JADILAH EGOIS, KURA-KURA
BY: Cnara-chan Namiuzukage.
Disclaimer: Masashi Kishimoto.
Genre: Romance, Family, Friendship.
Rated: T
Pairing: NaruSaku, NaruKarin, SasuKarin.
Warning: miss typo, gaje, ada oknum kejam didalam (ngelirik Karin).
Ok, happy reading.. minna-san.. ^_^
JADILAH EGOIS KURA-KURA
CHAPTER 1
"Karin nee-chan, ayo pulang?", ajak seorang gadis berambut soft pink kepada gadis berambut merah marun didepan kelas kakaknya itu.
"Kau pulang duluan sana! Aku ingin berkencan dengan Naruto-kun.", ujarnya cuek sambil sesekali melirik anak-anak yang lewat dikoridor. Dapat dipastikan dia hanya melirik kaum adam.
"Tapi nee-chan, Kaa-san akan marah kalau Nee-chan pulang terlambat lagi.", ujar Sakura, gadis soft pink tadi sambil menundukkan kepalanya gusar.
"Ck, kau hanya harus bilang aku mengerjakan tugas dirumah si Hyuuga itu.", ujar Karin mulai kesal sambil menunjuk kearah Hinata.
"Ta-tapi.."
"Karin? Ada apa?", ujar seorang pemuda pirang yang berjalan santai kearah mereka sambil menenteng tasnya dibahu.
"Ah.. Naruto-kun! Tidak ada apa-apa kok, ayo berangkat!", sambil tersenyum manis, Karin merangkul lengan Naruto manja.
Sakura hanya bisa menunduk, dan memberi jalan pada pasangan yang terkenal seantero Konoha High School itu.
Sakurapun berjalan menyusuri koridor untuk mengambil buku-bukunya diloker. Saat sudah mengambil buku Kimia untuk belajarnya nanti malam, matana secara tidak sengaja menangkap bayangan seorang pemuda berambut unik yang entah sedang berbuat apa dengan seorang gadis dipojokan. Sakura yakin itu Sasuke. Pemuda playboy yang kerap kali dijumpainya sedang bercumbu dengan kakaknya. Sakura hanya bergegas menutup lokernya dan beranjak pulang. Baginya, semua pria yang dikencani kakaknya pasti bukan pria yang baik.
Well, coba saja bayangkan. Semua orang tau Sasuke dan Naruto adalah sahabat dekat, tapi Sasuke malah selingkuh dengan Karin, yang notabene pacar resmi dari Naruto. Entah pemuda pirang tampan itu terlalu bodoh untuk menyadarinya atau memang merelakannya.
Dan benar saja, kakaknya yang bertubuh seksi itu pulang menjelang dini hari. Sakura dapat mendengar suara pintu rumahnya yang dibuka saat ia mengambil minum saat itu. Sakura melirik jam dinding dibelakangnya.
"Jam 2, bagus sekali.", ujar Sakura menghela nafas.
"Nee-chan?", Sakura menghampiri Karin yang terlihat kesal tapi sekaligus puas.
"Karin nee-chan?", panggil Sakura lagi sambil mendekati sofa yang sedang diduduki Karin.
"Khukhukhu.., siapa suruh kau menolakku, dasar bodoh!", gumam Karin pelan, tapi masih bisa didengar dengan baik oleh Sakura.
"Apa nee-chan sedang mabuk?", Sakura mulai panik, jangan sampai kaa-sannya melihat anak sulungnya dalam kondisi seperti ini.
Karin melirik Sakura kesal.
"Ck, dasar berisik..! masa bodoh aku mau mabuk atau tidak..!", hening sejenak, Sakura hanya diam memandangi Karin, tidak tau apa yang akan diucapkan sang kakak lagi.
"Aish.. menyebalkan..!" gadis merah marun itu langsung berdiri dan pergi kekamarnya sambil terhuyung-huyung.
Sakura hanya bisa menghela nafas pasrah dan kembali menuju kamar untuk melanjutkan tidurnya.
Paginya, Sakura bersyukur pengaruh alkoholtidak tampak terlalu jelas,sehingga kaasannyatidak menyadarinya.
Satu-satunya hal yang membuat Sakura bingung hanyalah tanda-tanda kemerahan yang berada dileher sang kakak.
Disekolah, seperti biasa setelah turun Karin bergegas jalan meninggalkan Sakura.
Dan seperti biasa pula, Sakura akan berjalan sendiri kekelasnya digedung timur.
SREGG…
"Sakura..!", teriakan nyaring itu langsung terdengar setelah ia membuka pintu geser kelasnya.
"Ino-pig! Jangan teriak seperti itu.! Kau membuat ku harus periksa kedokter THT tau.", kata Sakura kesal.
"Tapi ini darurat fore-head.!", Ino mengguncang-guncang bahu Sakura keras. Sambil berbisik Ino berkata, "Anko-sensei yang mengerikan itu melihat kakakmu dan Naruto masuk kehotel dan berbuat.." hening sejenak, muka Ino memerah, "ehem.. kau tau apa. Dan pagi ini ia melaporkannya ke kepala sekolah. Entah apa yang terjadi.''
Sakura terdiam, sekujur tubuhnya dingin sekarang, matanya melotot tak berkedip.
"I –ino pig …. Bagaimana ini ?" gumam Sakura menelan ludah. Memang semua ucapan tentang ucapan aneh kakaknya saat mabuk dan tanda kemerahan itu sudah jelas sekarang.
Tapi, mengingat….
"Mereka pasti akan dikeluarkan", ucap Ino pelan, frustasi.
Mendengar nada sahabatnya, Sakura melirik kearah gadis blonde itu . Gadis cantik itu nampak tak kalah gusar darinya. Ya, Naruto adalah sepupunya. Sepupu tersayangnya.
"Ini tidak boleh terjadi", gumam Sakura, Kaasan-nya, tidak, bukan, kaasan Karin neechan akan masuk rumah sakit lagi jika ia mendengar kabar ini. Jantungnya lemah, ia hampir terkena struk setengah tahun yang lalu.
"Tidak…. Tidak boleh !", Sakura langsung berbalik dan berlari kekelas Karin, kakaknya tepatnya kakak tirinya. Disana, dengan nafas terengah-engah ia melihat kakaknya yang pucat pasi akan diseret keruang kepala sekolah. Anak-anak berkerumun memenuhi koridor. Tubuh Sakura yang mungil tidak dapat menembus kerumunan itu. Tidak…. Sakura tidak akan membiarkan keluarga yang sudah memungutnya dari panti asuhan ini hancur. Tidak akan !
"Itu tidak benar! ",teriak Karin lantang, seluruh koridor hening mendengar teriakan histeris itu.
"Apa yang tidak benar nona Uzumaki?" ujar Anko sensei tidak kalah lantang, "dengan jelas saya melihat anda digandeng oleh si Namikazeke ke hotel di shinjuku' kan?" tatapan mengintimidasi Anko membuat Karin tidak lagi bisa berkata-kata.
"Itu…" mata Karin secara tidak sengaja menangkap bayangan Sakura, Karin tersenyum menyeringai saat sebuah ide meluncur di otaknya.
"Mungkin itu memang Naruto.." teriaknya lagi.
"Tapi dia bersama Sakura ! bukan aku !"
Deg ! seluruh koridor hening sekarang. Semua melirik kearah yang ditunjuk Karin sekarang menunjukan seorang gadis berambut pink yang terlihat tersenyum sedih.
Akhirnya Anko memutuskan untuk membawa Karin, Sakura, dan Naruto keruang kepala sekolah.
"Kalian tau akibatnya melakukan hal seperti itu?" Ucap Orochimaru sang kepala sekolah dengan tatapan mengintimidasi.
"berzinah?" tanyanya lagi.
Semua ucapan yang diucapkan oleh pria berambut panjang itu membuat Sakura lemas. Perlahan ia melirik kearah nee-channya yang terlihat tenang-tenang saja. Sakura hanya bisa menunduk, sebuah senyum pahit terukir dibibirnya. Ia bisa menebak apa yang ada dipikiran gadis cantik yang duduk disebelah kirinya. Mungkin ini yang sudah seharusnya ia lakukan untuk membalas jasa keluarga Uzumaki padanya.
"Benarkan nona Karin Uzumaki?"
"Itu tidak benar, pak!" gumam Karin dengan mata berkaca-kaca seolah menahan tangis.
"Ituu…", Karin nampak tidak tega melanjutkan kata-katanya, seolah ragu mengungkapkan yang sesungguhnya. Ia menunduk.
"Ya?" Tanya Orochimaru dengan seringai permanen diwajahnya.
"Namikaze bajingan itu menarik paksa adikku dan memperkosanya!", Ucap Karin terlihat emosi sambil meneteskan air mata, tangannya menunjuk kearah Naruto. Yang hanya menatapnya kosong. Tapi Sakura dapat melihat tangan Naruto yang dikepalkan. Dikepalkan dengan sangat kuat, hingga Sakura dapat melihat sedikit tetesan darah disana.
"Memperkosa?" ucap Orochimaru sedikit terkejut, ia tidak menyangka akan adanya laporan kriminalitas disekolahnya. Sedangkan Anko yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya membelalakan mata nya terkejut.
Semuanya diam selama beberapa menit, sekilas terlihat senyum mengerikan dibibir Karin.
"Jadi?" Orochimaru yang pertama membuka suara.
"Tuan Namikaze, kau tahu aku harus membawamu kekantor polisi sekarang, apa ada pembelaan darimu? Atau kau ingin mengatakan sesuatu?"
Naruto hanya diam, tapi semua orang bisa merasakan aura mengerikan yang terpancar darinya.
Orochimaru menyandarkan tubuhnya kebelakang, membentuk sebuah menara dengan jari-jarinya.
"Aku bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi padamu. Kau tahu kau bisa masuk penjara karena hal ini, entah apa yang akan terjadi jika Namikaze group sampai tercoreng karena hal ini.",
Sakura membelalakkan matanya. Tidakk… sekarang ia sedang menghancurkan kehidupan orang lain. Kehidupan seorang Namikaze Naruto.
Seorang pria yang bahkan tidak pernah berbuat salah padanya. Pemuda yang hanya sial menjadi bulan-bulanan seorang Uzumaki Karin, dengan ia sebagai korbannya.
Sekarang apa perbedaannya ia dengan orang yang mengahancurkan hidup keluarganya?
Hingga kedua orang tuanya meninggal dan menyebabkan ditinggalkannya ia dipanti asuhan.
Setidaknya, aku masih bisa menolongnya, masih ada satu cara, pikir Sakura.
"Ia tidak memperkosaku, sensei"
Yahh, dengan mengucapkan itu.
