Reflection I
Author: Park Hyesung
Pairing: YeWook slight KyuWook, MinWook, TeukWook, and HaeWook
Genre: Angst, Romance, Tragedy, Hurts
Rate: All
Summary: Kumohon kembalilah, Ryeowook. | Aku hanya ingin berpesan, jangan terus-terusan menangis oppa. Tegarlah dengan hidup ini. Jangan sekali-sekali berpikir untuk menyusulku sebelum waktunya. | Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal.
Warning: Genderswitch, Typos, maybe Sad Ending. Terinspirasi dari VCR Osaka untuk lagu Storm. Hanya saja di bedakan jalan cerita.
Disclaimer: Author hanya meminjam nama mereka. Mereka milik diri mereka sendiri dan orang yang mereka cintai. tapi FF ini milik Author seorang. Jika ada kesamaan cerita, saya benar-benar tak men co-past, oke?
Dictionary Korean Language:
Namja = Laki-laki
Yeoja = perempuan
Oppa = panggilan anak perempuan kepada anak lelaki yang lebih tua darinya
Hyung = panggilan anak lelaki kepada anak lelaki yang lebih tua darinya
Chagi = panggilan sayang saat berpacaran
Arra? = mengerti?
Yeodongsaeng = adik perempuan
Neomu saranghae = aku sangat-sangat mencintaimu
Jebal = tolong
Uljima/Uljimayo= jangan menangis
Nado saranghae = aku juga mencintaimu
Seorang namja berambut surai hitam perlahan membuka matanya yang kecil seperti bulan sabit itu disiang ini. Pandangannya langsung menuju pintu, pandangan kosong. Di baliknya tubuh itu agar matanya dapat menatap ke atas. Tangan kanannya sengaja ditaruhkan ke keningnya, lagi-lagi ditatap kosong langit-langit rumah. Tersadar akan sesuatu, ia mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, persis menatap kaca di meja nakas di sebelah pintu kamarnya. Perlahan dia gerakkan tubuhnya agar berjalan ke meja itu.
Dia berdiri tepat di depan kaca itu. Menatap kaca itu sendu. Kemudian dia melihat telapak tangan sebelah kanannya yang di perban akibat dia memukul kaca yang di hadapannya itu.
"Kau begitu bodoh, Kim Yesung" gumamnya pada diri sendiri. Dia meremas tangan kanannya itu. Sakit…. Begitu sakit… Tapi masih lebih sakit di hatinya.
"Kenapa aku lepaskan dia begitu saja? Kenapa aku begitu pengecut" gumamnya lagi terhadap bayangan dirinya di kaca tersebut.
"Apa kau sama sekali tak menyesal apa yang kau perbuat hah? Kau terlalu bodoh! Kenapa kau tak mengatakan kalau kau menyukainya?! Mencintainya?!" ucapnya penuh emosi. Dia sadar apa yang di ucapkannya sekarang. Sangat sadar akan kebodohannya. Berbicara dengan bayangan nya sendiri dan meratapi kebodohannya di masa lalu. Digepalkan tangannya keras.
"Kumohon…. Jangan tinggalkan aku, Wookie. Kumohon kembalilah, Ryeowook. Aku sangat mencintaimu. Neomu saranghae." Namja bernama Yesung itu menangis, membiarkan matanya mengeluarkan cairan bening itu lagi.
"AAAAARRRRGGGGHHHH!" PRAAANG! Yesung dengan emosi memukul kaca itu lagi. Tak dipedulikannya darah yang keluar dari luka yang diperban itu. Yang diinginkannya sekarang hanyalah, Ryeowook. Kim Ryeowook. Seorang yeoja yang berhasil mengambil belahan jiwanya. Seorang yeoja yang dulunya hanya mantan kekasihnya.
Seorang yeoja yang selalu disampingnya, menjaganya, mampu mengendalikannya. Seorang yeoja yang manja, innocent dan polos. Yeoja yang mengerti dirinya. Yeoja yang sayang bahkan sempat mencintainya. Sekarang pergi meninggalkannya. Hati Yesung sangat hampa saat ini. Ingin bertemu dengan pujaan hatinya sejak semasa sekolah dasar itu.
PRAAANG! Lagi-lagi dia memecahkan kaca itu dengan tangan kanannya. "KAU BODOH, KIM YESUNG!" kemudian Yesung menangis menutup wajahnya dengan kedua tangganya itu dan terduduk lemas di lantai.
~ANYWHERE~
Namja berambut ikal itu berjalan di padang rumput ilalang mengikuti yeodongsaengnya. Yeodongsaeng yang ia rindukan senyumannya, yeodaongsaeng yang ia rindukan masakannya, dan yeodongsaeng yang ia rindukan kehangatan hatinya.
"Ryeowook, sampai kapan kau akan berjalan terus seperti itu? Apa kau tak lelah?" tanya namja ikal itu sambil terus berjalan mengikuti yeoja didepannya. Yeoja itu tetap berjalan dengan riangnya, tanpa memperdulikan perkataan sang oppa-nya. Senyum juga masih keluar daru bibir mungil gadis itu,
"Wookie-ah. Ini Kyuhyun. Oppamu. Apa kau lupa denganku?" tanya namja ikal itu. Tetap saja tak di ubris oleh Ryeowook, yeodongsaengnya.
"Wookie, kumohon jawab aku. Kau sayang oppa kan? Aku sangat menyayangimu. Kumohon..." tangis Kyuhyun pecah begitu saja. Dia terjatuh terduduk di tanah subur itu. Menangis meraung-raung di tengah padang rumput ilalang itu. Hatinya sakit kehilangan Ryeowook.
"Kenapa aku dulu tak mengikuti kemauanmu? Kenapa aku begitu egois hingga memaksamu untuk mengikuti perjodohan itu? Kenapa?!" teriaknya penuh kesal. Begitu bodoh kepustusannya itu.
"Seandainya saja aku tak memaksamu… seandainya saja aku mengikuti permintaanmu…" ucapnya di sela isakan tangisnya. Dia memukul tanah yang dipijaknya dengan tangannya. Dia ingin mengalihkan sakit di hatinya itu. Tak bisa… sakit di hatinya sangat besar. Perasaan bersalah dan menyesal sangat menempel di pikirannya. Seandainya... kata yang selalu diucapkan ketika semua peristiwa sudah berjalan...
"Jangan tinggalkan aku sendirian seperti ini, Wookie. Kumohon kembalilah, Ryeowook." Isak Kyuhyun keras.
Tak jauh dari keberadaan Kyuhyun, seorang namja tengah berlari kencang di tengah-tengah jalan yang disediakan untuk mengelilingi padang ilalang itu. Tiba-tiba namja itu berhenti. Merasakan ada yang sakit dikepalanya. Perlahan dia pegang kepalanya itu.
"Sungmin Oppa, mianhae. Aku benar-benar tak mencintaimu. Aku tak ingin ikut perjodohan ini." Kata-kata itu terngiang di pikiran Sungmin, namja itu. Di gelengkan kepalanya keras, tak menerima perkataan yeoja yang sudah dijodohkan dengannya sebulan yang lalu.
"Sungmin oppa, aku sudah memiliki orang yang kucintai. Aku tak ingin mengikuti perjodohan ini. Aku tahu Kyuhyun oppa sudah berbaik hati membuat perjodohan ini tapi sungguh aku tak ingin mengikuti perjodohan ini." Sungmin menahan isakan tangisnya. Dia menyesal…
"Aku tahu kau mencintaiku, oppa. Tapi aku tak mungkin bisa membalas cinta oppa. Aku mohon, lepaskan aku… jebal, oppa. Aku takut kau tersakiti." Perkataan yeoja itu terus terngiang di pikirannya.
"Ryeowook-ah, mianhae. Hiks." Tangis Sungmin seketika pecah begitu saja. Perasaan bersalah terus menyelimutinya.
"Aku bersalah. Kenapa aku tak melepaskanmu dengan namja yang kau cintai itu? Kenapa aku egois?" isaknya. DEG! sakit itu datang lagi di hatinya. "Kumohon kembalilah, Ryeowook. Jangan tinggalkan aku seperti ini." Ia menangis terduduk di jalan itu.
~ANYWHERE~
Namja itu memainkan piano dengan mahirnya. Melantunkan sebuah lagu yang begitu menyakitkan, begitu menyayat hati setiap orang yang mendengarkan permainannya. Hati namja itu sama dengan permainan pianonya. Kesedihan yang teramat sangat terlihat begitu saja.
"Leeteuk oppa, bisakah kau berjanji padaku? Aku ingin kau berjanji agar terus tegar jika aku tak ada. Kau tak boleh menangis. Arra?" Leeteuk, yang sedari tadi memainkan piano teringat ucapan sahabatnya itu.
"Kenapa kau ucapkan kata seperti itu, Ryeowook-ah?" gumam Leeteuk sambil terus memainkan piano itu. Dia juga menahan tangisnya.
"Uljima oppa. Aku tahu ini pasti menyakitkan karena kita tak akan pernah bertemu lagi setelah ini. Tegarlah oppa. Aku selalu disisimu. Jangan menangis lagi ne? kau seperti anak kecil." Senyum dan perkataan milik Ryeowook itu masih tersimpan di memori otak milik Leeteuk.
Tangannya mulai bergetar ketika menekan tuts-tuts piano tersebut. "Kenapa Wookie? Kenapa kau begitu cepat kau pergi meninggalkan sahabatmu ini?" tetap ia memainkan pianonya. Sakit yang begitu dalam terus menjalar keseluruh tubuhnya.
"Dulu kau berjanji akan selalu disampingku. Kenapa? Kenapa kau pergi hah?"
TES..
Leeteuk sudah tak kuat lagi. Sudah tak kuat menahan air matanya yang sedari tadi ditahannya. Sungai kecilpun sudah terlihat di pipi chubby-nya
"Wookie-ah… aku tak kuat untuk menahan air mata ini. Semua berkat kau. Kau berhasil membuatku menangis seperti ini." Dengan mata terpejam, ia terus memainkan piano.
"Kau ingat? Dulu kau yang mengajariku bermain piano ini bukan? Masih banyak yang belum kupelajari tentang bermain piano. Kenapa aku begitu bodoh tak menahanmu pergi saat itu? Jadi kumohon dengan sangat. Kumohon kembalilah, Ryeowook." Leeteuk berhenti memainkan benda besar itu dan menangis sejadi-jadinya.
~ANYWHERE~
Namja bernama Donghae menangis di depan sebuah makam yeoja yang di nisannya bertuliskan:
KIM RYEOWOOK
21 Juni 1987 – 26 September 2012
"Mianhae, Ryeowook-ah! Mianhae…" hanya kata-kata itu yang sekarang mampu diucapkan Donghae. Dia menyesal. Seharusnya kejadian itu tak terjadi. Sama sekali tidak harus terjadi.
"kenapa kau ingin ikut denganku pergi ke Jepang waktu itu? Bukankah kau mencintai Yesung? Bukankah kau menyayangiku? Bukankah kau juga menyayangi sahabat-sahabatmu? Apa kau lupa dengan Kyuhyun? Kenapa kau begitu kejam, Wookie-ah?" Donghae berbicara kepada makam itu. Seakan Ryeowook dapat mendengar perkataannya.
"Kau bilang, kau akan kembali lagi dengan Yesung Hyung. Mana buktinya? Kenapa kau juga meninggalkan kami dengan cara seperti ini? Apa kau tahu sakit hati yang kurasakan? Kau sudah berbohong memakai namaku agar Yesung menjauhi mu. Kau tak memberi tahu apa penyakitmu yang sebenarnya." Dia menarik nafas sejenak sebelum berbicara lagi di tengah tangisnya.
"Sudah kubilang, kau seharusnya segera pergi ke Amerika untuk operasi agar kanker mu yang masih stadium satu itu bisa disembuhkan. Tapi mengapa kau malah ikut aku pergi, Ryeowook-ah? Kau membuat semua orang tersakiti." Menangis sejadi-jadinya, hanya itu yang dapat dilakukan Donghae.
"Aku tak dapat bilang sendiri apa yang kau alami ke Yesung Hyung, Wookie. Aku sahabat yang tak berguna. Aku pengecut. Hiks" dia terjatuh di samping makam itu
"Kumohon kembalilah, Ryeowook." Kalimat itu juga diucapkan Donghae.
Kelima namja itu menangis sejadi-jadinya di waktu yang sama. Sakit yang mereka rasakan juga sama. Kehilangan sesuatu yang berharga, kehilangan sesuatu yang mereka sayangi, dan kehilangan sesuatu yang mereka cintai. Seorang Kim Ryeowook…
Seandainya Yesung tetap mempertahankan Ryeowook,
Seandainya Kyuhyun tidak memaksa Ryeowook agar ikut perjodohan itu,
Seandainya Sungmin melepaskan Ryeowook bersama namja yang ia cintai,
Seandainya Leeteuk masih menahan Ryeowook agar tak pergi,
Seandainya Donghae dapat bilang ke mereka apa yang dialami Ryeowook dulu,
Kata 'Seandainya' selalu diucapkan jika semua sudah terlambat. Ketika penyesalan datang, kata itu yang akan diucapkan.
Kenapa aku lepaskan dia begitu saja? –Yesung–
Kenapa aku begitu egois hingga memaksamu untuk mengikuti perjodohan itu? –Kyuhyun–
Kenapa aku tak melepaskanmu dengan namja yang kau cintai itu? –Sungmin–
Kenapa aku begitu bodoh tak menahanmu pergi saat itu? –Leeteuk–
Kenapa kau juga meninggalkan kami dengan cara seperti ini? –Donghae–
Kata 'Kenapa' selalu diucapkan saat merasa sudah jatuh kedalam penyesalan. Penyesalan yang selalu datang terlambat, itulah mengapa mereka semua berkata 'Kenapa' untuk merenungi semua kejadian yang telah terjadi.
Kumohon kembalilah, Ryeowook
Perasaan sakit yang mereka rasakan sama saja. Rindu akan gadis bernama Kim Ryeowook
"Donghae oppa, berhentilah menangis seperti itu." Suara yeoja yang sangat di kenali Donghae itu mampu membuat tangis Donghae berhenti. Dia menoleh ke sumber suara.
"Ryeowook…" ucapnya. Benarkah yang di hadapannya itu Ryeowook?
"Hallo oppa." Senyum hangat keluar dari bibir kecil milik yeoja itu.
"Benarkah itu kau, Wookie?" tanya Donghae sambil berdiri dari makam itu. Yeoja yang mengaku Ryeowook itu mengangguk. Ryeowook menghampiri Donghae.
"Ne, ini Ryeowook oppa. Uljimayo oppa. Kau tampak terlihat jelek jika menangis." Ryeowook menghapus air mata di pipi Donghae dengan tangannya. Donghae menutup matanya, menikmati sentuhan yeoja yang ia rindukan dua minggu yang lalu sejak kejadian itu.
"Wookie, kenapa kau berpakaian putih bersih seperti ini? Kau masih hidupkan?" tanya Donghae lagi. Dia memegang tangan Ryeowook, terasa dingin sekali.
"Tidak oppa. Aku sudah tak hidup lagi. Setelah ini aku akan bahagia oppa." Ryeowook tersenyum manis.
"kau pasti masih hidup, Wookie. Aku yakin itu! Buktinya kau sekarang bersamaku disini." Kekeh Donghae tapi Ryeowook menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah meninggal oppa. Kau pasti juga bisa merasakan dingin di tanganku, bukan? Itu tandanya aku sudah meninggal. Aku hanya ingin berpesan, jangan terus-terusan menangis oppa. Tegarlah dengan hidup ini. Jangan sekali-sekali berpikir untuk menyusulku sebelum waktunya. Maafkan aku karena sudah menyusahkan oppa selama ini. Maafkan aku sudah memakai nama oppa untuk melarikan diri dari Yesung oppa." Wajah Ryeowook kini suram. Tampak sekali ia ingin menangis.
Donghae langsung menariknya kedalam dekapannya. Dingin, suhu tubuhnya sangat dingin. "Pelukan terakhir untuk sahabatmu. Bolehkan, Wookie?" bisik Donghae tepat di telinga Ryeowook. Ryeowook hanya mengangguk dan membalas pelukan Donghae.
"Oppa, aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal." Ryeowook melepaskan pelukannya dan melambaikan tangannya. Kemudian perlahan ia menghilang bersamaan cahaya yang menyinari mereka berdua. Donghae terpaksa menutup matanya karena begitu silau.
Cahaya itu sudah menghilang. Donghae perlahan membuka matanya dan mengerjapkan matanya. "Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal" Donghae mengeryitkan keningnya.
"Apa maksud perkataanmu Ryeowook-ah?"
~ANYWHERE~
"Leeteuk oppa. Jangan terus-terusan menangis. Kasihan piano itu. Nanti jadi rusak kalau terkena air matamu." Leeteuk yang tadinya menangis menjadi isakan saja. Ditolehkan kepalanya ke arah samping kanannya. Kim Ryeowook, sahabatnya berdiri disana. Sejak kapan?
"Ryeowook, itukah kau?" tanya Leeteuk sambil mengulurkan tangannya untuk memegang pipi yeoja itu. Dingin…
"Tentu saja oppa. Ini aku! Bukankah kau sudah melihatnya?" jawab Ryeowook girang, senyum terpampang di wajahnya.
"Tapi kenapa begitu dingin?" heran Leeteuk. "Apakah aku bermimpi, Wookie?"
"Oppa tak bermimpi. Ini aku…. Sungguh aku. Kau melihatku dalam sosok yang berbeda. Aku sudah meninggal oppa. Jadi jangan teru-terusan menangis." Tutur Ryeowook. Leeteuk bangun dari duduknya.
"Lalu ada apa kau kesini Ryeowook?" Leeteuk rasanya ingin menangis tapi ditahannya.
"Aku hanya ingin berpesan, jangan terus-terusan menangis oppa. Tegarlah dengan hidup ini. Jangan sekali-sekali berpikir untuk menyusulku sebelum waktunya. Maafkanlah aku karena membuatmu menangis seperti ini. Maafkanlah aku sehingga membuatmu merasa bersalah seperti ini. Kau tak bersalah oppa. Jadi jangan menangis. Oke?" pesan Ryeowook sambil mengayunkan tangan Leeteuk yang di gengam nya sekarang.
Leeteuk mengangguk pasrah. "Oppa aku ingin kau memelukku. Boleh ya?" manja Ryeowook. Tentu saja Leeteuk langsung memeluknya erat, seakan takut kehilangan Ryeowook lagi.
"Ah sudah waktunya." Gumam Ryeowook sambil melepaskan pelukannya. "Oppa, aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal." Tutur Ryeowook dan cahaya kembali menyelimuti kedua tubuh mereka. Leeteuk pun menutup matanya. Yang terakhir ia lihat, hanyalah senyum dan lambaian tangan Ryeowook.
Mata teduh milik Leeteuk pun terbuka. "Apa maksud kalimat itu, Wookie-ah?" gumamnya pada diri mereka sendiri.
~ANYWHERE~
"Sungmin oppa. Jangan nangis ditengah jalan seperti itu. Nanti oppa ditabrak mobil." Goda yeoja itu. Sungmin yang terduduk begitu saja di tengah jalan segera mencari sumber suara itu.
"Ryeowook!" Sungmin segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Ryeowook. "Kau.. bagaimana bisa kau disini?" herannya sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Seperti anak kecil.
"Hahaha, kau lucu oppa. Wajah cemberutmu itu lucu. Jangan cemberut seperti itu ah." Ryeowook mencubit gemas pipi Sungmin.
Sungmin memegang tangan Ryeowook. "Kenapa begitu dingin? Apa yang terjadi padamu?" tanya Sungmin khawatir.
"Aku sudah meninggal oppa. Tentu saja aku dingin. Dan jangan khawatir. Aku akan bahagia pastinya. Aku kesini hanya ingin menyampaikan pesan padamu" Ryeowook tersenyum getir.
"Pesan apa itu?" tanya Sungmin penasaran.
"Berjanjilah kau akan mengikuti pesanku, oppa." Ucap Ryeowook sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
"Aku akan berjanji untukmu, Wookie." Sungmin menautkan jari kelingkingnya.
"Aku hanya ingin berpesan, jangan terus-terusan menangis oppa. Tegarlah dengan hidup ini. Jangan sekali-sekali berpikir untuk menyusulku sebelum waktunya. Maafkan aku oppa karena tak bisa menerima perjodohan ini. Maafkan aku karena tak bisa membalas semua cintamu oppa." Senyum itu masih tetap ada di wajah Ryeowook.
"Aku janji akan mengikuti pesanmu Wookie-ah." Ryeowook langsung memeluk Sungmin. Sungmin pun segera membalasnya.
"Oke, waktunya aku pergi." Ryeowook melepaskan pelukannya. "Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal." Lagi-lagi cahaya itu menyelimuti kedua tubuh itu. Sampai-sampai Sungmin terjatuh.
"Sampai jumpa bukan selamat tinggal? Apa maksudnya, Wookie?"
Tak jauh dari sana, Ryeowook pun juga menghampiri Kyuhyun. Oppa kandungnya yang sangat ia cintai.
"Oppa, sampai kapan oppa-ku yang evil ini akan berhenti menangis hmm?" goda yeoja itu. Kyuhyun segera melihat kedepan. Tepat kearah yeodongsaengnya berdiri.
"Ryeowook! Bogosshippoyo!" Kyuhyun langsung memeluk erat tubuh mungil Ryeowook.
"Wah, aku tahu oppa rindu padaku tapi jangan memeluk seperti ini. Sesak tahu!" gertak Ryeowook.
"Wookie-ah.. kau dingin! Apa kau baik-baik saja?" Kyuhyun memegang pipi dan kening Ryeowook, hasilnya sama. Suhu tubuhnya bergitu dingin. Tak ada kehangatan sama sekali.
"Aku baik-baik saja. Sangat baik malahan. Oppa, Aku hanya ingin berpesan, jangan terus-terusan menangis oppa. Tegarlah dengan hidup ini. Jangan sekali-sekali berpikir untuk menyusulku sebelum waktunya. Maaf mengecewakan oppa soal perjodohan itu. Maafkan aku karena aku tak pergi ke Amerika untuk operasi. Aku benar-benar tak pantas menjadi adik oppa sepertinya." Kyuhyun yang mendengar penuturan sang adik hanya bisa memeluk Ryeowook.
"Cepat sekali waktu berjalan. Oppa, aku harus pergi sekarang." Ucap Ryeowook sembari melepaskan pelukan hangat Kyuhyun. "Pergi kemana?"
"Ke tempat orang yang kucintai, oppa. Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal." Ryeowook berjalan kearah padang rumput ilalang. Kyuhyun yang terpaku oleh perkataan Ryeowook, segera berlari menyusul Ryeowook.
Tapi hasilnya nihil. Ryeowook tak ada dimanapun. "Apa maksud perkataanmu, Ryeowook?"
~ANYWHERE~
"Yesung oppa! Omona~ tanganmu kenapa?" tanya yeoja itu sambil mengambil tangan Yesung yang terluka itu. Gadis itu terduduk disebelah Yesung. Yesung berhenti menangis. Perlahan ia menatap wajah yeoja itu.
DEG!
"Wookie Chagi…" kata Yesung terpaku apa yang dilihatnya. Dia segera memeluk Ryeowook. Dia merindukan mantan kekasihnya itu.
"Chagi, apakah ini benar dirimu?" dengan tangan yang bergetar, Yesung mencoba memegang wajah gadis itu. Air matanya terus mengalir dari matanya, telapak tangan kanannya yang sakit tidak dipedulikannya. Dia hanya ingin memastikan jika yang dihadapannya itu adalah Ryeowook.
"Ini aku oppa. Ryeowook, kekasihmu oppa." Dalam keadaan seperti ini Ryeowook masih menganggap dirinya kekasih Yesung.
Yesung menghambur kepelukan Ryeowook. Di taruhnya kepala itu tepat bahu samg gadis. Ia menangis rindu, ingin melepaskan sakit hati yang ia rasakan di bahu gadis itu.
Ryeowook mengelus surai hitam milik Yesung dengan lembut. Hatinya juga sama. Perasaan yang mereka rasakan sama. Sakit... tak terpikirkan bisa terjadi kejadian seperti ini.
"Oppa, tenanglah. Aku akan menceritikan kejadian yang sebenarnya. Kejadian yang tidak melibatkan Donghae oppa sama sekali." Ucap Ryeowook lembut tapi tetap mengelus rambut Yesung.
"Hiks, apa itu? Aku percaya semua yang kau katakan, Wookie." Yesung menghapus air matanya. Dia melepaskan pelukannya. Menatap Ryeowook yang tersenyum lembut.
"Kejadian itu. Bukan kesalahan Donghae oppa. Oppa pasti berpikir jika Donghae oppa yang membawaku lari. Jadi saat aku menelpon oppa untuk pergi ikut Donghae oppa, oppa berpikir aku sudah tak mencintai oppa dan segera memutuskan hubungan kita. Tapi itu salah oppa. Aku terkena kanker jantung stadium pertama. Sebenarnya aku sudah di suruh untuk operasi di Amerika oleh Kyuhyun oppa, tapi aku menolaknya. Karena setelah itu pasti aku akan tetap disuruh bertunangan oleh teman bisnis Kyuhyun oppa yaitu Sungmin. Walaupun Sungmin oppa juga mencintaiku, tapi tetap hatiku hanya pada dirimu oppa. Sungmin oppa adalah teman Kyuhyun oppa yang membantu perusahaan kami setelah orang tuaku meninggal. Jadi Kyuhyun oppa jadi terpikirkan untuk menjodohkan ku dengan Sungmin oppa. Tapi dia tak melepaskanku untuk bersama oppa. Lalu..." Ryeowook mengambil nafas untuk melanjutkan ceritanya.
"lalu aku terpikir untuk ikut Donghae oppa yang akan pergi ke Jepang. Sekalian aku akan operasi disana juga untuk melanjutkan sekolah. Saat aku ada di bandara, aku bertemu Leeteuk oppa."
"Ada Leeteuk Hyung? Kenapa Leeteuk Hyung tak pernah bilang padaku?" potong Yesung tak sabar.
"aku tahu Leeteuk oppa pasti tertekan. Saat itu Leeteuk oppa menahanku agar aku tak pergi dengan Donghae oppa. Dia memaksaku untuk pergi ke Amerika, tapi aku egois. Jadi aku tetap kekeh untuk ikut Donghae oppa. Saat naik ke pesawat, Donghae oppa sudah memiliki perasaan tak enak dan menyuruhku turun dari pesawat itu. Aku tak mempedulikannya. Sampai akhirnya, saat pesawat itu akan lepas landas, pesawat itu malah bertabrakkan dengan pesawat yang akan mendarat. Dari kejadian itu hanya beberapa yang selamat termasuk Donghae oppa. Dia ingin menyalamatkan aku, karena aku terperangkap di tempat duduk pesawat. Saat itu aku sudah bilang kepadanya agar bilang kepada oppa apa yang terjadi sebenarnya. Dan akhirnya, pesawat itu meledak begitu saja. Membakar tubuhku yang masih di dalam pesawat." Jelas Ryeowook membuat Yesung terdiam begitu saja.
"Jadi, sebenarnya ini salah siapa?" lirih Yesung. Ryeowook mengeleng lemah.
"Tak ada yang salah. Ini hanya kecelakaan. Jadi karena itu oppa tak boleh menyalahkan siapapun. Arra?" Ryeowook mengenggam tangan mungil Yesung.
"Aku hanya ingin berpesan, jangan terus-terusan menangis oppa. Tegarlah dengan hidup ini. Jangan sekali-sekali berpikir untuk menyusulku sebelum waktunya. Maafkan aku karena menyembunyikan semua kejadian sesungguhnya dari oppa. Aku takut oppa akan khawatir kepadaku." Pesan Ryeowook.
"Ne, oppa maafkan kau. Tapi bolehkan oppa meminta sesuatu kepadamu sebelum kita tak bertemu lagi?" lirih Yesung dengan tersenyum. "Apapun itu oppa."
Segera Yesung menarik tengkuk leher Ryeowook. Menyatukan kedua bibir itu. Dia mengecup bibir mungil milik Ryeowook dengan lembut. Ryeowook yang terkejut perlahan menutup matanya untuk menikmati sentuhan kekasihnya. Kemudian ia mengalunkan lengannya di leher Yesung. Yesung mulai melumat bibir itu, menyalurkan kerinduannya. Walaupun dingin, Yesung melanjutkan itu. Dia mengeluarkan lidahnya dan menjilat bibir mungil itu. Bibir Ryeowook dengan sendirinya terbuka untuk jalan akses masuk lidah milik Yesung. Lidah Yesung segera mencari-cari lidah Ryeowook mengejaknya beradu, dia terus menjelajahi gua sembab dan basah itu. Saliva mereka sudah saling bertukar. Tanpa sengaja Yesung menggigit lidah Ryeowook, membuat kekasihnya itu mendesah.
Tanpa sadar, ada rasa asin yang masuk ke mulut mereka. Mereka tak sadar jika mereka menangis. Yang mereka tangisi adalah ketakutan yang luar biasa. Takut jika mereka tak akan bertemu lagi. Takut jika ini adalah ciuman mereka yang terakhir kali. Takut jika ini semua hanyalah ilusi semata.
Karena sudah kehabisan nafas, Ryeowook mendorong pelan dada bidang Yesung. Terlihat sebenang saliva saat kedua bibir itu terpisah. Air mata mereka masih mengalir.
"Oppa jangan menangis. Aku yakin ini bukan yang terakhir kali kita akn bertemu. Tenang saja oppa." Ryeowook yang awalnya hanya menahan tangis juga ikut menangis. Yesung kembali memeluk tubuh itu.
"Waktuku sudah habis. Aku harus pergi oppa." Ryeowook mendrong pelan tubuh itu dan berdiri.
"Tapi, tak bisakah kau disini lebih lama lagi, Wookie?"
"Tak bisa. Aku harus pergi sekarang, atau semuanya akan kacau. Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal. Saranghae, nae oppa." Ryeowook menghilang begitu saja setelah keluar dari jendela rumah Yesung.
Yesung menatap jendela itu dan menggepalkan tangannya keras. "Nado saranghae, chagi. Tapi apa maksud katamu? Aku harus pergi sekarang, atau semuanya akan kacau. Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal." Ia mengulang perkataan Ryeowook.
Aku hanya ingin berpesan, jangan terus-terusan menangis oppa. Tegarlah dengan hidup ini. Jangan sekali-sekali berpikir untuk menyusulku sebelum waktunya.
Pesan milik Ryeowook ini, bukanlah kebohongan. Ia tidak ingin para namja yang menyayanginya pergi menyusul mati karena ingin ikut dengannya.
Sampai jumpa. Ingat kataku, sampai jumpa bukan selamat tinggal.
Kalimat ini, ia yakini akan menjadi kenyataan. Ia akan bertemu dengan lima namja itu lagi.
Aku harus pergi sekarang, atau semuanya akan kacau.
Dia akan pergi sekarang, atau semua yang sudah ia rencanakan dengan para malaikat dan Tuhan akan hancur begitu saja. Rencana yang sudah ia buat susah payah sehingga ia harus berhadapan dengan Tuhan.
The End
Or
To Be Continue?
Apakah FF ini bagus? ini FF pertama saya, maafkan kalau tidak memuaskan. tapi bisakah kalian yang sudah menyempatkan waktu ini untuk Review? *Sodorin Kantung Review*
