Naruto: Masashi kishimoto.
Aicweconan
BETA: FBSN
10% BL/Shounen-ai 90% NORMAL
SADISME TINGKaT 2, SEMI AU
Pairing
No sasusaku & naruhina
YES SASUNARU
Yakuyo To Ookina Himitsu
Chapter 1
Kehancuran, kehilangan dan kesedihan, dirasakan oleh Desa Konohagakure. Serangan Pain telah meluluhlantakkan desa yang dulunya kokoh berdiri. Kini desa itu tak memiliki apa-apa lagi selain puing-puingnya, bahkan hampir rata dengan tanah dan debu.
Dua hari setelah pertarungan antara Pain dan Naruto. Memang berakhir dengan kemenangan Naruto, namun sayang sekali telah banyak korban berjatuhan, entah itu dari Shinobi maupun warga sipil yang tidak tahu apa-apa.
Pagi ini penduduk desa yang selamat berkumpul untuk memberikan penghormatan terahir bagi para ninja-ninja yang telah gugur demi desanya, agar tetap berdiri kokoh. Semua orang berpakaian hitam sebagai tanda duka cita. Dan hampir semua orang datang ke sana... terkecuali satu orang.
Seorang ninja sedang berdiri di gerbang desanya yang sekarang telah hancur hampir setengahnya. Ia tak memakai pakaian serba hitam, bahkan ia membawa senjata lengkap, sangat lengkap.
Ia memandang ke atas langit yang biru cerah berbeda dengan hatinya yang tak secerah langit itu. Sesaat ia memejamkan matanya untuk sejenak merasakan kepedihan yang disertai dengan hembusan angin dingin dan bisu.
Ia pun membuka matanya yang berwarna biru, dan bersiap melesat pergi dari sana. Ia membuang napasnya panjang sambil bergumam, "Akan kuhancurkan Akatsuki…" Ia mendesis, lalu ia melompat ke dahan terdekat sambil melanjutkan gumamannya, "…walau harus membunuhmu, Uchiha Sasuke."
Ya, Pain telah memberitahu, bahwa Sasuke dan kelompoknya berkerjasama dengan Akatsuki. Dan itu membuatnya kalah.
Naruto tak memberi tahu siapapun, bahkan pada Sakura sekalipun. Tujuannya sekarang adalah menuju markas Akatsuki dan menghancurkannya, membuatnya hilang dari muka bumi.
Beberapa saat lagi ia sampai di perbatasan. Ia terus berpindah dari satu pohon ke pohon lain, sampai...
BOOHF!
Asap putih muncul tiba-tiba dan tampillah dua ekor anjing besar sambil menggigit gulungan, disertai dengan satu anjing yang berukuran agak kecil berada di tengah-tengah mereka.
"Hei, Naruto! Sedang apa kau?" sapa anjing yang tengah, "aku cari-cari sedari tadi, hebat juga kau, bisa menyamarkan baumu dari penciumanku," lanjut anjing itu.
"Pa-Paku...? Ha... aku sedang latihan," jawab Naruto berbohong, "Omong-omong, ada apa? Kok mencariku?" tanya Naruto pada anjing bernama Paku itu.
"Oh, ya, Kakashi menyuruhku menyerahkan kedua gulungan ini padamu, sebelum dia tewas," jelas Paku, dan kedua anjing yang ada di sisi kiri dan kanan Paku melompat ke dahan tempat Naruto berdiri, lalu memberikan gulungan-gulungan itu ke tangan Naruto, sebelum menghilang bersamaan dengan asap putih.
"Katanya, gulungan-gulungan itu dari ibumu, gulungan bertulisan Haha (ibu) itu surat dari ibumu dan satu lagi dia belum sempat menjelaskannya. Tapi kelihatannya... gulungan itu, mungkin gulungan perjanjian antar-klan," jelasnya lagi.
Mata Naruto agak melebar. Ia tak lepas memandangi gulungan berwana putih, dan bertulisan 'Haha'.
"Ibu..." bisiknya, pada dirinya sendiri, "Benarkah ini dari ibuku, Paku?" tanya Naruto akhirnya.
"Kakashi yang bilang begitu," jawab anjing Ninja itu, "Nah, Naruto aku pergi ya!" Bersamaan dengan kata itu, Paku pun menghilang.
Naruto masih menatap gulungan yang dipegang tangan kanannya dengan tatapan rindu. Sedangkan gulungan ditangan kirinya tidak diperhatikannya. Ia menghela napas panjang.
'Nanti saja kubaca,' pikirnya.
Lalu ia langsung menyimpan kedua gulungan ke dalam jaketnya dan melanjutkan perjalanannya.
Naruto tidak menyadari sesuatu di gulungan berwarna merah tua itu, suatu lambang yang tercetak di sana. Lambang yang sangat dikenalnya, karena dulu ia sering melihatnya di punggung seseorang. Dan sekarang ia akan menemui orang itu, tapi bukan untuk menepati janjinya pada seorang gadis yang 'disukainya', melainkan untuk memastikan bahwa ia tak akan penah bisa memenuhi janjinya lagi. Karena salah satu dari mereka mungkin akan terbunuh nanti.
Dulu mereka teman adalah 'baik', hingga saat salah satu dari mereka pergi termakan dendam serta tak peduli apapun selain kekuatan. Ia terus mengejar, berharap sang teman melupakan dendamnya dan pulang kebali ke Desa Konoha.
Tapi manusia akan selalu memiliki batas. Ya, batas waktu, ingatan, kekuatan, kemampuan serta kesabaran. Garis kejam yang membatasi manusia.
Naruto telah mecapai batasannya, batas kesabaran. Harapannya untuk sang teman kembali, sudah tenggelam dalam kemarahan beserta janjinya. Bukankah dewa sekalipun akan marah bukan jika manusia sudah kelewat batas? Melanggar semua larangannya dan mengabaikannya?
...apalagi manusia.
Di markas Akatsuki...
"Ada apa, kenapa harus berkumpul langsung, hn?" tanya pria berambut pirang pada mahluk yang kepalanya dan juga tubuhnya hampir tertutupi oleh venus flytrap, "dan siapa empat orang itu, Zetsu, hn?" tanyanya lagi sambil menunjuk empat orang yang ada di belakang Zetsu.
"Mereka akan membantu kita dalam misi Akatsuki," kata Zetsu hitam, "dan kita berkumpul langsung, karena Pain kalah oleh Jinchuuriki Kyuubi..." sambung Zetsu putih.
"Apa? Pimpinan?" gumam pria pirang itu. "Kalau begitu apa yang kita lakukan? Pimpinanlah yang punya tujuan di Akatsuki ini, hn... Aku hanya suka bertarung saja dan dipaksa masuk ke akatsuki. Jadi apa kita bubar?" lanjutnya panjang.
"Tiiidaak, Dei-chan!" kata mahluk yang mirip dengan hiu, sambil menyeringai ke arah pria yang dipanggilnya Dei-chan.
"APA KAU BILANG, KISAME?" teriak Dei tidak terima dipanggil begitu, segera memasukan kedua tangannya ke kedua tas pinggang yang terletak di sisi kiri dan kanan pinggangnya, bersiap meledakan mulut Kisame. Kisame sendiri sudah menyiapkan kuda-kudanya, bersiap menerima serangan dari teman seanggotanya itu.
Zetsu hitam mulai geram akan tingkah orang-orang di depannya, "Deidara, Kisame, kita ini sedang bicara tentang misi dari Madara Uchiha, jadi bisa dengarkan kami?"
Deidara yang sedang berhadapan dengan lawannya pun menoleh dan bertanya, "Siapa itu?"
"Pimpinan Akatsuki, dialah pemimpin sebenarnya Akatsuki. Dan dia menyuruh kita menyelesaikan misi Pain, yaitu menangkap Naruto Uzumaki," kata Zetsu.
Deidara menatap Zetsu dengan tak percaya. "Bagaimana bisa? Bukankah Pain yang membentuk Akatsuki? Dan bagaimana caranya kita menangkap bocah Kyuubi itu, sedangkan Pain yang lebih kuat dari kita saja kalah, hn…" kata Deidara, samasekali lupa akan apa yang dilakukannya tadi.
Zetsu melangkah perlahan menuju ke salah satu di antara empat orang yang berada di sudut markas itu, tepatnya di dalam gua markas ini.
"Kita memang bisa kalah, apalagi Madara menyuruh, selain tidak boleh membunuhnya juga meminimalisir lukanya. Tidak membunuh saja sulit apa lagi sampai tidak melukainya, andai dia anak kecil sih mudah. Ya, andai dia anak berumur lima tahun, kita mudah untuk membawanya, tapi kita berurusan dengan wadah kyuubi. Jadi bagaima-"
"Sakura Haruno," belum sempat Zetsu hitam menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara berat memotong Zetsu bicara. Pemuda bersuara berat itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Zetsu mengangkat sebelah alisnya dengan bingung, tidak memahami apa maksud pemuda berambut hitam itu.
"Maksudmu, Sasuke?" tanya Zetsu putih.
"Bila kita ingin menangkapnya tanpa menyebabkan luka padanya, kita harus memegang sesuatu yang bisa membuatnya menyerah," jelas Sasuke dengan datar.
"Maksudmu?" tanya Zetsu
"Ya," jawab Sasuke sambil mengangguk. "Tangkap temannya. Dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan teman," jelas Sasuke, hendak bicara lagi, namun seorang wanita berambut merah tiba-tiba maju selangkah ke depan Sasuke.
"Ada apa, Karin?" tanya Sasuke, heran dengan anak buahnya satu ini
"Aku merasa ada chakra besar yang tiba-tiba muncul di depan gua ini," jawab karin. "Ada dua jenis cakra yang berkumpul," lanjutnya.
Semuanya pun menjadi waspada, dan bersiap bertarung. Deidara yang paling depan, dekat pintu masuk gua, mundur satu langkah. Menyiapkan tanah liatnya.
Suara berisik mulai terdengar dari luar. Dan beberapa detik kemudian dinding gua hancur berbarengan dengan suara keras dan debu yang berhamburan, hingga pandangan menjadi gelap...
"Graaaaaaaaaaaaah!"
Teriakan Deidara membuat semua menoleh ke arah sumber suara itu, dan debu pun perlahan hilang. Seiring dengan menghilangnya debu, mata keenam orang yang berada di sana dapat melihat apa yang sedang terjadi dengan pria pirang itu. Keadaannya sangat buruk. Lehernya dicengkram kuat oleh seorang pemuda, tubuh Deidara terangkat hingga kakinya tak menyentuh tanah.
"Kau akan kubunuh," suara pemuda yang sedang mencengkram leher lawannya itu, sangat dipenuhi amarah. Tangan kanannya yang bebas mengeluarkan kunai yang berada di balik lengan bajunya, dan mengarakan ke dada Deidara.
Sasuke terkejut saat melihat sosok yang sedang mengeksekusi korbannya. Meski hanya sesaat, keterkejutan itu nampak di wajahnya. Seringailah yang terlihat sekarang.
"Bodoh," katanya pelan. Ia memegang pedang dengan sebelah tangan, tangan sebelahnya lagi terangkat, sebagai tanda untuk teman setimnya sekarang. "Suigetsu, Judo, Karin. Kalian jangan ikut campur, diam dan lihat," perintah Sasuke pada ketiga teman setimnya.
Sang penyerang sudah menghabisi satu korbannya. Ia lalu melempar tubuh tak berdaya itu hingga membentur dinding gua. Cakra merah mengelilingi sang penyerang, rambut pirangnya semakin tidak tertata, matanya merah dan pupilnya terlihat mirip dengan rubah.
"Gghrr," geramnya, dan ia pun bertemu pandang dengan Sasuke, temannya dulu. Ya dulu.
Takdir memang telah mempermainkan mereka.
Tanpa pikir panjang, si pirang langsung berlari ke arah Sasuke, hendak menyerangnya. Namun Sharingan memang terlalu hebat untuk dilawan seorang diri.
Sasuke berhasil menghindari serangan lawannya. Tidak hanya menghindar, ia juga menangkap tangan yang akan memukul wajahnya.
"Kau tetap bodoh, ya, Naruto." Seringaian pun muncul di bibir Sasuke
"Diam kau, Uchiha…!" bentak Naruto seraya melayangkan satu tinjunya, dengan satu tangan yang masih bebas, ke arah wajah Sasuke.
Sialnya, Sasuke lagi-lagi bisa menangkap pergelangan tangan Naruto.
"Sst… tenanglah," kata Sasuke, seringai masih menghiasi wajah. "Sekarang tidurlah… watashi no shinro."
Dan Naruto pun jatuh ke pelukan Sasuke...
To Be Continued...
