Main pairing : Park Chanyeol x Oh Sehun
Other pairing : Park Chanyeol x girl! Byun Baekhyun
Rate : M
Warning : Yaoi, Age gap, Daddy kink
.
.
.
"Chanyeol sayang, mau sampai kapan kau menyendiri?"
Obrolan yang selalu Chanyeol dengar di setiap kali ia menyempatkan makan malam bersama dengan ayah dan ibunya. Chanyeol hanya terdiam, tetap fokus dengan makanan yang ada di piringnya. Sama sekali tak menatap ke arah ayah dan ibunya yang duduk di hadapannya.
"Umurmu sudah 30 lebih bahkan hampir 40 tahun, apa kau tak mendambakan memiliki keluargamu sendiri?" tambah sang ayah.
Chanyeol menghela nafas panjang, meletakkan garpu dan pisau yang sedari tadi ia gunakan untuk makan.
"Selalu aku bilang, aku mencintai pekerjaanku dan aku tak punya waktu untuk memikirkan sebuah keluarga. Itu hanya akan menambah beban pikiranku. Lagipula ayah dan ibu juga belum bisa menerima statusku kan?" Chanyeol meneguk air putihnya lalu beranjak meninggalkan kedua orang tuanya dari ruang makan.
"Chanyeol.." panggil ibunya lirih.
"Aku lelah. Maaf." Chanyeol naik ke lantai dua rumahnya, tempat di mana kamarnya berada.
Chanyeol baru saja pulang, sengaja menyempatkan diri untuk melewati jam makan malam bersama kedua orang tuanya. Lebih tepatnya atas permintaan sang ibu. Chanyeol sudah mengira pasti makan malam itu akan berujung pada pembicaraan soal jodohnya. Chanyeol memang sudah nyaman dengan pekerjaannya meski sering membuat dirinya pulang larut malam. Chanyeol merasa dengan kehidupan yang seperti itu malah akan membuatnya tidak bisa fokus kalau di sisi lain dia harus memikirkan urusan pasangan, anak, bahkan rumah tangganya. Toh karirnya juga sudah sukses dan ia sudah bisa mencukupi kehidupannya sendiri. Apartemen dan kendaraan pribadi juga sudah dimilikinya dari jerih payah ia sendiri. Berkarir dari nol hingga sekarang.
Ah, soal keturunan. Bagi Chanyeol, anak dari dirinya atau bukan itu tak masalah. Orang tuanya menginginkan cucu padahal sebenarnya sang kakak sudah memilii dua orang anak. Chanyeol malah berpikir lebih baik jika ia mengadopsi karena secara tidak langsung itu juga termasuk mensejahterakan kehidupan anak-anak tidak mampu bukan?
.
oOo
.
Pagi harinya Chanyeol sudah siap berangkat menuju kantor. Ia tak mau banyak bicara selama jam sarapan. Chanyeol sengaja tak membuka pembicaraan apapun.
"Chanyeol.. bisakah kita bernegosiasi?" celetuk sang ayah tiba-tiba.
"Kalau ini soal pasangan hidupku, lebih baik aku pergi ke kantor sekarang"
"Chan tunggu!" sang ayah menggenggam tangan anaknya, menghalangi untuk beranjak.
"Maaf ayah. Aku harus segera berangkat. Apa lagi yang mau ayah katakan?" Chanyeol menatap dingin.
Ayah Chanyeol menatap anaknya dengan keyakinan, " Baik. Ayah terima tentang statusmu tapi dengan syarat"
"Apa?" Chanyeol mengernyitkan dahi.
"Menikahlah dengan anak teman ayah. Dia janda beranak satu. Ayah tak menuntutmu memiliki keturunan darinya, tapi rawatlah anak dari janda itu seperti anakmu sendiri" ayah Chanyeol lalu menutup matanya perlahan, berusaha tak menyesali keputusannya.
"Apa kalian sedang memaksaku untuk menikah? Ya Tuhan.. aku tidak bisa menjamin kehidupan wanita itu terlebih lagi anak yang dia miliki" Chanyeol melonggarkan dasinya yang sudah terpasang rapi.
"Tapi kau pernah bilang kau bisa mengadopsi anak kan? Lalu apa bedanya?!" sang ayah meninggikan nada bicaranya. Dan ibu Chanyeol hanya bisa berurai air mata mendengar keputusan sang ayah, memikirkan bagaimana anaknya akan menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai.
"Terserah kalian! Aku pergi.." Chanyeol meraih ponselnya di meja makan dan berlalu begitu saja.
"Kau menyetujui itu nak?" tanya ibunya memastikan.
"Tapi aku tak menjamin kebahagiaan janda itu dan anaknya".
.
oOo
.
Sekitar satu minggu setelah perbincangan itu, Chanyeol mengalah dengan keputusan ayahnya. Menerima pertunangan dengan seorang wanita bernama Baekhyun dan memiliki seorang anak bernama Sehun yang baru berusia 18 tahun. Dua minggu setelahnya, akhirnya mereka menikah tanpa ada pesta besar-besaran. Hanya pemberkatan dan syukuran bersama keluarga dekat mereka.
Dengan pernikahan dadakan ini setidaknya Chanyeol merasa beruntung karena anak dari janda bermarga Byun itu ternyata sudah besar, toh dia tak perlu repot merawatnya dari kecil. Yang Chanyeol tahu jandanya Baekhyun itu karena suaminya meninggal. Baekhyun sudah menjadi janda sejak setahun lalu. Mendengar tawaran dari orang tuanya, Baekhyun sempat ragu dengan pernikahan itu meski akhirnya menerima karena tahu kehidupan Chanyeol yang sangat mapan. Setidaknya Baekhyun memiliki tempat untuk bergantung, terutama untuk masa depan Sehun.
Sehun sendiri juga tak mau ambil pusing soal siapa yang akan menjadi ayah tirinya. Setelah malam pertunangan itu, Sehun sudah berani mengancam Chanyeol agar tidak mencampuri urusannya setelah ia resmi menjadi ayahnya. Sehun hanya meminta haknya sebagai seorang anak itu terpenuhi termasuk biaya pendidikannya. Baekhyun juga meyakinkan Chanyeol bahwa Sehun bukan anak yang nakal seperti anak laki-laki lain yang mungkin biasa keluar malam, mabuk-mabukan, atau bahkan terlibat pencurian.
"Oke, aku baru saja membeli apartemen ini karena apartemenku yang lama tidak akan cukup kalau kita tinggal bertiga di sana. Sehun, kau boleh memilih kamarmu sendiri yang di sebelah mana. Dan kau Baek, meski kau sudah menjadi istriku, aku tetap ingin tidur terpisah darimu. Kau bebas memilih di mana kamarmu. Tugasmu sebagai istri adalah seperti istri pada umumnya tapi aku tidak mau berhubungan dengamu" jelas Chanyeol begitu mereka pindah ke apartemen baru.
"Ke.. kenapa? Bukankah kita sudah sah?"
"Aku tidak bisa melakukannya dengan orang yang tidak ku cintai. Bersyukurlah karena aku sudah bersedia menopang hidupmu"
"Aku ambil kamar yang di ujung sana, a.. ayah" Sehun belum terbiasa dengan panggilan itu kepada ayah barunya.
"Pergilah.."
Sehun menyeret koper besarnya menuju kamar yang paling ujung dekat kamar mandi. Setidaknya kalau ingin dia ingin buang air tidak perlu berjalan terburu-buru.
"Baiklah.. aku ambil yang paling depan" Baekhyun menunjuk ruangan yang ada di dekat ruang tamu.
Sisanya, Chanyeol mengambil kamar yang ada di hadapan kamar Sehun. Ukurannya sedikit lebih kecil daripada kamar utama yang dipilih Baekhyun. Tapi Chanyeol tak peduli, setidaknya dia punya kamarnya sendiri.
"Ah iya, kalau ada yang kurang di kamar kalian, serahkan saja daftarnya nanti biar ku beli untuk kalian semua!" ujar Chanyeol sebelum akhirnya mereka bertiga masuk kamar masing-masing dan merapikan segalanya.
.
oOo
.
Sudah hampir dua bulan pernikahan itu berlalu. Baekhyun mulai membiasakan diri dengan kebiasaan Chanyeol yang sering berangkat terlalu pagi dan pulang hampir tengah malam. Tidak jauh berbeda kehidupannya setelah menikah dengan sebelumnya. keluarga kecilnya itu hanya lengkap di rumah ketika hari Minggu tiba, tapi tetap saja Chanyeol lebih sering berkutat di dalam kamar pribadinya dan hanya akan keluar ketika ia butuh ke kamar mandi atau jam makan tiba. Chanyeol sendiri masih enggan dengan pernikahan itu. Sehun sendiri juga tak terlalu peduli dengan adanya Chanyeol di rumah atau tidak, kebutuhan-kebutuhan pribadinya dipenuhi Chanyeol saja dia sudah bersyukur.
"Chan.." Baekhyun menghadang Chanyeol yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi paginya.
"Ya?"
"Bolehkah hari ini aku pulang? Aku rindu orang tuaku.."
"Pulanglah, tak apa. Nanti aku bisa membeli makanan di luar. Kau mau pakai mobilku?"
Baekhyun menggeleng, "Biar aku naik bus kota saja"
"Oke, berhati-hatilah di dalam kendaraan umum"
Lalu Chanyeol mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya yang ia letakkan di kamar.
"Baek!"
"Ya?"
"Ini ambillah, untuk ongkos perjalananmu dan belikan sesuatu untuk kedua orang tuamu" kata Chanyeol sambil menyerahkan lembaran uang yang ia ambil tadi.
"Terima kasih. Sehunie, apa kau mau ikut eomma?" tanya Baek pada anak lelakinya yang sedang asyik menatap televisi di ruang tengah.
"Tidak eomma. Aku di sini saja. Ini hari libur dan aku malas mandi terlalu pagi. Aku ingin bersantai" jawab Sehun sambil meneguk jus apelnya.
"Ya sudah. Jangan nakal pada ayahmu ya" Baekhyung mengacak rambut anaknya, "dan Chan, titip Sehun. Kalau dia menyusahkan, telpon saja aku"
Chanyeol mengangguk pelan.
.
.
Setelah Baekhyun pergi, benar saja kalau Sehun memang bermalas-malasan hanya menghabiskan harinya di depan televisi setelah sarapan seadanya yang sudah disiapkan ibunya. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 11 siang.
"Sehun ah.. kau tidak mandi? Ini sudah siang" tanya Chanyeol yang melihat Sehun sama sekali tidak merubah posisinya sejak ibunya pergi tadi.
"Malas. Buat apa mandi kalau aku hanya menghabiskan waktu seharian di rumah.." jawab Sehun sekenanya.
"Yakin mau di rumah saja seharian?" Chanyeol duduk di sebelah anak tirinya itu lalu meneguk soda yang baru ia ambil dari kulkas.
"Memangnya mau apa?"
"Kita makan siang di luar? Ya sekaligus momen pengakraban kita. Bagaimana? Kau boleh minta apa saja"
"Benarkah? Aku boleh minta apa saja?" tanya Sehun antusias.
Chanyeol pun mengangguk mantap.
"Oke ayah! Aku mandi dulu" Sehun mencium pipi Chanyeol lalu bergegas menuju kamar mandi dengan bersiul-siul.
Ibumu benar, kau itu anak yang manis dan tak banyak bertingkah. Beruntunglah dia memiliki putra sepertimu, tak meyusahkan orang tua. Kau memang manis, Sehun. Gumam Chanyeol.
.
.
Jadilah di siang hari itu Chanyeol dan Sehun pergi berjalan-jalan berdua. Chanyeol menuruti apa saja keinginan Sehun. Chanyeol merasa gemas dengan tingkah Sehun ketika makan. Dia tak tahu kalau ternyata Sehun yang bertubuh ramping itu ternyata doyan makan. Menu yang dipilih Sehun sebenarnya adalah menu yang biasa ada di pusat perbelanjaan tapi cara Sehun melahapnya sudah seperti orang yang berhari-hari tidak makan dan itu membuat Chanyeol tertawa.
"Oke. Setelah aku memenuhi keinginanmu untuk makan Japanese food, lalu apa lagi sekarang?" tanya Chanyeol yang melihat Sehun mengelus perutnya karena kekenyangan.
Sehun terdiam memandang sekeliling.
"Jangan ragu. Katakan saja. Aku kan sudah berjanji memenuhi kebutuhan hidupmu"
"Aku ingin baju baru" kata Sehun ragu.
"Kalau begitu, ayo!" sengaja atau tidak, Chanyeol pun menggandeng tangan Sehun dan itu membuat Sehun sedikit terkejut. Sehun belum pernah merasa sedekat ini dengan Chanyeol sekalipun dia sudah berstatus menjadi ayahnya.
Chanyeol terus menggandeng Sehun masuk ke dalam sebuah toko pakaian yang biasa menjadi langganannya.
"Di.. di sini?" Sehun memandang brand yang tertera di depan toko itu dengan ragu.
"Ya, kenapa? Tidak suka?"
"Bukan begitu. Bukankah di sini mahal?"
"Sudah ku bilang aku akan membelikan segela kebutuhanmu kan? Pilihlah yang kau suka, Hunie.." Chanyeol mendorongnya masuk ke dalam toko.
Deg! Lagi-lagi Sehun terkejut dengan sebutan yang Chanyeol berikan. Baru sebentar ia menjadi ayahnya tapi mengapa sudah merasa begitu akrab?
"Aku tunggu di sini dan silahkan berkeliling. Tunjukkan padaku bagaimana seleramu" lalu Chanyeol duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari meja kasir.
Dari kejauhan Chanyeol melihat Sehun sibuk berkeliling di sisi toko yang memajang kemeja pria. Sehun memilih 4 buah kemeja dan membawanya ke kamar ganti yang tak jauh dari tempat Chanyeol menunggu.
Setiap kali Sehun mencoba masing-masing kemeja, ia selalu menunjukkan pada Chanyeol terlebih dahulu dan Chanyeol selalu mengacungkan jempolnya untuk itu.
"Jadi bagus yang mana?" tanya Sehun begitu selesai mencoba semua.
"Semua bagus. Tampak pas dan cocok di tubuhmu"
"Tapi kita tidak mungkin membeli semuanya.." Sehun mendengus.
"Kenapa tidak? Jangan sungkan, Sehun. Aku kan ayahmu. Ayo kita bayar saja semua!" Chanyeol mengambil 4 buah baju itu dari tangan Sehun dan langsung membawanya ke meja kasir.
"Nah sudah. Sekarang kita mau ke mana?" tanya Chanyeol setelah membayar semuanya.
"Hmm.. terserah Ayah saja. Apa yang ayah berikan untukku hari ini sudah cukup jadi sekarang giliranku memenuhi keinginan Ayah mau pergi ke mana.."
"Baiklah. Kita kembali saja ke mobil sekarang"
.
.
Hari sudah gelap ketika mereka keluar dari pusat perbelanjaan. Chanyeol menyetir mobilnya menuju pinggiran kota sambil berbagi banyak cerita dengan Sehun. Sehun juga tak ragu membuka tentang bagaimana dirinya meski awalnya ia sempat punya pikiran kalau ayah tiri itu galak dan hanya menginginkan ibunya saja. Tapi Sehun salah, Chanyeol begitu baik dan peduli padanya. Chanyeol orang yang ramah.
"Kenapa Ayah membawaku ke tempat seperti ini?" tanya Sehun begitu keduanya sampai di sebuah bukit yang dapat melihat gemerlap lampu kota di bawah sana.
"Kau lihat kan? Itu sangat bagus," Chanyeol memasukkan kedua tangannya pada saku celana, "Ini tempat favoritku ketika aku butuh menyendiri"
"Menyegarkan pikiran dari kejenuhan di kantor?" tebak Sehun.
"Ya begitulah.."
"Harusnya kau tak perlu bekerja terlalu keras. Serahkan semua pada orang-orang kepercayaanmu. Kau harus memiliki waktu yang lebih banyak untuk dirimu sendiri, ya.. bisa dikatakan sedikit bersantai. Pulanglah ketika jam kantor berakhir dan berangkat ketika mendekati jam kantor buka. Sudah waktunya kau menikmati segala jerih payahmu sendiri. Biarkan orang-orang itu bekerja untukmu dan kau menerima hasilnya.." Sehun tersenyum, dan Chanyeol dapat melihat senyuman manis itu meski di dalam reman cahaya malam.
"Kau benar. Mungkin 2 atau 3 tahun lagi aku harus mulai mengurangi rutinitasku dan menikmati kehidupan pribadiku. Aku hanya takut jika ada yang mengkhianati kepercayaanku di kantor.."
"Itu resiko terburuk tapi aku yakin kalau itu terjadi padamu maka kau akan bisa mengatasinya dan bangkit lagi. Percaya pada kekuatan diri. Itu kuncinya"
"Kau masih muda tapi pikiranmu sungguh hebat.." Chanyeol melingkarkan tangannya pada bahu Sehun.
Kenapa jantungku berdetak lebih cepat? Tanya Sehun pada hatinya.
Sehun hanya terdiam, membiarkan tangan ayahnya itu bertengger di bahunya. Sehun gugup. Beberapa kali ia tampak menggigit bibir.
"Kenapa? Dingin?" Chanyeol membuyarkan lamunan Sehun.
"Ah, ti.. tidak..". Sial! Kenapa aku jadi gugup begini? Ayolah Sehun, dia memang tampan, tapi dia ayah tirimu! Ayahmu!
Chup!
Sehun membelalakkan mata begitu tiba-tiba merasa ada yang mengecup bibirnya, menempel dan tidak memberikan gerakan apa pun. Chanyeol menciumnya dan matanya terpejam.
"A.. ayah?"
"Kau laki-laki yang manis, Sehun.." bisik Chanyeol.
"Ta.. tapi ini.."
"Sshhh.." Chanyeol menempelkan telunjuknya pada bibir Sehun, "Katakan padaku, kau menyukainya atau tidak? Kalau tidak, aku tidak akan meneruskannya"
"Aku.. aku tidak tahu!" Sehun menunduk. Detak jantungnya semakin meningkat. Sehun tahu ini salah, tapi ini adalah ciuman pertama bagi Sehun yang baru berusia 18 tahun!
Chanyeol menengadahkan kepala Sehun lalu melumat bibir Sehun dengan ringan. Sehun berdiri terpaku. Tubuhnya seolah membiarkan Chanyeol melakukan itu padanya. Sekali, dua kali, tiga kali lumatan, Sehun memejamkan mata. Mencoba merasakan sensasinya. Chanyeol, pria berusia 30 tahun lebih yang kini menjadi ayahnya, memiliki bibir yang lembut.
Sehun masih terpejam ketika Chanyeol sudah melepaskan ciumannya.
"Bagaimana, Hunie. Suka atau tidak?" tanya Chanyeol sekali lagi.
"Itu.. ciuman pertamaku," wajah Sehun memerah di tengah temaramnya malam, "Dan rasanya bagiku seperti ada yang bergejolak di perutku, menggelikan tapi aku.."
"Aku apa?"
"Ku rasa aku.. aku bisa menikmatinya" Sehun menunduk malu.
"Apa tidak aneh bagimu kalau seorang pria menciummu?" Chanyeol hanya ingin memastikan.
Sehun menggeleng, "Karena sejujurnya aku lebih tertarik pada laki-laki"
Chanyeol merengkuh tubuh Sehun ke dalam pelukannya.
"Kau tidak marah?" Sehun sempat mengira kalau ayah tirinya itu akan membentaknya karena tahu orientasi seksualnya.
"Aku akan mengajarimu sesuatu yang lebih, Sehun. Suatu saat nanti, dan aku yakin kau akan menyukainya.." jawab Chanyeol sambil mengusap punggung Sehun.
"Lebih?"
TBC
abaikan typo..mager mo ngedit wkwkwk
dapet sumbangan ide dan jadilah cerita ini.. makasi loh yaa yang kemaren udah nyumbang ide macem2
baru pertama nulis ff bertema age gap macem gini
happy reading yaa
lanjut gak nih?
