Save Our School

Disclaimer : Mas Masashi Kishimoto (dilempar pake komik Naruto)

Chapter 1

Murid Baru

"Aaarrrgghhh!!! Tulungin gue!!!" seru Lee kaya baru digigit onta. Pagi yang cerah di kelas 2 A-1 emang selalu diawali oleh teriakan makhluk keriting yang satu itu. Tapi tak seorang pun yang ambil peduli sama dia. Yah, bukan apa-apa, seluruh penghuni 2 A-1 (termasuk gue) lagi pada sibuk nyontekin PR Kimia ke sana kemari. Seperti biasa, PR Kimia emang selalu bikin susah bin puyeng! Warning: Don't try it at home, eh salah, at school!

Beda dengan Lee, sohib gue yang satunya lagi, Neji—nongol dengan sangat anggun dan santai. Rambutnya yang panjang melambai-lambai bagai kunti di pantai, hwehehehe!

"Hai, semua! Ops! Ada pe-er, ya? Wah… Untung gue udah selesai!" kata Neji dengan santai padahal semua orang udah kisruh. Langsung deh, gue nimbrung ke bangku Neji.

"Tulung, dong! PR gue belon jadi, nih! Ntar gue disuruh ngepel aula, lagi! Pinjem Pr lo ding Ji!" keluh gue di antara kerumunan para pecontek profesional di bangku Neji. Ehm, berdasarkan peraturan di SMA Metanoia ini, satu bangku diduduki satu orang.

Pas lagi sibuk-sibuknya, gak disangka, gak diduga, gak dikira, eh… Ino ngejatohin vas bunga dari meja guru. Prang! Vas itu hancur berkeping-keping di lantai. Yang menyusul kemudian hanyalah keheningan karena semua mata tertuju kepada Ino. Dia memberi tatapan melotot penuh keterkejutan kepada kita semua. "Sori…" gumamnya ga jelas saking takutnya.

Dan tiba-tiba, teeet! Bel tanda masuk kelas berbunyi. Yang tadi lupa sama PR Kimia langsung panik lagi dan buru-buru lari ke bangku masing-masing. Soalnya, Orochimaru-sensei bakal langsung muncul di kelas dan hiiii… serem deh ngebayangin dia ngomel-ngomel! Sekilas info, Orochimaru-sensei tu orangnya agak ke-Aming-Aming-an. Ngerti toh? Nggak ngerti juga gak apa-apa, deh.

Dan seperti yang diduga, Orochimaru-sensei langsung nongol di ambang pintu, , menjinjing tas dengan gaya jalan yang unik. Semua anak menahan napas karena gak ada yang inget ngeberesin vas bunga yang tadi jatoh. Tapi kali ini muka Orochimaru-sensei sama sekali ga nunjukin kecemberutan! Malah hanya senyum manis! (parah banget… paling ga, kita anggap aja senyuman dia manis, deh).

"Nah, selamat pagi, anak-anak!" sapa Orochimaru-sensei dengan ceria.

"Pagi, pak!" balas anak-anak dengan cemas. Soalnya pecahan vas itu berserakan tepat di depan meja guru. Inoo yang paling ketakutan komat-kamit ngucapin doa tanpa suara.

Orochimaru-sensei kayanya ngerti dan ngeliat meja guru sekilas. Tapi anehnya, dia malah senyum lagi! Waduh! Ini baru namanya rekor!

"Nah, hari ini, kita kedatangan teman baru. Yah, orangnya manis sekali!" seru Orochimaru-sensei dengan gemes. Oooo, semua anak membulatkan mulut tanda ngerti. Pantes aja Orochimaru-sensei hari ini happy banget. Tapi aneh juga, masa pindah ke sekolah lain pas udah tengah semester.

"Oke deh, semua! Sasuke! Ayo, masuk! Yuhuuuu!!!"

Hihihi…!!! Semua anak menahan senyum karena Orochimaru-sensei (ga sadar) baru keluar aslinya.

Tampak dengan seribu keengganan, anak yang bernama Sasuke itu masuk. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran gue adalah, ini anak kayanya ga punya ekspresi selain manyun doang! Dari caranya berpakaian, gue bisa simpulin kalo dia tu tipe cowo culun yang hanya berjuang untuk pelajaran.

Ehm, liat deh. Kacamata minus tebel, kemeja diseterika sampe licin bener, dan jangan lupa sama tas punggung yang isinya (mungkin aja) termos es bon-bon gede. Pasti diberati oleh segoni buku! Ck, ck, ck. Seolah memikirkan hal yang sama, gue dan Neji (yang duduk di seberang gue) berpandangan dan nyengir satu sama lain. Ini anak calon baru kejahilan kita.

"Nah, silahkan Sasuke memperkenalkan diri!" ujar Orochimaru-sensei penuh semangat.

Sasuke tampak seolah tak pernah ingin berdiri di sana, di hadapan 29 murid yang aneh-aneh bin ajaib lengkap dengan seorang guru mereka yang norax bangetz. Dia menghela nafas panjang, berbicara,

"Pagi semua!" sapa Sasuke (tanpa ekspresi).

Gak ada yang nyahut. Pada terpesona, cling, cling, cling. Tapi Sasuke ga peduli dan terus aja ngomong.

"Kenalkan, saya Uchiha Sasuke. Saya pindahan da(r)i Singapura. Saya ba(r)u sebulan di Jepang, jadi saya agak me(r)asa kesulitan dalam be(r)bica(r)a dengan bahasa Jepang. Saya mohon maaf kalau saya be(r)bica(r)a dicampu(r) dengan bahasa Ingg(r)is." uja(r) Sasuke, eh, ujar Sasuke dengan huruf r yang samar pada setiap kalimatnya.

Gue sampe sakit perut nahan-nahan ketawa ngedenger cara ngomongnya si Sasuke itu. Tapi kalo Lee langsung nyembur dan terbahak-bahak dari belakang sehingga seisi kelas jadi ikutan ketawa. Semua cewe malah ternganga saking takjubnya. Orochimaru-sensei jadi kesel dan bete karena Sasuke diketawain seluruh makhluk 2 A-1.

"Nah, sudah, sudah! Tidak baik menertawakan orang kalo baru pertama kali berkenalan! Bapak tidak suka!" ancam Orochimaru-sensei dengan gaya khasnya, jari telunjuk digoyang kiri-kanan. "Sasuke, kamu duduk di bangku di belakang Ino!" ujar Orochimaru-sensei dengan lembut kepada Sasuke sambil nunjuk-nunjuk INo yang duduk di bangku paling depan.

Ino kaget setengah idup, seolah baru dapet rejeki duren sekarung dan menunjuk mukanya sendiri. Sasuke berjalan sambil menunduk (jadinya gue ga ngeliat ekspresinya) ke arah yang ditunjuk Orochimaru-sensei.

"Nah, jadi siapa yang tadi memecahkan vas?" tanya Orochimaru-sensei dengan galak (wuidih… 180o bedanya pas lagi ngomong dengan Sasuke).

Ga usah diragukan lagi. Semua jadi diem. Ga ada yang ngacung.

"Cepet! Ngaku!" ujar Orochimaru-sensei keras. "Bapak itung, satu, dua…"

Ino pun ngacung dengan gemetar. Orochimaru-sensei menatapnya dengan kesal.

"Kamu keterlaluan, Ino! Ngapain kamu sampe vas ini hancur lebur?!" ujar Orochimaru-sensei dengan nada tinggi (ngaco… padahal gak lebur-lebur amat…).

"Eeee… saya tadi, tadi mau, mau… itu, itu… iya! Saya tadi mau ngeganti vas bunga itu dengan vas baru yang lebih keren dan cantik, Pak!" kata Ino. Semua heran mendengar alasannya itu.

"Dan?" lanjut Orochimaru-sensei.

"Dan vas itu kesenggol waktu saya ngeberesin meja guru. Abis berantakan banget sih, pak! Dimana-mana kertas sobek!" kata Ino dengan sungguh-sungguh.

Ekspresi Orochimaru-sensei lama-lama melunak.

"Oh, jadi gitu. Hmmm, bapak ga tau kalo kamu ternyata punya hati yang baik. Yah, bapak punya ide lain," Orochimaru-sensei mengambil jeda. "Bapak minta kamu mengganti vas itu sesegera mungkin, dan… setelah ini kamu pergi ke aula, bawa ember dan kain pel. Kamu udah tau harus ngapain, kan?" ujar Orochimaru-sensei. "Begitu juga dengan kamu-kamu yang pe-ernya belom selesai, nah, bantuin Ino!"

Ino dan beberapa anak cuma bisa manggut-manggut lemah ngedenger vonis yang menyedihkan itu. Sia-sia deh sandiwaranya! Gue nepuk-nepuk punggungnya untuk memberi penghiburan. Yah, nasib… Soalnya gue juga kan kudu ngepel…

Dengan terpaksa, kita yang lagi sial tadi pun ngepel aula pada jam kedua pelajaran Kimia. Meskipun cape dan pegel, ada juga hiburan yang bikin kita semua ceria. Goza, tukang kebun sekolah terus aja joget di bawah pohon beringin diiringi lagu SMS kesayangannya. Hwahahaha… semua ikutan bersorak ngeliat gaya Goza yang hebring itu. Lebih rame lagi saat Lee berdansa dengan Goza.

Sayangnya setelah segala kegembiraan itu, seharian itu, seluruh makhluk gelo di 2 A-1 jadi pegel dan encok. Bawaannya perut jadi keroncongan dan ricuh minta diisi, sehingga menciptakan sebuah paduan suara perut keroncongan yang harmonis. Selain itu, mata mengantuk, kerongkongan kering, dan yang paling parah, kehilangan selera untuk ketawa-ketiwi atau sekedar saling ngeledek.

Beda dengan Sasuke yang emang ga disuruh ngepel aula. Itu makhluk malah ga keliatan seharian dan ngumpet ke perpus. Ugh! Sok rajin banget sih! Ga ada kepedulian! Semua anak (kecuali cewe-cewe tertentu pastinya) jadi ngerasa kalo dia itu apatis alias ga mau tau dengan keadaan! Ga setia kawan!

Yah, mari kita tinggalkan dulu si Sasuke dengan sikapnya yang nyebelin itu. Biar gue ceritain tentang home town gue ini, oce?

Jadi, gue tinggal di daerah pegunungan yang adem dan seger. Tapi kadang saking dinginnya, tidak tertutup kemungkinan, elo bakalan kena pilek, huacih! Daerah ini ga terlalu padat dan orangnya baek-baek, apalai gue (ampun deh…). Tapi jangan khawatir, masih ada sinyal, kok. Dan kalo mau internetan, jaringannya juga udah ada. Tapi kalo mau gratisan, datang aja ke rumah Ino. Asal elo mau nyomblangin dia dengan Sasuke, dia bakal ngasih, kok!

"Gimana acara ngepelnya?" tanya Neji. Dia baru aja keluar dari perpus terus langsung nemuin gue dan Lee yang lagi rehat di bawah pohon cemara.

Setelah beberapa hari sekolah di SMA Metanoia, semua guru cinta mati sama Sasuke, ga ibu maupun bapak guru. Oh, my God! Ini sekolah rasanya udah ancur banget deh! Gue kadang sampe ngerasa kalo apa yang gue lihat bukanlah sebuah kenyataan!

"Terserah kamu semua deh mau ngapain aja," kata Madam Kurenai suatu hari. Wanita ini merupakan blasteran Australia-Jepang dan menjadi guru bahasa Inggris kami sepanjang tahun ini, "entahkah itu mau jungkir balik, mau lompat dari jembatan, atau masuk jurang, pokoknya terserah deh." Dia bener-bener kesel ngeliat nilai ujian Bahasa Inggris kami yang 'manis-manis'.

"Yang paling penting, Sasuke is always in my heart!" ujarnya dengan tanpa merasa berdosa. Udah jelas dong, nilai ujian bahasa Inggris Sasuke ga mungkin jelek! Ino dan Sakura mengangguk-angguk tanda setuju. Gue serta para cowo cuma bisa ngembusin napas gede-gede, kirain apa…

Kalo ada apa-apa, pasti guru Bahasa langsung nanya pendapat Sasuke. Gue jadi bosen dan nganggap kalo itu guru hanya menyadari keberadaan Sasuke seorang di kelas itu! Guru Bio ga jauh beda.

"Sasuke, bagaimana menurut kamu mengenai penggolongan virus yang kontroversional?" tanya Anko-Sensei dengan suara yang bernada seperti mau nyanyi.

Sasuke mikir-mikir, tangannya di dagu.

"Saya (r)asa itu cuma trouble consept of apa itu live." jawabnya dengan tampang ga peduli. Udah bahasanya aneh, ngacir lagi! Tapi seluruh kelas (kecuali gue) ngedengerin dengan penuh perhatian. "Ke(r)ana, from where I stand, hidup be(r)a(r)ti standing dan using a potention to influence pihak lain. So, vi(r)us itu makhluk hidup, yang mana dia directly influences pihak lain."

Gue ngacung. Masa asal punya pengaruh disebut hidup?

"Saya kurang setuju. Not agree at all. Masa matahari, handphone, tivi, radio-nya Goza dan laen-laen punya pengaruh terus kamu sebut makhluk hidup?" tanya gue agak emosional. Kali ini semua mata tertuju pada gue.

"Well, yang membedakannya adalah, the sun, handphone, and radio, tidak melakukan reproduction." jawab Sasuke dengan sangat baik. "Kecuali Goza, of course."

Grrr. Sekelas malah ngetawain gue. Anehnya Sasuke bukannya ikutan ketawa dan malah nunjukin tampang sebel.

Untuk yang ini, meski ga rela, gue harus setuju dengan pendapatnya yang brilian itu. Iya, juga ya, buat apa juga hidup kalo ga punya pengaruh terhadap orang lain? Entahkah itu pengaruh baik ato pengaruh buruk. Pokoknya tanpa pengaruh itu, ga ada yang layak disebut hidup.

By the way, gue jadi inget akan ceramah Tatsuji-sensei pada hari Senin pagi selanjutnya. Sebelumnya, upacara berjalan dengan khidmat, tapi pas di bagian mengheningkan cipta, Tatsuji-sensei berujar dengan gaya sok nyastra,

"Untuk mengenang jasa daripada para pahlawan kita yang telah gugur di medan daripada perjuangan, khususnya para pahlawan yang berjasa di bidang daripada pendidikan, marilah kita mengheningkan daripada cipta barang sejenak, mengheningkan daripada cipta… dimulai." kata Tatsuji-sensei dengan gayanya yang biasa, kedua tangan dilipat ke belakang, istirahat di tempaaaat, grak!

Sambil mikirin pemborosan kata-kata 'daripada' yang digunakan Tatsuji-sensei , gue dan temen-temen nahan-nahan ketawa di barisan. Gue yakin, ga mungkin ada guru yang marah karena mereka juga ikutan senyam-senyum.

Tapi kan tetep aja gue kesel sama Sasuke karena udah mempermalukan gue di depan khalayak ramai!

Suatu hari, kita sekelas pergi ke tanah lapang depan kompleks pada jam pelajaran olahraga. Tanah lapang ini udah ada sejak jaman Belanda dulu, lho! Dan yang paling mengesankan adalah, sejauh mata memandang, yang terlihat adalah hamparan rerumputan di sekitar kita. Di kejauhan tampak petak-petak sawah di kaki barisan pegunungan Soalnya daerah ini emang landai tapi lebih tinggi dari daerah lainnya. Belum lagi pepohonan serta bunga-bunga liar yang turut memeriahkan suasana! Ah! Pokoknya tempat ini merupakan salah satu daerah yang ga akan bisa gue lupain seumur hidup! I've fallen in love with it!

Emang sih, biasanya juga kita olahraga di situ karena di sekolah lapangannya kecil. Paling cuma bisa buat maen badminton. Itu juga muat untuk dua kali luasnya. Dan pergi ke tanah lapang depan kompleks udah jadi kebiasaan turun temurun dalam sejarah olahraga SMA Metanoia.

Berhubung karena guru olahraga kita, Guy-sensei ga dateng, semua anak ngelakuin apa aja yang mereka mau. Gue sama Neji tandig karate. Lee sema para cowo maen sepak bola. Cewe-cewe ada yang main voli ato sekedar ngecengin Sasuke yang lagi duduk sambil baca buku di bawah pohon jambu air.

Akhirnya setelah dua kali kalah dari Neji secara berturut-turut gue bareng Neji beristirahat

Saat itu tiba-tiba gue ngeliat sesuatu meluncur dari pohon jambu air tempat Sasuke membaca dan jatuh tepat di atas ubun-ubunnya saat gue sadar kalo yang jatuh itu adalah segondol jambu air.

"Hwahahahahaha!!!" Gue ketawa terpingkhal-pingkhal. Neji sama Lee yang kebetulan ngeliat itu ikutan tertawa sampe terbungkuk-bungkuk. Para cewe yang ngeliat langsung lari-lari dengan panik, nyamperin Sasuke untuk memberi pertolongan.

Ngeliat itu, para cowo juga ga mau ketinggalan dan rupanya mengira bahwa sesuatu yang gawat terjadi pada Sasuke. Bermaksud untuk ngeramein—gue, Neji dan Lee nimbrungin tempat kejadian perkara. Wadoooh… Karin langsung ribut…

"Sasuke!!! Kamu baek-baek aja, kan? Duh… Jangan mati dong!" ujarnya dengan rame, berlutut di samping Sasuke yang ngelus-ngelus jidatnya. Shion sama Kin, dua anggota gengnya yang setia ga kalah rame.

"Ga mungkin bisa mati… orang yang ngejatohin aja jambu air, paling-paling benjol segede telor puyuh!" Kata gue

Para cewe itu ngerasa terhina. Mereka ngasih tatapan mata yang tajam ke arah gue.

"Apa?! Engkau harus berhati-hati apabila berbicara tentang keselamatan Lobus frontalis orang lain! Nanti dia cedera geger otak ringan, bagaimana? Akan membahayakan sistem koordinasinya!" jelas Ruki dengan gaya intelek yang berlebihan. Dia ngebenerin letak kacamatanya yang emang selalu aja melorot ke idung. Di belakang, gue nyolek bahu Lee,

"Apaan tu Lobus frontalis? Kedengerennya enak dimakan ya?" bisik gue.

"Dimakan?! Gak salah? Otak bagian depan tuh!" jawab Lee sambil ngetawain gue. Untung aja ga ada yang denger karena situasi begitu rame bin kisruh.

Tapi ketiga anggota geng Karin tetep aja mau marah.

"Uuuughhh! Tenten! Elo jangan bilang gitu ye sama Sasuke! Kasian tau!" cetus Kin, ga ambil peduli sama kata-kata Ruki. Shion melotot hingga matanya keliatan segede jengkol. Karin berusaha ngehibur Sasuke. Yang ada, Sasuke malah menepis tangan Karin dan bangkit, ngambil bukunya, ninggalin Karin yang terbengong-bengong.

Bwrf! Gue beserta para cowo menahan tawa. Aduh… kasian yeee…

Di atas semua itu yang gue rasa aneh adalah perilaku Sasuke yang seolah mengangap gue sebagai musuh besarnya. Perasaan, gue ga ada salah apa-apa sama dia kecuali gara-gara yang waktu gue ngetawain dia pas kepalanya benjol kejatohan jambu air. Tapi rasanya bukan itu alasannya dia benci sama gue. Soalnya selain itu, dia juga selalu nganggap seolah gue ga di situ! Aneh! Masa selebriti kaya gue dianggap berwujud antara ada dan tiada?! Habis dong reputasi gue sebagai pemeran utama film Kunti en Friends! Ga terimaaa!!!

Belum lagi cewe-cewe fans Sasuke yang selalu neriakin 'EVAAAN!!!' kalo lewat kelas kita. Gandeng (ribut) pisan! Selain itu, mereka juga udah apal kemana aja Sasuke kalo istirahat. Yang jelas kalo ga di kelas, ya di perpus.

Yang lebih heboh lagi, penggemar Sasuke rupa-rupanya ga hanya berasal dari golongan cewe-cewe centil dan modis. Termasuk di dalamnya golongan culun bin lugu dan kawan-kawan. Ruki bahkan udah mulai ngiket rambutnya dengan pita warna-warni. Yang biasanya ga pernah, jadi rajin make parfum yang wanginya semerbak aduhai ke seluruh penjuru kelas. Mereka yang molor IQ-nya soal perawatan wajah sekarang malah mengenal rupa-rupa kosmetika, jadi hapal merk-merk bedak teranyar.

Ck, ck, ck. Heran gue. Kaya hari ini aja misalnya.

Pas ke kamar mandi untuk ganti baju abis olah raga, gue nemuin Karin dan dua sohibnya, Kin sama Shion lagi make up abis-abisan. Aduuuh… itu muka udah putih banget kaya marshmellow. Belom lagi lipstiknya yang tebelnya minta ampun. Beserta maskara yang berat dan mungkin aja ngebikin kelopak mata mereka susah melek. Gue nahan senyum ngeliat kelakuan mereka. Sambil nyuci tangan di wastafel, gue ngedengerin obrolan mereka.

"Aduh, bedak gue ketebelan ga ya?" tanya Karin sambil terus aja ngebedakin mukanya.

"Nggak juga, kale! Elo udah cantik banget deh! Ntar Sasuke pasti naksir sama elo!" komentar Kin dengan centil dan penuh keyakinan.

"Ya, ampun… hari ini Sasuke keren banget, deh! Apalagi yang pas elo nolongin dia tadi, ka! Dan… ah!" lapor Shion. Tangannya di kening seolah dia lagi kena demam.

"Ya, iya dong. Ga hari ini aja, Sasuke tuh emang keren dari hari pertama dia masuk kelas kita! Makin hari dia makin keren aja! Elo pada tau, kan… semua cewek jelek dan ancur itu pada terpesona lagi!" sembur Karin. Rupanya dia bangga banget karena sempat nolong Sasuke (sempat?). Dasar muka tembok!

Gue makin pengen ketawa jadinya. Pengen lama-lama, gue ngeluarin jambu air dari kantong dan mulai mencucinya satu persatu. Lumayan. Dasar Sasuke blekok, kejatohan jambu air malah marah-marah. Ntar di rumah bikin rujak, ah!

Lama-lama, mereka pun menyadari keberadaan gue dan ngeliatin gue seolah gue orang paling konyol sedunia. Gue sih ga peduli. Apa salahnya gue nyuci jambu air? Pengen? Beli!

"Ngapain sih elo? Nyuciin makanan monyet lagi di sini, kaya ga ada kerjaan aja!" kata Karindengan galak. Dia berkata seolah kamar mandi dibuat khusus untuk para VIP member kaya mereka (mereka???).

"Siapa bilang ini makanan monyet! Elo kali monyet sukanya makan jambu monyet!" ujar gue. Kin dan Shion nimbrung dan mengerutkan wajah mereka. Jadinya makin mirip sama kismis peyot!

"Sembarangan lo! Jadi elo mau bikin masalah?" tanya Karin.

"Bikin masalah sama elo-elo pade? Iiiih… mending ga usah deh yeee… Jijay!" jawab gue. Karin makin sebel,

"Elo berani sama kita bertiga?"

"Hehe, sori, gue ga ada masalah sama elo bertiga. Elo terlalu sensi. Dan gue harus cepet nih, gue mau pulang dan bikin rujak. Elo tau, kalo misalnya tadi si Sasuke ga benjol, gue ga akan bisa dapetin ini jambu! Kepalanya emang membawa berkah." ujar gue sambil menerawang, seolah gue bangga banget punya temen benjol.

Tapi, ekspresi Karin, Kin, dan Shion langsung melunak.

"Apa?! Jadi Sasuke benjol beneran karena jambu air yang tadi?!" kata Shion dengan alis naik sebelah.

"Kejatohan jambu air dan benjol, tepatnya." koreksi gue.

Mereka bertiga melongo. Gue pengen banget ngetawain ekspresi konyol mereka itu. Tapi demi keselamatan nyawa, gue nahan, nahan, bo, nahan!!!

"Oke! Gue pergi dulu, ye! Moga beruntung dengan si Sasuke!" ujar gue santai, melangkahkan kaki ke pintu.

Bentar!" seru Karin, Kin, dan Shion barengan.

"Ada apa?"

"Bagi dong, jambu yang ngebenjolin kepala Sasuke!"

Dengan murah hati, gue kasihin itu makhluk-makhluk serem jambu airnya, sebiji seorang. Sambil bersorak-sorai mereka menerima jambu itu. Beres, kan?

Yang kedua, pas kita lagi renang di minggu ketiga Sasuke sekolah di sini. Wadoooh… gue dan cowo-cowo lain cuman bisa geleng-geleng kepala ngeliatnya. Semua cewe teriak-teriak dengan sangat histeris, terutama Karin.

"Ayo, Sasuke! Jangan mau kalah!"

"Aaaarggghhh!!! Sasuke seksi banget!!!"

"Sasuke, I lep yuuuu!!!"

"Marry me, Sasuke!!!"

Oh-my-God! Mereka tu serem banget deh. Tapi tetep aja gue heran ama Sasuke aneh itu. Soalnya dia tuh akrab banget ama Naruto apa jangan-jangan mereka tuh Yaoi ya kaya kejadian di kantin waktu itu.

Flashback Mode On :

Hari itu lagi panas banget. Gue ama sohib akrab gue, Neji dan Lee lagi sibuk makan es Cendol ampe puas. Gue lalu ngeliatin ke arah Sasuke.

"Sasuke beliin gue cendol donk, please," pinta Naruto sambil masang Puppy eyes no jutsunya.

"Ga ah, aku juga haus," tolak Sasuke.

"Please donk Sasu-Kun," kata Naruto penuh harapan.

"Iya deh, ku beliin satu mangkok," kata Sasuke.

Mereka berdua lalu makan es Cendol bareng-bareng. So sweet. Tapi Karin Cs langsung ngeganggu. Huuh batal deh artikel gue tentang ke abnormalan seorang Uchiha Sasuke.

Akhirnya bel berdentang tandanya masuk kelas. Gue, Neji, dan Lee buru masuk kelas setelah ngebayar sama Mbak penjaga kanti yang tak lain dan tak bukan adalah Ayame-nee san.

******

To Be Continiu