Apa jadinya seumpama dua realita melebur menjadi satu? Dunia dengan segala hukum pasti yang mengikat bercampur ilusi nyata dari suatu dunia fantasi. Di mana makhluk-makhluk khayalan seharusnya tinggal tapi sekarang kau harus hidup berdampingan atau mungkin beradu dalam pertaruhan nyawa dengan beberapa di antara mereka.
=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=
Mirror Knights
Story © Necro Antharez / Nekuro Yamikawa
Vocaloid © YAMAHA, Crypton Future Media & joined companies
UTAUloid © Vocaloid fan-made over there
Ragnarok Online Universe © GRAVITY / Lee Myung Jin
Genre : Fantasy / (Undetermined yet)
Rate : T
=Warning=
OOC AND ALMOST TOTALLY ALTERNATE UNIVERSE! (for each RO parts)
=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=
Jika bukan karena benda antik dari toko yang di kunjunginya kemarin, mungkin hari ini akan berjalan dengan berbagai rutinitas membosankan. Jika bukan karena benda yang baru ia ketahui sebagai Mirror Key itu juga, mungkin dia tidak harus tersudut di ujung jalan yang mana secara tiba-tiba berubah menjadi celah tebing terjal. Tapi, karena benda itu telah terlanjur berada dalam kepemilikannya, dan seorang ksatria berbaju zirah misterius ini terpanggil...
=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=
"K-Kau siapa!" gadis berambut emerald ini tersentak dari tempatnya jatuh terjungkal. Kalimat seru itu tertuju pada sosok berambut biru acak-acakan yang muncul dari lubang misterius tak jauh darinya beberapa saat lalu setelah lingkaran bertulisan aneh muncul di sekitarnya.
Jubah tercabik berwarna merah menyelimuti punggung, wajah tengkorak manusia bertengger di kedua pundak dan sebuah pedang besar di tangan, sosok itu sukses memberi kesan bak seorang pembawa pesan kematian.
Gadis itu sendiri tentu saja panik, takut dan kebingungan.
Secara tiba-tiba dikejar kucing hitam setinggi dua meter ─atau lebih tepatnya singa─ saat berangkat ke sekolah tanpa seorang pun berniat menolong, terjepit di ujung gang buntu dan sekarang, pria misterius berpakaian aneh menyembul dari tanah? Dia pasti tengah mengalami halusinasi atau mungkin tanda-tanda gangguan jiwa. Gadis yang juga menguncir mahkotanya di kedua sisi atas kepala ini menggeleng kuat-kuat, menepis kemungkinan kedua. Remaja putri mana ingin kehilangan kewarasan di saat hari-hari yang akan diwarnai dengan beragam kisah persahabatan dan cinta masih terbentang lebar di depan mata?
Tetapi semua ini terlalu nyata untuk disangkal sebagai tipuan visual. "Hei! Mengapa kau diam saja?! Apa kau tuli?!" ia frustasi, ditambah kekalutan pikiran, kosa kata gadis ini pun kacau sehingga ia tak bisa memilah kalimat yang pantas untuk mengutarakan isi pikirannya ; jelaskan apa yang sedang terjadi padaku! Pekiknya dalam hati seraya mengacak-acak helaian emerald yang susah payah ia sisir dengan rapi pagi ini.
Sosok menyerupai ksatria dari dunia fantasi ini tak menghiraukan gerutuan dan teriakan-teriakan ala anak manja di belakangnya. Bulatan azure di bola mata hanya tertuju pada makhluk buas yang menjadi lawan tanding. Tajam memicing.
Hanya gertakan seperti itu? tentu si Kucing tak kehilangan nyali. Membalas sorotan sedingin es dengan tubuh menunduk ke bawah, kuda-kuda menerkam serta geraman mengancam pun ia suguhkan pada pengacau perburuannya. Di sisi lain, pedang besar digenggam semakin erat sebagai bentuk persiapan serangan balasan. Azure dan zamrud bertatap pandang untuk sebatas satu kedip.
Dan…
Bersama lengking jeritan nada tinggi si gadis yang akhirnya melesat ke ujung trakea ─sebagai bentuk pelampiasan kesialan─ hingga menggema beberapa meter jauhnya, ksatria ini pun menebas target menjadi dua sisi simetri saat melompat di atas kepalanya ─yang mana, sempat membuat guratan amarah terukir di raut wajahnya, karena makhluk itu secara lancang mengacuhkannya dan mengalihkan sasaran pada gadis yang ia tamengi.
Suara cipratan darah, daging dan tulang terbelah, menjadi satu dalam sekian detik menimbulkan harmoni aneh yang merambati gendang telinga. Menyadari bahwa binatang buas itu telah menjadi dua onggokan daging di kedua sisi kakinya ─karena terjatuh mengikuti sisa gaya lontar tubuh─ Gadis itu pun tercekat seketika.
ia merasa tak mungkin lagi bisa berdiri, kedua lututnya sekarang sekenyal jeli akibat kubangan darah dan betapa mengenaskan bentuk bangkai yang terekam jelas di balik tempurung kepalanya.
"K-Kau membunuhnya…" kalimat yang keluar dari celah merah jambu mengambang tanpa tanda seru atau pun tanya. Sedangkan wajah seputih porselen tercengang tak percaya. Perlahan, panorama di sekeliling kembali menjadi semula ─tiga sisi dinding beton dengan jalan satu arah menuju jalan utama─ seiring lenyapnya bangkai menjadi kepulan tipis asap hitam. Gadis ini menyadari itu dan secara insting mengedarkan pandangannya untuk memastikan bahwa semua kegilaan ini telah usai. Hanya untuk mendapati manik emeraldnya kembali terkunci pada jubah merah di punggung seorang bertubuh tinggi tegap yang masih tak bergeming dari tempat semula.
Merasakan intensitas pandangan seseorang tersebut ditujukan padanya, tentu Ksatria tadi menoleh sebelum membalikkan badan seutuhnya. Pakaian ketat berwarna ungu gelap hampir seperti bahan lateks membungkus kulit di antara lempeng besi. Otot-otot kekar di perut, dada, lengan dan kedua kaki tercetak jelas bagi siapapun yang ingin mengamati.
Untuk bagian wajah, ia memiliki tulang pipi yang tinggi, dagu kokoh dan hidung mancung. Cukup sekilas, gadis itu pun bisa menilai ─terlepas dari siapa dan dari mana orang asing ini─ bahwa dia memiliki wajah yang cukup tampan. Otomatis, darah perlahan-lahan berebut mengisi serabut-serabut vena di bawah kulit pipinya, membuat daerah di bawah bulatan emerald itu terasa hangat sampai merah merona.
Dan yang membuatnya hampir terkena serangan jantung kemudian, adalah saat ia menghormat layaknya seorang ksatria tengah menghadap ratu yang memerintah sebuah negri, lengkap dengan kalimat "Hormat hamba, ojou-sama."
"A-APA?!"
x-0-x
Here, Mirror doesn't always refer to a merely reflection
x-0-x
"Siapa kau?! Apa maksudmu?!" racau si gadis emerald. Panik dan tersipu malu memang sebuah kombinasi terbaik untuk membuat para gadis remaja bertingkah lucu dengan semburat merah jambu. Ksatria itu sendiri, melihat reaksi si kuncir dua, tak dapat menahan sehelai senyum tipis nan hangat untuk terbentuk di kedua bibirnya.
"Anda adalah Hatsune Miku ojou-sama," pria ini kembali berbicara dengan suara baritone-nya "liontin Kristal hitam dengan ornamen perak itu sebagai bukti."
Gadis ini berkedip tanda tak mengerti, ia menarik liontin yang sama persis seperti yang diucapkan sosok asing ini dari balik kerah bajunya. Memandangi perhiasan yang baru dibeli dari toko kuno kemarin dengan heran sebelum sesuatu menghantam otaknya dengan sangat keras. "Tu-Tunggu! Bagaimana kau tahu namaku?!" dia menggeleng kepala "dan, hei! Kau belum memperkenalkan dirimu!"
"Hamba adalah Thanatos, satu dari sekian Mirror Knights yang terikat dengan para pemilik Mirror Key." aku sedang tidak bermimpi kan? Kurang lebih itulah yang sekarang terbaca lewat ekspresi berbentuk dua bulatan putih menggantikan mata, dan mulut persegi panjang di wajah gadis bernama Miku Hatsune itu begitu mendengar penjelasan tidak masuk akal tersebut. Mirror bla… bla… bla…, yang benar saja, apa itu nama sebuah game RPG terbaru atau apa? dahinya berkerut.
"Kamu semacam *stalker ya?" ucapnya datar tak ambil pusing. Orang yang diajak bicara tampak berpikir.
"lebih tepatnya *wizard knight." Miku melenguh pasrah. Yang benar saja? Pasti ia seorang otaku gila.
"Terserah, tapi tolong, jauhi aku." sela gadis itu kemudian. Ia bangkit dari tempatnya seraya menepuk debu yang menempel di seragam sekolah yang dikenakan. Mengamati sosok itu sekilas sebelum berjalan menghentak kaki melewatinya yang masih dalam posisi tunduk di tempat. Sungguh, dia merasa sangat menyayangkan bahwa pemuda tampan ini adalah seorang otaku, ─karena mereka selalu dipandang sebelah mata di masyarakat. Yah, seandainya saja dia pelajar normal sepertinya. Mungkin…
Gadis ini sejenak tenggelam dalam khayalannya. Membayangkan skenario perkenalan berujung pada satu hubungan lebih dari sekedar teman. Tapi, mengingat rentetan kejadian ganjil yang baru saja dia alami barusan, langkah gadis ini terhenti sejenak. Apa mungkin dia seorang otaku?
Dia berbalik, "Hei, jika kau memang bukan seorang otaku dan benar-benar seorang wizard knight, coba tunjukkan kelebihanmu!" tuntutnya kemudian, jujur dia merasa ikut menjadi gila untuk mengikuti perkataan yang baginya seperti sebuah gurauan.
Sosok ksatria itu bangkit. Menyarungkan pedang hitam besarnya di punggung, seraya menatap balik orang yang menjadi ojou-sama-nya. Mengabaikan istilah otaku yang sama sekali tidak ia mengerti,
"Seperti?"
Miku Hatsune berpikir sejenak, menyisingkan lengan seragam sekolah dan melirik benda kecil di pergelangannya yang berdetik dengan dua jarum berbentuk negi. "Kyaaa! Sepuluh menit lagi aku akan terlambat!"
Mengambil inisiatif dari tingkah yang ditunjukkan, pria ini pun tanpa canggung berjalan menghampiri si kuncir emerald, menggendongnya di kedua lengan tanpa mempedulikan teriakan dan protes yang dia lontarkan kemudian.
"H-Hei! Apa yang kau lakukan! Cepat turunkan aku!" ronta Miku dengan rona yang semakin menyala. Jujur sekali lagi, ini adalah pertama kali seorang anak laki-laki benar-benar menggendongnya seperti putri, dan itu sangat membuatnya malu meski di sisi lain dia juga merasa senang meski ia memungkirinya.
Dekapan orang asing ini begitu kokoh, ia bisa bilang bahwa ia tidak merasa keberatan sedikitpun dengan beban tubuhnya sendiri. Dari tempat kepalanya bersandar, ia bisa menghirup wangi mint dan melihat wajah si rambut biru ini dengan lebih jelas dari sebelumnya. Dan itu membuat perlawanannya perlahan-lahan mereda. Berganti sikap malu-malu seraya mencoba mengalihkan perhatiannya ke arah lain.
"Coba anda tunjukkan, kemana tujuan anda, ojou-sama?" lagi-lagi julukan itu di alamatkan pada Miku. Dengan posisi dan kondisi seperti ini, efek yang di berikan pada jantung gadis ini pun menjadi berlipat-lipat ganda. Dalam hati Miku mengumpati sikap pemuda ini dan juga debaran tak terkendali di balik jeruji rusuknya.
"Vo-voca gakuen…" jari telunjuk lentik ia julurkan ke arah bangunan bercat putih yang berada cukup jauh dari tempat mereka. Si rambut biru mulai memejam mata. Perlahan, garis lingkaran terbentuk mengelilingi mereka, memendarkan cahaya yang merangkak naik membentuk selubung terang.
"Baik, ojou sama."
"A-AP-APA-APAAN INI?!"
=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=;=
… ia harus menghadapi fenomena-fenomena aneh yang telah dan akan terjadi di sekitarnya. Menyeret setiap orang yang dia kenal.
Sampai di mana kegilaan ini akan ia jalani?
"Keberadaan kami adalah untuk memenuhi tugas sebagai pelindung para pemilik Mirror Key."
X-X-X
hints :
*stalker : salah satu profesi dalam game RO.
*wizard knight : julukan Thanatos berdasarkan kisah dalam game.
A/N : Fic ini sekedar daur ulang dari beragam hal random yang pernah author tulis dan tersimpan di deretan file docx. Jadi author tidak bisa menjamin apakah akan ada update chapter atau tidak. Fic ini terinspirasi dari sosok salah satu MVP monster dalam game yang kebetulan mirip dengan Kaito Shion, dan alasan dia menjadi monster hanya karena para pemain harus mengikuti skenario game di mana dia dikambing-hitamkan sebagai ancaman, meski sebenarnya dia lah sang penjaga segel monster legendaris dalam game tersebut. Bahkan tujuan awal fic ini adalah mengulang kembali kejadian tersebut, tapi sepertinya imajinasi author masih belum menunjukkan kesediaan untuk bekerja-sama, jadi maaf jika fic ini menggantung hingga waktu yang tak bisa ditentukan.
terima kasih telah menyempatkan diri untuk membaca. n_na
