Bleach#Tite Kubo.
Rate : T
Summary: Rukia galau? Menjalani pendidikan pra nikah sesuai tradisi keluarga Kuchiki sebelum menjalani kehidupan rumah tangganya. Siapa calon suaminya? Byakuya juga galau, memilihkan calon suami untuk Rukia. Rukia berencana kabur? Ide buruk! Bingung?
oooOoooOooo
Rukia bersunpo pulang ke rumah dengan kecepatan penuh. Salahkan Ukitake-taichou yang menyuruhnya menyelesaikan semua laporannya hari ini juga seolah besok matahari tidak terbit saja. Shihakuso miliknya ikut diterbangkan angin karena kecepatan sunponya telah melebihi batas normal. Rukia tersenyum saat memasuki halaman mansion, mengurangi kecepatan sunponya dan berlari ke dalam rumah. Ia memandang ke langit sesaat untuk memastikan di mana bulan berada, hingga membuatnya jatuh terduduk akibat menabrak sesuatu.
"Auww, sakit!" Rukia berteriak, mengusap pantat dan dahinya bergantian.
"Nii-sama..." suaranya dikelilingi keraguan, Rukia menabrak tubuh Byakuya.
"Sepertinya kau harus mengulang pendidikan tata krama dan sopan santun," Byakuya memandangi Rukia yang masih terduduk di lantai.
"Ah, ini.. aku buru-buru, maaf!" bantah Rukia kaku.
Mengulang pendidikan tata krama dan sopan santun? Yang benar saja, tidak mau! Seumur hidupnya pelajaran itu, yang paling membosankannya. Rukia ingat betul, tidak boleh berlari di dalam rumah, ya peraturan itu ia lupakan sejenak karena ia mempunyai hal yang lebih darurat.
"Kau tetap terlambat walaupun kau bersunpo secepat kilat," Byakuya kembali berpendapat.
"Nii-sama..." suara Rukia terdengar merajuk tanda tak setuju, "Aku sudah berusaha datang tepat waktu," lanjut Rukia.
"Bersiap-siaplah, tetua mungkin sudah menunggu di aula utama," Byakuya berjalan meninggalkan Rukia, mengabaikan perkataan yang akan terlontar kembali dari bibir Rukia.
Salah siapa yang baru memberitahunya kabar adanya pertemuan dengan tetua tadi sore? Rukia bersungut-sungut, tidak mungkin kan dia mau mau menyalahkan kakaknya. Rukia hanya menghela napas, sepertinya ia harus cepat bersiap-siap agar tidak kena marah orang-orang tua itu.
oooOoooOooo
Rukia sudah berganti kimono dan berjalan ke arah aula utama. Sejak tadi ia terus berpikir alasan tetua mengadakan acara malam ini.
Apa ia berbuat salah lagi? Rukia menggeleng, tidak.
Lalu?
Lamunannya berakhir saat kepala pelayan berdiri di depan pintu, "Rukia-sama, anda terlambat!" sapanya. Rukia hanya mengangguk mengerti, menyiapkan dirinya sendiri untuk mendengarkan ceramah panjang tetua atas keterlambatannya.
Begitu pelayan menggeser pintu, Rukia mendadak gemetaran. Para tetua langsung memberinya tatapan datar nan dingin, hingga membuat Rukia serasa kesulitan bernapas. Rukia harusnya sadar, jangan bertindak ceroboh atau kesalahan kecil saja mampu membuat mulut tajam tetua mengiris kulit hatinya.
"Duduklah!" perintah Byakuya.
Rukia berjalan menuju bantal duduk yang sudah dipersiapkan. Rukia memberi salam dan hormat sebelum kakinya duduk bersimpuh.
Apa-apaan ini? Rukia merasa seperti terdakwa dalam persidangan, duduk dikelilingi para tetua.
"Byakuya-sama, apa kau sudah mendidik gadis ini dengan benar?" terdengar suara wanita tua yang duduk paling ujung.
"Apa maksudmu?" suara itu dari pria tua di sebelahnya.
"Pulang malam, berani membuat kita menunggu! Bagaimana ia bisa menjadi seorang Kuchiki kalau aturan sederhana dalam rumah selalu dilanggar? Pendidikan gadis ini tidak bertambah, harusnya kau tidak mengangkatnya menjadi anggota keluarga ini, memalukan!" celanya bertubi-tubi.
Rukia menunduk dalam, ia telah membuat malu kakaknya.
"Baa-sama, aku mohon mengertilah, tugas seorang fukutaichou tidaklah mudah," Byakuya bersuara, Rukia sontak memandang kakaknya Byakuya membelanya.
"Berhentilah membelanya. Gadis itu akan besar kepala! Seharusnya kau tidak pernah mengijinkan seorang gadis dari bangsawan Kuchiki memegang pedang. Hidup gadis Kuchiki adalah untuk melayani suaminya kelak, bukan malah bertarung dan bekerja, itu menyalahi aturan."
"Benar! Tapi, apa perduli kita? Dalam darahnya tidak mengalir darah Kuchi-"
"Cukup! Maafkan atas kesalahanku, dan juga maafkan atas keterlambatanku! Aku mohon maafkan aku!"
Rukia memotong kalimat terakhir pria tua itu. Kata-kata terakhirnya membuat dadanya sesak. Rukia membungkuk beberapa kali. Suara bisik-bisik terdengar, tanda ketidaksukaan para tetua atas sikap Rukia barusan.
"Sebaiknya kita mulai saja!" ujar Byakuya seolah memberi perintah.
Byakuya berusaha menghentikan perdebatan yang mungkin semakin meruncing jika tidak segera dihentikan. Byakuya mengetahui, Rukia tidak suka jika kesalahannya dikaitkan dengannya. Gadis keras kepala, pikir Byakuya.
Baru kali ini ada yang berani memotong ucapan tetua, Byakuya sadar penuh ucapan itu melukai hatinya. Namun, ia tak berani memotong atau membantah pernyataan itu, karena benar adanya. Rukia memang tidak memiliki darah Kuchiki.
"Rukia..." panggil Byakuya.
Rukia mulai mengangkat kepalanya dan menatap Byakuya, "Ya!"
"Kau akan mengikuti pendidikan pra nikah," jelas Byakuya.
"A-apa?" Rukia tidak percaya dengan perkataan barusan.
"Selama tujuh hari kau akan mengikuti pendidikan pra nikah bersama para tetua di mansion Kuchiki bagian barat," Byakuya menandang tetua di sampingnya. Penjelasan selanjutnya diambil alih olehnya.
"Ini sudah tradisi bahwa setiap gadis Kuchiki akan menjalani pendidikan pra nikah sebelum gadis Kuchiki menjalani kehidupan rumah tangganya. Harusnya kau menjalaninya dua tahun yang lalu, tapi karena Byakuya-sama meminta penundaan untukmu, kami tidak bisa memaksakannya. Kau akan memulainya besok pagi," jelasnya panjang lebar.
Pendidikan pra nikah? Berarti dirinya akan segera menikah? Kepala Rukia dipenuhi banyak pertanyaan.
"Selama kau menjalani pendidikan itu, keluarga Kuchiki akan menerima lamaran yang datang untukmu. Byakuya-sama, selaku kepala Klan Kuchiki akan mencarikan calon suami yang tepat untukmu. Setelah pendidikan itu selesai, kau akan dipertemukan dengan calon suamimu dan selanjutnya pernikahanmu segera dilaksanakan," jelas tetua lagi.
"Apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanya tetua pada Rukia.
"Aku dijodohkan?" tanya Rukia memastikan.
Tawa mengejek terdengar, Rukia membuat pertanyaan bodoh.
"Kau pikir gadis bangsawan akan menikah dengan pria biasa, pria pilihannya sendiri?" tanya salah satu tetua.
"Bukan, bukan begitu! Maksudku, aku..."
"Hentikan Rukia! Kau tidak perlu memikirkan siapa calon suamimu, itu mutlak menjadi urusan dan tanggungjawabku! Sekarang kembalilah ke kamarmu, dan persiapkan dirimu untuk mengikuti pendidikan itu besok pagi," Byakuya memotong bantahan Rukia yang akan diucapkannya.
"Nii-sama, aku masih belum mengerti. Lalu aku, aku masih seorang fukutaichou, aku tidak mungkin meninggalkan semua tugasku," jelas Rukia lagi.
"Aku sudah membicarakannya dengan Soutaichou dan Ukitake-Taichou, mereka mengijinkanmu mengikuti pendidikan ini dan mengambil waktu seminggu ini untuk libur sebentar sebagai fukutaichou. Jadi, tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi. Kau boleh keluar dan kembali ke kamarmu sekarang!" perintah Byakuya.
Rukia mengerti sekali arti ucapan Byakuya, ia berdiri dan membungkuk memberi hormat. Rukia berjalan tegap saat di hadapan tetua dan kakaknya. Begitu pintu ditutup, berjalan beberapa langkah, kakinya terasa lemas. Tubuhnya merosot, terduduk di lantai.
"Ichigo..." gumamnya.
oooOoooOooo
Byakuya berjalan menyusuri koridor rumahnya. Bulan sudah meninggi, malam semakin larut. Rukia pasti sudah tidur, pikirnya. Perlahan ia menggeser pintu kamar Rukia, mengintip dari celah yang dibuat.
Byakuya menghela napas, rupanya Rukia bisa tidur dengan nyenyak. Padahal dirinya begitu mengkhawatirkan kondisi Rukia. Kabar itu pasti sangat mengejutkannya, mengikuti pendidikan pra nikah, akan bertemu dengan tetua selama seminggu penuh, dan menikah dengan pria pilihan keluarga, Byakuya pikir gadis itu akan menangis semalaman. Nyatanya tidak.
Byakuya bukannya tutup mata soal tradisi dan aturan Kuchiki tapi Rukia, gadis itu bukan tipe penurut seperti Hisana, mendiang istrinya. Rukia keras kepala, ia tidak menyukai hidup dalam aturan yang begitu membuatnya terkekang, ia menganut prinsipnya sendiri. Hal itulah yang membuat Rukia menjadi penghangat di dinginnya mansion Kuchiki. Bukan hanya mansion tetapi juga dalam keluarga Kuchiki yang selalu hidup tenang sesuai aturan dan tradisi.
Sayangnya, tradisi dan aturan adalah hal yang mutlak dijunjung tiap anggota keluarga tidak ada pengecualian, dan Rukia mengetahuinya.
Sekarang Byakuya berharap gadis itu tidak membuat kekacauan apapun, termasuk bermasalah dengan para tetua nantinya.
Satu yang sebenarnya harus menjadi perhatian Byakuya sekarang adalah ia harus berkonsentrasi memilihkan pria yang tepat untuk Rukia. Jangan sampai ada kesalahan yang membuat sesorang terluka, pikirnya. Siapa? Orang terdekat Rukia, para fukutaichou, atau seseorang dari bangsawan Soul Society lainnya? Who knows?
Besok pagi, ya? Bagaimana Byakuya memilihkan seorang pria yang pantas sebagai calon suami Rukia dan Rukia, bagaimana gadis itu menjalani pendidikan pra nikahnya dengan para tetua yang notabene tidak menganggap kehadirannya?
To be continued.
Daripada mengomel dalam hati, berikan review pada saya saja biar saya mendengar ups, membaca suara hati anda.
Review, ya..
Eits, tunggu! thank you so much for the review given in previous story "Too Late, Maybe?", especially for:
Hikary Cresenti Ravenia / Keiko Eni Naomi / Sakura-Yuki15 / Morning Eagle/ Voidy / Ray Kousen7
