The Lost Twin
Summary : Menma adalah seorang anak lelaki biasa pada umumnya, namun kehidupannya berubah ketika kecelakaan mobil yang merenggut kedua orang tua dan adiknya. Setelah kedua orang tuanya meninggal ia kini tinggal bersama saudaranya yang sama-sama berada di Konoha, sejak saat itulah Menma menyadari ada sesuatu yang aneh pada dirinya.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Tragedi, Family & Romance
Rated : T
Chapter One : Ingatan
.
.
.
.
Dibawah kegelapan yang meruntuhkan keyakinan, dalam diam aku tergoyah tanpa sandaran. Tapi, kau menggenggam tanganku erat dan menunjukkan cahaya yang telah lama kurindukan. Tanpa ku sadari keberadaanku membuatmu terluka. (Uzumaki Naruto)
Bias cahaya matahari menembus jendela, membuat seorang pemuda menggeliat tak nyaman. Kedua matanya terbuka perlahan, namun tertutup kembali dengan cepat.
Dok dok dok
"Menma,cepat bangun!" Teriakan seorang wanita di balik pintu kini memenuhi ruangan dengan penerangan minim tersebut. Membuat kedutan samar si pemuda yang tengah mengingat-ingat mimpinya semalam.
Kedua mata yang tadinya tertutup rapat kini terbuka dengan malas, pemuda bernama Menma tersebut mengelus pipinya, tanpa terasa jejak air mata masih dapat ia rasakan.
"Menyebalkan…" Dengusnya, lalu beranjak dari ranjang kecil dan mulai melakukan aktivitas yang biasa ia lakukan sehari-hari.
.
.
.
"Bisakah kau berjalan sedikit lebih cepat." Gerutu seorang gadis berkaca mata yang menatap Menma dengan pandangan kesal. Pasalnya saudaranya tersebut terlihat tak peduli jika mereka terlambat tiba di sekolah, ia bahkan menyumpal telinganya dengan headset menghiraukan celoteh si gadis.
"Menma! Kau dengar aku tidak sih!" Dengan kesal si gadis melepaskan headset yang masih terpasang dengan manis ditelinga Menma.
"Ada apa lagi?" Dengan malas ia memandang saudaranya yang bernama lengkap Uzumaki Karin tersebut.
"Ish, kau ini menyebalkan! Akan kuseret kau sampai gerbang sekolah!"
"Eeeh.. "
Tak main-main dengan ucapannya Karin langsung menyeret Menma, ia tak mau terlambat lagi untuk yang ketiga kalinya karena pemuda disampingnya tersebut. Tanpa disadarinya sebuah senyuman tipis mengembang dibibir Menma. Beberapa pasang mata memandang kedua pasangan aneh itu di pagi hari, seorang gadis yang tengah berlari sembari menyeret seorang pemuda yang tampak terlihat tenang tak menghiraukan semua pasang mata yang menatap adegan yang tengah mereka lakukan. Menma memandang Karin sejenak, ia tahu bahwa gadis itu sudah benar-benar lelah dan itu semua karena ulahnya. Tak tega, ia menghentikan langkah kakinya membuat Karin ikut berhenti berlari.
"Ada apa lagi?! Kau ingin protes! Kita sudah benar-benar terlam.." Belum sempat Karin menyelesaikan perkataannya, Menma sudah membawanya berlari. Menggenggam tangannya dengan lembut namun begitu erat seakan tak membiarkan gadis itu tertinggal dibelakangnya.
.
.
.
Bel sudah berbunyi 10 menit yang lalu, Karin menghela nafasnya lalu memandang ke luar jendela. Ia benar-benar bersyukur kali ini ia tidak terlambat seperti hari-hari sebelumnya, keningnya mengkerut karena tak biasanya Menma terlihat begitu manusiawi.
'Manusiawi huh..tidak mungkin. Yang menarik tanganku pasti Naruto, tentu saja Menma mana mungkin terlihat manusiawi. Dia kan rajanya iblis hahaha…'
Karin berusaha menahan tawanya mengingat kejadian tadi pagi, mungkin setelah pulang nanti ia harus membelikan beberapa cup ramen untuk Naruto sebagai tanda terimakasihnya hari ini. Setelah asik dengan dunianya sendiri ia pun kembali menatap papan tulis, melihat rumus-rumus Matematika membuatnya malas seketika. Sekarang ia benar-benar penasaran apa yang sedang Menma lakukan.
Sebuah pesawat kertas terbang melintasi penjuru kelas, sayapnya menukik turun dan pesawat itu pun mendarat dengan mulus di meja salah satu siswi yang tengah asik dengan novel yang ada di tangannya. Setelahnya gelak tawa para siswa yang berada di kursi paling depan membuat seorang lelaki berambut coklat menundukkan kepalanya, rona merah nampak menghiasi pipi pemuda bernama lengkap Inuzuka Kiba itu.
"Hei Hyuga bisakah kau ambikan pesawat kertas di atas mejamu itu!"Teriak Chouji, membuat gadis bernama lengkap Hyuga Hinata itu menolehkan kepalanya kearah asal suara cempreng yang menyebut namanya.
"Bisa kau ambilkan pesawat kertas di atas mejamu itu.." Ulang Chouji sekali lagi.
Hinata menundukkan kepalanya, kedua penglihatannya langsung menangkap sebuah pesawat kertas dengan sebuah coretan 'I Love You' berwarna merah muda besar menghiasi kedua sisi sayap pesawat tersebut. Rona merah langsung terpatri jelas di pipinya, Hinata menaruh novelnya diatas meja dan membawa pesawat kertas itu kedalam genggaman tangannya. Tak ingin membuat siswa bertubuh gemuk itu menunggu lama Hinata pun berjalan menuju ke meja depan. Segerombolan siswa yang masih berkumpul di meja depan mulai bersorak riuh tatkala Hinata menaruh pesawat itu dengan cepat dan pergi tanpa sepatah kata pun, wajah gadis itu nampak begitu merah padam.
"Hei kiba, jantanlah sedikit.. hahaha" Tawa Chouji melihat Kiba yang masih menundukkan wajahnya yang terbakar.
"Diam kau, kau membuaku jantungan tahu. Bagaimana kalau aku mati tadi?!" Sungut Kiba setelah mengangkat kepalanya dan mengambil pesawat kertasnya, takut-takut Chouji akan menerbangkannya kembali pada Hinata.
"Kau tidak akan mati karena hal seperti itu…"
"Diam kau, Shikamaru!"
"Urusaiii.."
Sementara itu Menma yang berada di mejanya nampak tak terganggu sama sekali, kedua matanya terpejam dan kedua telinganya nampak tersumpal headset mungkin karena itulah ia tidak terpengaruh dengan kebisingan kelasnya.
Mata hitam yang terlihat kebingungan memandang sekeliling, disampingnya ia melihat refleksi dirinya seakan-akan ia sedang bercermin. Angin malam serasa membelah dirinya, begitu menyakitkan seperti benda tajam yang menyanyat kulitnya perlahan-lahan. Kebingungan pada manik hitam itu nampak lenyap begitu saja, sekarang ia mengerti mengapa ia berada ditempat ini. Kenangan lamanya bersama keluarga terkasihi, dimana mereka akan pergi berlibur bersama. Menma memandang adiknya sekilas, tak ada yang berbeda dengan dirinya hanya saja warna rambut dan bola mata keduanya yang nampak begitu asing satu sama lain.
"Ayah, lihatlah kakak dia tidak asik sama sekali.. dia bahkan tidak mau kuajak mengobrol." Adu Naruto karena sedari tadi Menma membungkam mulutnya dengan rapat, menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi mungkinkah ia hanya bermimpi
"Naruto, mungkin Menma sedang lelah.. biarkan kakakmu beristirahat mengerti?"
Naruto memandang Menma dengan tajam lalu mendengus, hati Menma berdesir memandang pemandangan yang sudah lama ia lupakan. Kedua orang tuanya yang berada di kemudi depan terlihat begitu tenang dan sang adik yang juga kini sudah tenang dengan headset yang menyumpal kedua telinganya.
"Tidak…." Ucap Menma lirih.
Kushina yang mendengar lirihan Menma pun membalikkan kepalanya, ia sangat terkejut saat melihat sang anak yang kini terlihat begitu pucat.
"Ada apa Menma? Kau baik-baik saja?" Tanya Kushina cemas, Minato membalikkan kepalanya sekilas dan memandang Menma ia pun sama terkejutnya dengan sang istri.
"Hentikan…." Menma menutup telinganya dengan kedua tangannya, Naruto yang ada disebelah Menma pun mulai merasa terganggu dengan tingkah laku sang kakak.
Naruto pun melepaskan headset yang melekat pada telinganya dan keningnya berkerut melihat sang kakak yang terlihat aneh dari biasanya. Ia pun menyentuh bahu Menma, sesaat Naruto terkejut merasakan getaran kecil pada bahu kakaknya itu.
"Hentikan mobil ini!" Teriak Menma tiba-tiba.
.
.
.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Neji, melihat Menma yang perlahan mulai membuka matanya.
"Syukurlah…" Neji menghela nafas, kini Menma sudah menegakkan badannya.
"Ada apa?" Tanyanya sembari menatap Neji yang terlihat samar-samar, ia memegang kepalanya yang nampak begitu sakit.
"Kau berkeringat saat tidur tadi, ku sarankan kau segera ke ruang Uks.."
"Hm.."
"Wajahmu pucat sekali, mau kuantar?" Tawar Neji.
"Tidak, terimakasih. Aku masih bisa sendiri…" Tolak Menma halus lalu berlalu meninggalkan Teman sebangkunya yang nampak menatapnya dengat raut khawatir.
TBC
Terlalu pendek ya? Maklum kehabisan ide hehe, ini fanfic pertamaku di akun ini semoga kalian suka. Sebenarnya fanfic ini terinspirasi oleh lagu yang berjudul Lost Time Memory setelah mendengarkan lagu ini tiba-tiba saja jalan ceritanya langsung terbayang diotakku karenanya langsung saya buat sebuah fanfic , baiklah mohon kritik dan sarannya ya :D hehehe
