltier"

"Sebastian Michaelis,"

Akhirnya ke-2 sosok yang sama-sama immortal itu berkenalan dan menjadi sepasang sahabat sejati.

TBC….


Fufufu.. akhirnya selesai juga chapter ini.

Daftar Kosakata: (bagi yang tidak tahu artinya)

~Akuma: Demon

Bocchan: tuan muda

~Kisama: Semacam sialan (kata umpatan gitu) ^^;

Read & Review please ^^ kritikan yang membangun juga boleh karena saya masih amatiran dalam menulis fanfic.. ;3 tapi jangan flame ya.. tar aku bisa stress.. XD

Gomen jika nantinya updatenya lama, karena ide yang muncul di otakku tidak bisa ditebak kapan munculnya dan tidak bisa dipaksakan kemunculannya.

Terima kasih banyak kalau ada yang sudi menyempatkan membaca fanfic aneh ini. :3