Kami hanyalah pelampiasan dari orang
Yang kami sayangi
Disclaimer : Hajime Isayama
Uso no Hibana by me
.
.
.
Warning : Typo , OOC , M for Save
.
.
.
A/N : Pernah nonton Kuzu no Honkai? Anime echhi hard favorit saya yang
Menjungkir balikan perasaan saya, ide cerita fic ini diambil dari sana , namun dikemas dengan berbeda
Entah ini bisa disebut Crossover ato tidak hehe
Pada fandom Naruto saya juga membuat fic dengan ide yang sama
Saya ingin membuat sesuatu yang greget(?) dan anti mainstrem. Berbekal
Kurangnya asupan fic LeviHan pada fandom ini , saya pun tak main-main
Saya membuat fic tsadistt dibumbui sedikit NTR , yahh mungkin jika anda
Tidak menyukainya tentu bisa kan membuat flame yang berbenefit?
Atau silahkan tombol back
Blablabla= Narasi oleh Hanjii
'blablablabla' = Inner
Chapter 1 : Perasaan yang hilang
"Maafkan aku Hanji, Petra telah dijodohkan denganku.."
"Jangan bercanda Erwin, bahkan kalian belum lulus SMA,"
"Aku sedang tidak bercanda.." Pemuda bersurai pirang klimis itu menatap kekasih-ralat-mantan kekasihnya itu dengan tatapan serius, hilang sudah tatapan kasih sayang yang dulu sering ia berikan pada perempuan manis bersurai coklat satu ini.
"...Ayahku bahkan akan melaksanakan pertunangan kami, tanpa persetujuan apapun dariku.."
Hanji masih tertawa , Erwin menghela nafas berkali-kali , tabiat Hanji yang selalu menganggap semua hal yang realitis adalah ekspetasi candaan belaka. Gusar memang, untuk itu Erwin memegang kedua bahu Hanji, berusaha menyadarkanya.
"Aku benar-benar serius Hanji, Aku sedang tidak main-main, Hubungan kita akan berakhir, mengapa kau tidak pernah menganggap ini serius?"Erwin bertanya dengan penuh penekanan, ditatapnya Hanji yang terdiam sambil menatapnya lurus-lurus.
"J-justru itu aku tidak menganggapnya serius, aku tidak mau semua ini nyata, a-aku pasti berkhayal kan? Ayolah rasanya sangat sakit disini,"Hanji menunjuk kemeja dibagian bawah lehernya, Kacamata yang ia kenakan mulai basah.
"Maafkan Aku Hanji,"Dilepaskanya cengkraman dari bahu Hanji, Erwin menunduk , ia lebih memilih menatap Uwabaki yang ia kenakan, terlalu sakit untuk menatap Mata Hanji yang berkaca-kaca.
"Aku tau kau tidak menyesal Erwin, mungkin saja kau masih mencintai Petra bukan? Cinta pertamamu,"
Erwin mendongak, ia hendak menyanggah sebelum..
"..Baiklah, berarti mulai detik ini kita bukan apa-apa kan? Baiklah Erwin Smith bahagialah dengan hidupmu Jaa,"Hanji tidak memberikan Erwin celah untuk menjelaskan bahkan untuk berkata sekalipun. Hanji memang egois, Namun , ia egois demi menghindari dirinya dari sakit hati, itu hal wajar bukan?
Bahkan Panggilan Erwin yang mengggema diseluruh koridor pun tak digubrisnya , biarlah untuk sekarang biarlah begini dulu, nanti ia akan rebut Erwin kembali.
Karena aku masih mencintaimu Erwin, sangat
.
.
.
.
.
"Matsui.."
Musim Panas pertamaku tanpa Erwin...
Hanji merebahkan diri di Rooftop yang sepi, dengan tas sebagai bantal dan air kemasan yang ia genggam. Ia memejamkan matanya , meresapi Aroma musim panas yang berbau kayu tua yang khas, semilir debu panas yang berterbangan , benar-benar musim panas yang menyebalkan.
Enak sekali ketika sedang sendiri..
Tetapi sedari dulu .. aku memang sendiri... Sebelum ada Erwin.
Erwin... dengan Petra ya..?
Hanji berusaha mengingat teman seangkatan yang bernama Petra, jika tidak salah ada Perempuan manis berdarah Mexico dengan rambut jahe nya yang wangi.
Sudahlah.. mengingatnya membuatku kembali sakit.
Hanji membuka botol kemasan dan meneguk air yang hanya sisa seperempat botol, Ia mengambil tas nya dan bersiap untuk meninggalkan Rooftop.
Tanpa sengaja Hanji hampir menabrak seseorang saat membuka pintu keluar, Hanji ingin mengucapkan maaf , Namun tertahan begitu melihat raut wajah tak menyenangkan dari orang itu.
Pemuda itu berjalan ke arah Rooftop meninggalkan Hanji yang masih termanggu, Pemuda yang tingginya bahkan tidak lebih darinya.
Hanji memutuskan untuk tidak peduli sebelum memorinya mengingat sesuatu yang penting.
Orang ini yang biasanya selalu dengan Petra kan? Apa dia Rivaille?
Hanji berbalik arah, menghampiri orang itu yang sedang melihat pemandangan lapangan sekolah dari atas. Rambut Ebony orang itu terayun oleh angin. Tatapan matanya tajam seperti Heyna , tingginya tak setinggi Laki-laki pada umumnya.
"A-ano permisi, apa kau yang bernama Rivaille?"
Hanji bertanya hati-hati, meski tidak dijawab dalam waktu yang cukup lama.
"Hallo, Aku bertanya padamu.."
Sebenarnya apa yang kau lihat pendek !
Hanji mendekati Rivaille, ia berdiri disampingnya dan ikut memandang ke bawah, disana tidak ada apa-apa , hanya lapangan kosong , kecuali pasangan mesra yang sedang duduk di-
Ehh Erwin?
Dibawah Sana ada Erwin yang sedang duduk berdua dengan Petra , mereka seperti sedang saling melempar guyonan, tawa diantara mereka begitu kentara , mereka sampai tidak sadar sedari tadi ada yang memperhatikan.
"Apa bagusnya Petra sih, Erwin,"Hanji bermonolog sambil memasang wajah frustasi ala bocah 5 tahun yang tidak diberi permen.
"Lebih baik dari seorang siswi yang berantakan semacam kau,"
"Eh?"
Hanji tersentak, orang pendek disebelahnya ini berkata tiba-tiba, ia jadi malu sendiri.
"..."
"Sudah kuduga kau Rivaille kan?"
"..."
"Kau sekarang mantan kekasih nya Petra kan? Pasti kau baru saja ditinggalkan? Haha malang nasibmu pendek,"
Rivaille memberikan tatapan maut nya pada Hanji, meski Perempuanitu tidak menyadari karena sedang tertawa kegelian.
"Aku tidak begitu terpuruk seperti kau, Bodoh !"
Hanji menghentikan tawa nya, ia kembali memandangi ke arah Erwin dan Petra.
"Ya ya laki-laki memang menyukai perempuanyang feminim dan manis, berbeda dariku,"
Rivaille mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan yang tidak ingin peduli, Namun ia cukup tau jika perempuan berantakan disebelahnya ini cukup terluka. Mungkin sama seperti dirinya, meski Rivaille tidak akan pernah mengakuinya.
"Karena kau terlalu berantakan dan menjijikan.."
"Aku tidak menjijikan, aku ini alami,"
"Oh begitu?"
"Ya dan-"
Rivaille, orang yang tidak disengaja menjadi teman terdekatku, sedikit kutahu ia merupakan Teman seangkatanku yang satu kelas dengan Erwin..
Dibalik sikapnya yang jutek,angkuh dan bermulut kotor, kutahu ia sama sakitnya seperti ku.
.
.
.
.
Tanpa terasa kami sering menghabiskan waktu bersama
Kami sering bertemu di Rooftop tanpa disengaja
Entah siapa yang lebih dulu berada disana
Kami pun akhirnya saling membiarkan
Terus seperti itu hingga masa berputar
Hanji merebahkan dirinya dikasur empuk milik Rivaille. "Hahh leganyaa,"
"Heh Kuso, jangan sembarangan meniduri kasurku !"
Hanji menatap Rivaille yang mengamuk tak jelas, ia tidak peduli."Kasurmu begitu bersih , aku tergoda untuk tidur disini,"
Rivaille menggemelutukan giginya kesal, ia memilih duduk di bawah kasur membelakangi Hanji, ia memfokuskan diri untuk membaca buku Favoritnya sambil menunggu hujan reda untuk mengantar perempuan itu pulang. Hanji mengamati rintikan air yang turun dari balik jendela disamping kasur Rivaille.
Kenapa ya...
Hanji menoleh sedikit , menatap Rivaille yang sibuk sendiri.
Aku merasa tidak lagi kesepian
Rivaille tersentak saat ada sepasang tangan yang memeluk bahunya dari belakang, Namun ia berusaha untuk terlihat setenang mungkin.
"Apa kau sedih?"
"Hm,"
".."
"Apa kau tidak sedih,Rivaille?"
"..."Rivaille memilih bungkam, pun Pelukan Hanji tetap ia biarkan, perasaan lama yang telah hilang di hati nya mendadak kembali muncul, perasaan yang tak lagi asing.
Kupikir kami merasakan hal yang sama
Rivaille membalik tubuhnya dan langsung berhadapan dengan Hanji, Manik Aquamarin kelabu bertemu dengan manik coklat, Hanji menatap Rivaille yang memasang wajah datar dan masam nya seperti biasa.
"Riv-"
Bibirnya dibungkam dengan organ yang sama dari pemilik berbeda, Hanji terkejut bukan main, ciuman itu berlangsung singkat, Rivaille kembali membuat jarak diantara mereka, Wajah Hanji benar-benar memerah.
"Ne, kau bisa membayangkan aku adalah Erwin,"
Bola mata Hanji membesar mendengar ucapan itu, Nafasnya tersengal, sedangkan Rivaille nampak begitu tenang.
Kami mengingat kembali sentuhan mereka
Rivaille memagut bibir Hanji kembali, lidah nya berusaha memasuki mulut Hanji, erangan Hanji menjadi latar kegiatan itu. Namun tak sampai beberapa lama Rivaille kembali melepaskannya.
"R-Rivaille," Hanji disela-sela meraup Oksigen dengan rakus ia meraungkan nama Rivaille.
"Bukan.."Sahut Rivaille tenang dan kalem. Ia menjatuhkan sedikit demi sedikit tubuh Hanji menjadi tepat dibawahnya."...Erwin.."
Rivaille menyangga tubuhnya dengan lutut dan sebelah tangan agar tidak jatuh menimpa Hanji,Ia kembali membungkam bibir Hanji dengan lumatan yang diwarnai dengan sejuta perasaan. Tangan hanji tak tinggal diam, ia usap surai raven Rivaille dengan halus, hati nya perih, matanya yang terpejam memanas, ia menangis dalam diam.
Cinta nya tak terbalas.
Oh Hanji Lupa, ia bukan satu-satu nya yang merasa tersakiti disini, Hanji meresapi ciuman Rivaille , ia merasakan setiap makna yang tersirat dalam ciuman itu.
Kecewa
Sakit
Hanji berusaha membalasnya, otaknya sekonyong-konyong membayangkan sosok Erwin yang berada di atas nya saat ini. Rivaille meraba pelan dada kiri Hanji , yang menyebabkan si empunya mengerang dalam ciuman nya , Rivaille hampir membuka atasan Baju Hanji jika tidak-
Ting Ting Ting !
Kedua nya saling melepas kontak, Hanji bangkit dari rebahan nya ketika Rivaille menjauhkan tubuh nya, Ia menatap gusar benda persegi panjang tersebut. Lalu tatapan beralih ke Rivaille.
"Tidak ku sangka aku akan membayangkan dirimu sebagai orang lain,"Hanji mengusap bekas air matanya.
"..." Seperti Biasa Rivaille tidak pernah mau berpendapat, Rivaille hanyalah orang yang lebih suka bertindak.
Rasanya aku seperti bersama Erwin lagi..
"Apa kau juga begitu Rivaille?"
Aku yakin kau pasti merasakan hal yang sama padaku..
"Hm," Rivaillemenjawabnya dengan gumaman singkat, keduanya terdiam cukup lama, Hanya suara Rintikan hujan diluar yang terdengar dari ruangan yang didominasi oleh Sunyi tersebut.
"Kupikir kita bisa saling mengandalkan saat membutuhkan seseorang,"
"Huh?"Hanji tak habis pikir pemuda kontet didepannya yang mempunyai sejuta misteri , ia sungguh tidak paham, tidak akan pernah paham.
"Tidak mengerti juga ya Kacamata busuk !"
Sudah Hanji duga, Rivaille juga membayangkan dirinya adalah Petra, ini berarti mereka saling melampiaskan perasaan masing-masing, Hanji tidak akan merasa sakit hati, pun ia sama seperti Rivaille.
Hanji memasang wajah Innocent miliknya."..He yakin kau tidak akan jatuh cinta padaku nantinya?"
"Tidak..."Rivaille menatap jendelanya yang basah oleh air hujan."..Lagipula kau bukan tipeku,"
Hanji tertawa ringan "Hm begitupun kau,"
Lalu kami membuat suatu perjanjian
Bahwa kami tidak boleh saling jatuh cinta
Dan kami kelak akan mendapatkan kembali hati orang yang kami cintai
Artinya kami bisa mendapatkan apapun selain perasaan
.
.
.
To be Continued
A/N : Njir Fic asem pertama ane hihiww , saya mau liat dulu bagaimana respon pembaca , kalo memang bnyak yang minta dilanjut ya bakalan saya lanjut, kalau tidak ya tidak apa-apa , ini akan menjadi tulisan pribadi toh ini buat menghibur diri yang lagi butuh sesuatu yang greget wkwk
Yang nonton Kuzu no Honkai tau dong gimana jalan ceritanya? Tenang saya tipe yang sayang sama Maincharacter saya gak mungkin bikin Hanji-chan disini hanya pihak yang tersakiti, karena itu jika nanti sempat sampai End ini fic saya bikin ending nya yang jangan ngebaperin kaya di Kuzu no Honkai
Keraguan saya juga pada adegan lemon nya, di Knh banyak bangett , Nachan masih gitir-gitir untuk bikin yang asemmm asemm jadi untuk lemon mungkin hanya lime saja
Heh maafkan imajinasi imajinasi saya wkwkwkwkw
Salam sejuta Romance
