Owari no Seraph © Takaya Kagami & Yamato Yamamoto
.
[Pengarang tidak mencari/mendapatkan profit atas pengerjaan hasil karya fanfik ini].
.
. : (Pilu) Elegi Penyimpan Rasa : .
Sesungguhnya, aku telah menerima segalanya. Menerima kenyataan bahwa ia, Yuu-chan, tidak akan pernah menganggapku sebagai seseorang yang spesial, kecuali teman biasa.
Aku juga tidak akan pernah marah pada Yuu-chan, sekalipun ia selalu menyebut nama seorang wanita di dalam tiap ceritanya. Tanpa tahu bahwa sebenarnya hatiku terkikis pelan-pelan, kemudian remuk, dan aku sekuat mati menahannya dengan topeng palsu antusias, serta samaran kedok pendengar setia.
.
Tiap kata-kata sanjunganmu padanya adalah serbuk duri
Yang selalu terhirup dan menusuk begitu perih
.
Pun aku tidak pernah menyalahkan garis hidup yang mungkin telah tertoreh bahkan sebelum aku dilahirkan, bahwa kelak aku akan menyukai temanku yang sesama jenis, suatu orientasi menyimpang yang sampai sekarang masih dianggap hina-dina. Apalagi menyalahkan perasaanku sendiri, ataupun menyalahkan perempuan itu yang telah mencuri hati Yuu-chan-ku, meski akulah yang selama ini selalu ada dan hadir di sisinya semenjak kecil, sekalipun hati Yuu-chan tidak pernah mau bersudi membersamai hatiku. Tidak pernah. Sama sekali tidak pernah.
.
Perasaanmu padanya bagai cakaran
Menggarut-garut dinding hatiku yang tipis
Tipis karena namamu penuh terpahat
Hingga tak ada ruang untuk kabung ini hinggap
.
Aku memang tidak pernah mau mengaku. Sebab terlalu pecundang untuk berterus terang. Kututupi dengan kebohongan-kebohongan bahkan sampai ke tindakan―bergonta-gonta pasangan pria hanya sebagai pelarian (dan Yuu-chan tanpa banyak komentar mengetahui aku yang homoseksual), sampai dusta yang cukup terlalu bahwa aku gemar ditiduri kekasihku di ranjang (tetapi padahal disentuh mereka sejari pun aku enggan). Semua itu kulakukan hanya untuk menutupi alibi agar perasaanku padanya jangan sampai terlihat.
Aku bisa bertahan dengan kemasokhisan hatiku. Bisa. Sangat bisa. Tetapi tidak ketika final takdir menampar hidup Yuu-chan, bahwa ia menganggap wanita pujaannya masih hidup, Shinoa, yang sebenarnya sudah meninggal.
Aku tergerogoti secara perlahan dan hancur dari dalam ketika Yuu-chan dengan kegilaannya berbicara dengan angin, bernyanyi syahdu sambil menatap udara kosong, masih gemar membicarakan Shinoa di hadapanku seolah wanita itu masih kukuh bernapas.
Penampakan itu berjuta-juta sangat sakit daripada ratapan hatiku yang selama ini sudah terseok dan tertatih karena menampung cinta sendiri.
Jadi, aku mencoba untuk menonjoknya dari kesemuan di antara rasa pilu hatiku yang semakin mengakar dan gersang. Kuikuti Yuu-chan ke padang ilalang, tempat ia sering menghabiskan waktu dengan Shinoa. Kusiram wajahnya dengan air mineral kemasan. Kuhajar ia dengan kata-kata, "Hentikan, Yuu-chan! Terimalah kenyataan bahwa Shinoa sudah meninggal!"
Sekaligus aku timpuk kepalanya dengan botol plastik, biar bayangan Shinoa yang didelusikan Yuu-chan menghilang, karena linu yang asli merajam kepalanya yang telah sinting.
Kupunggungi ia. Kutinggalkan ia dengan air mata yang menjeboli pertahanan, tetapi kuusahakan agar bahu ini tidak berguncang, lagi-lagi agar ia tidak tahu, bahwa aku tersakiti dan lumpuh serta.
.
Tetapi bukan itu yang membuatku kebas rasa
Melainkan jiwamu yang sebenarnya telah binasa
Karena hati dan pikiranmu telah terenggut oleh dia yang telah tiada
Sekalipun ragamu masih berdiri fana
END
Fanfik ini adalah sudut pandang lain dari fanfik sebelumnya.
-Snaw-
