Yey fanfic saya hm…sebenernya ini udah kesekiankalinya saya bikin fanfic dan inilah yang menurut saya paling berhasil.
Disclaimer:Bleach punya Tite Kubo, saya hanya meminjam para chara yang saya suka.
Summary: semuanya sudah direnggut darinya, sekarang dia sengsara dan ketakutan dalam hidupnya. Akankah yang sudah hilang akan kembali menolongnya?
Rated: T
Genre: Romance/drama
Bacalah dan review!
The Queen
Kenapa semua ini bisa terjadi padaku? Aku ingin mengakhirinya,tapi aku tak sanggup. Kalian sudah meninggalkanku sendirian di kastil ini, aku tersisksa disini. Tolong aku. Aku tidak mempunyai hidupku lagi, mereka semua hanya memperalatku karena sebuah kekuasaan dan tahta.
"yang mulia, ini saatnya istirahat" kata seorang dayang.
"itu bisa dilakukan nanti kan? Aku masih ingin disini" jawaban dingin dari sang yang mulia.
"kamu bisa sakit kalau kamu tidak mengikuti apa yang dikatakan dayang" seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam pembicaraan.
"apakah semua yang dikatakan dayang ini harus aku lakukan? Apa dayang ini mempunyai kuasa atas diriku?" pertanyaan tajam dilontarkan pada orang itu.
"bukan dayang ini, tapi akulah yang memberi perintah untuk mendampingimu dan mengawalmu termasuk untuk menyuruhmu istirahat!" jawab orang itu tajam.
Sang yang mulia beranjak dari tempat duduknya diiringi dengan dayang yang tadi menyuruhnya istirahat, sang yang mulia berjalan meninggalkan tempat yang sempat dijadikan tempat perdebatan kecil.
"dengar Hisagi, semuanya adalah milikku dan kamu tidak berhak memberikan perintah pada siapapun di kastil ini tanpa seijinku. Kamu hanya sebuah simbol yaang tidak berarti bagiku" perkataaan itu dilontarkan saat yang mulia berjalan melewati Hisagi.
"ini sudah tiga tahun berlalu dan kamu tidak mau melupakannya?" tanya Hisagi pada sang yang mulia di sela langkahnya meninggalkan tempat itu.
"aku tidak akan melupakan perbuatan kotormu dan semua pengikutmu itu" sang yang mulia meninggalkan tempatnya.
"Rukia, aku akan membuatmu berpaling padaku dan cepat atau lambat kamu akan melupakan dia" gumam Hisagi yang masih tetap berdiri di tempatnya.
"Dewa, tolong berikan petunjukMu ada dimana Ichigo sekarang. Apakah dia sudah melupakan aku?" sang yang mulia berdo'a dengan sangat hikmat meminta jawaban.
"cepat atau lambat Dewa akan memberi anda petunjuk" seorang miko menghampiri sang yang mulia.
"aku tahu, tapi kapan?" yang mulia menundukkan kepalanya.
"sebenarnya waktu sudah ditentukan, anda hanya tinggal menunggu keputusan Dewa" sang miko duduk bersimpuh disebelah sang yang mulia.
"aku sudah tidak tahan lagi..." sang yang mulia mulai meneteskan air mata.
"anda hebat bisa menahan semua perasaan benci anda pada raja sekarang sampai seperti ini, apakah anda sudah menyerah dengan semua ini? Maaf saya ingin menuntut sesuatu. Saya hanya ingin anda terus bertahan sampai semua selesai." Sang miko membelai rambut sang yang mulia.
"semuanya telah meninggalkan aku sendirian di sini, harapanku hanya Ichigo. Tapi aku tidak tahu pasti sekarang dia ada dimana, aku sendirian di dunia ini." Tangisan sang yang mulia semakin deras.
"anda tidak sendiri, banyak orang yang menyayangi anda tapi anda tidak mengetahuinya" kata sang miko memberi semangat.
Sang yang mulia memeluk sang miko yang duduk di sebelahnya dengan air mata yang masih mengalir deras. Miko itu bisa merasakan sebuah perasaan yang amat tersiksa karena sebuah siksaan yang terus menderanya dan tidak mempunyai tempat untuk menumpahkan seluruh kelelahannya selama ini. Kelelahan sang yang mulia hanya ditumpahkan dengan berdo'a meminta petunjuk dimana sang kekasih yang telah hilang dalam perang, berharap bisa menemukannya dan membawanya pulang kembali dalam pelukannya.
"kita bisa menggunakan Ichigo untuk merebut kerajaannya" kata seseorang dengan senyum rubahnya.
"rencana yang cerdik Gin" puji sang pemimpin kelompok.
"lalu bagaimana susunan rencananya?" taya anak buah yang berkulit gelap.
"kita langsung serang saja ke wilayah kerajaannya besok dan gunakan wewenang Ichigo sebagai raja" terang orang yang bernama Gin.
"jadi bagaimana tuan Aizen?" tanya orang yang berkulit gelap.
"kita lakukan kudeta!" orang yang disebut Aizen menunjukkan senyum liciknya.
Suasana remang-remang dari cahaya obor memberikan kesan kemisteriusan kelompok itu yang bertempat di tengah-tengah hutan, kelompok yang sudah berhasil menemukan Raja dari kerajaan Sa, Ichigo. Sebuah cara yang amat sangat licik untuk mendapatkan wilayah kekuasaan, melakukan kudeta dengan menculik dan memperalat Raja.
Ruin.
Sebuah kelompok yang telah menculik Raja Ichigo saat perang yang sudah dirancang oleh kelompok Ruin sendiri, kelompok ini merupakan kelompok yang sudah mempunyai dendam sejak dulu pada kerajaan Sa, awalnya kelompok Ruin hanyalah sebuah desa yang terletak di perbatasan kerajaan Sa dengan kerajaan Roku. Akibat dari perbuatan raja terdahulu yang memperlakukan penduduk desa Ruin seperti budak, lama-kelamaan penduduk Ruin tidak betah lalu memberontak dan bersumpah akan menghancurkan kerajaan Sa dengan tangan mereka sendiri, tapi setelah raja terdahulu tidak memerintah lagi kelompok Ruin dikabarkan menghilang dan sekarang kelompok Ruin sudah banyak merekrut orang-orang yang tidak menyukai kerajaan Sa dari dulu.
"AMANKAN YANG MULIA!" teeriak beberapa pengawal sambil berlari menuju kediaman Rukia.
"BENTENG BAGIAN UTARA SUDAH DITAKLUKKAN! KUATKAN PERTAHANAN DI SEGALA PENJURU!" perintah seorang panglima pada para prajurit batalionnya.
Keadaan di istana sangat genting, karena kelompok Ruin menyerang. Para prajurit dan para pengawal istana bergerak cepat untuk melindungi yang mulia mereka yang dikhawatirkan akan membahayakan yang mulia mereka, Rukia.
Hari menjelang sore, keadaan istana semakin memanas karena ternyata sang yang mulia sudah ditemukan oleh kelompok Ruin. Di dalam kediaman Rukia, ketuan kelompok Ruin langsung membicarakan tujuannya manyerang istana.
"anda harus memutuskannya sekarang juga, yang mulia" kata Aizen dengan nada memaksa.
"saya tidak akan melakukannya" jawab Rukia tegas.
"hey kenapa kamu bisa sebodoh itu, hanya meminta persetujuan ratu." sindir Hisagi yang duduk di sebelah Rukia.
"maaf tuan Hisagi, saya tidak meminta pendapat anda" kata Aizen.
"ingat Aizen! Sekarang yang berkuasa di sini adalah aku! Akulah yang sekarang menjadi Raja di kerajaan Sa ini!" kata Hisagi lantang.
"ha...ha...ha...ha...ha anda melupakan sesuatu tuan Hisagi, dulu anda juga melakukan kudeta bukan?" ingat Aizen.
"kau!" suara Hisagi meninggi. Rukia hanya menyimak perdebtan antara Hisagi dan Aizen.
"kenapa anda sangat menginginkan kerajaan ini tuan Aizen?" tanya Rukia.
"saya hanya ingin memperbaiki kerajaan ini, kerajaan ini tidak lain hanya sebuah neraka bagi para penduduknya. Penindasan, perbedaan kasta, dan pembunuhan apa lagi? Kerajaan ini sudah tidak mempunyai moral!" jelas Aizen.
"apa anda yakin anda bisa menghilangkan itu jika kekuasaan saya berikan kepada anda?" tanya Rukia lagi.
"setidaknya saya bisa lebih baik menjalankan pemerintahan" jawab Aizen.
"maaf tuan Aizen, saya tidak bisa melakukannya" kata Rukia.
"ternyata benar kata orang-orang kalau anda adalah seorang Ratu yang tegas" puji Aizen pada Rukia.
"tuan Aizen sebaiknya kita tunjukkan saja hadiahnya kepada yang mulia ini" kata Gin yang berada di samping Aizen.
"baiklah, bawa Raja kita ke sini" titah Aizen.
"baik" Gin keluar dari ruangan.
Tidak lama kemudian, Gin kembali masuk ke dalam ruangan bersama sesorang yang tidak lain adalah Ichigo.
"Ichigo..." mata Rukia melebar, terkejut dengan kedatangan Ichigo yang tiba-tiba.
"bu-bukannya dia sudah hilang tiga tahun yang lalu" Hisagi juga terkejut dengan kedatangan Ichigo.
"anda salah besar jika mengira Ichigo sudah meninggal, tuan Hisagi" kata Aizen sambil melirik ke arah Hisagi.
"anda sungguh licik tuan Aizen" kata Rukia disela-sela keterkejutannya.
"saya tidak bermaksud demikian, saya hanya ingin Ichigo menjadi raja kembali dan menjadikan saya perdana mentri agar saya bisa menjalankan pemerintahan"
"itu tidak akan terjadi! Akulah rajanya!" Hisagi masih saja mempertahankan tahtanya.
"kesabaran saya sudah habis, saya tidak mau berlama-lama. Tousen! Tahan tuan Hisagi! Dan anda yang mulia cepat tanda tangani surat pernyataan kekuasaan ini!" Aizen meletakan surat pernyataan itu dengan kasar di atas meja.
Hisagi pun diseret ke penjara istana oleh Tousen, sedangkan Rukia masih saja tidak bergeming dengan bentakan Aizen.
"sudah saya bilang berapa kali tuan Aizen, bahwa saya..." perkataan Rukia tidak bisa selesai karena tiba-tiba saja Ichigo menarik tangannya.
"maaf yang mulia, saya juga tidak ingin ini terlalu lama" kata Ichigo sambil mengambil belati.
"apa yang akan kamu lakukan?" Rukia mulai khawatir.
"menyelesaikan masalah ini" Ichigo menyayat ibu jari Rukia dengan belati yang tadi ia ambil.
Rukia hanya bisa menahan rasa perih dari sayatan itu, Ichigo langsung menempelkan ibu jari Rukia ke surat pernyataan itu. Melihat Ratunya diperlakukan kasar, Soifon selaku pengawal Ratu yang setia langsung melepaskan cengkraman tangan Ichigo dari tangan Rukia.
"maaf, anda tidak boleh memperlakukan yang mulia sekasar ini" tatapan Soifon sangat tajam saat memandang Ichigo.
"sudah Ichigo, kita sudah mendapatkan yang kita inginkan. Biarkan semuanya beristirahat hari esok adalah awal bagi kita" kata Aizen disela-sela ketegangan antara Soifon dan Ichigo.
"mari yang mulia kita kembali ke kediaman anda" Soifon membantu Rukia berdiri.
Akhirnya Rukia pun kembali ke kediamannya didampingi oleh Soifon. Kejadian malam ini bukanlah akhir tapi malam ini adalah awal dari segalanya.
Kepulangan yang telah dinanti sejak lama, tapi tidak seperti ini. Sang Dewa sudah memberikan jawaban dari semua do'a nya, tapi ini bukanlah jawaban yang diinginkan. Terpuruk dalam sebuah keputusan yang diragukan, lebih baik tidak bertemu atau bertemu tapi seperti ini.
"Soifon..." panggil Rukia.
"ya yang mulia" jawab Soifon yang sedang membenarkan selimut Rukia.
"apakah kamu masih akan tetap setia padaku walaupun aku sudah tidak menjadi Ratu?" tanya Rukia, terlihat jelas sekali kalau Rukia sedang putus asa.
"apa yang anda bicarakan? Anda keturunan keluarga kerajaan ini. Tentu anda tidak bisa dihilangkan begitu saja dari silsilah keluarga kerajaan." Jawab Soifon.
"hari esok begitu gelap, aku tidak bisa berbuat apa-apa" Rukia memejamkan matanya sambil mengambil nafas.
"anda tidak boleh bersikap seperti ini yang mulia" Soifon terlihat sedikit kecewa dengan sikap tuannya itu.
Di sela-sela keheningan di dalam kamar Rukia, tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Tanpa seijin pemilik kamar orang itu masuk ke dalam kamar Rukia.
"apa yang anda lakukan? Sungguh tidak sopan masuk ke dalam kamar yang mulia!" Soifon tidak suka dengan perlakuan orang itu yang seenaknya sendiri.
"apa kamu bisa keluar sekarang" titah orang itu dengan nada dingin.
"anda bukan siapa-siapa! Anda bukan tuan saya! Jadi anda tidak berhak memerintah saya!" bentak Soifon masih dengan tatapan yang menusuk.
"Soifon...tenanglah, ada apa anda datang kemari?" Rukia masih berbaring sambil melihat ke arah orang itu.
"tapi yang mulia..." Soifon tidak melanjutkan perkataannya karena mendapat isyarat dari Rukia untuk meninggalkan mereka berdua.
"baiklah, saya permisi yang mulia." Soifon pun keluar dari kamar Rukia.
"ada keperluan apa anda menemui saya?" Rukia bangun dan duduk di tempat tidurnya.
Orang itu hanya diam lalu duduk di pinggir tempat tidur Rukia. Sifat yang berubah, tatapan elang yang dingin, menusuk hati jika terus ditatap,Ichigo. Sang Raja yang telah kembali tapi dengan sebuah kekecewaan yang sangat menyiksa.
"apa anda adalah Ratu ku?" tiba-tiba saja Ichigo mengucapkan itu, tentu saja Rukia terkejut dengan pertanyaan Ichigo.
"maaf, maksud anda apa?" Rukia ingin mengalihkan suasana.
Bukan menjawab pertanyaan balik Rukia, Ichigo hanya membalikan badanya dan menatap Rukia lurus. Ichigo tampak menunggu jawaban pasti dari pertanyaannya sendiri. Sedangkan Rukia juga hanya menatap Ichigo tanpa memberi jawaban dari pertanyaan Ichigo.
"bukan,..." jawab Rukia dengan wajah tertunduk.
Ichigo terbelalak, apa benar kalau Rukia bukanlah Ratunya? Lalu siapa sebenarnya Ratunya yang dia cari selama ini? Rukia sangat mirip dengan Ratunya, mata violetnya! Itu merupakan bukti yang sangat nyata.
"kamu berbohong..." itulah tanggapan Ichigo.
"itu kenyataan, aku bukanlah Ratumu. Aku adalah Ratu milik Ichigo." kata Rukia sambil kembali menatap Ichigo.
"lalu siapa Ichigo mu itu? Apakah dia lebih baik dari aku?" tanya Ichigo lagi.
"jauh lebih baik darimu dia mempunyai senyum yang indah dan sikap yang bijaksana" kata Rukia sambil memandang lurus Ichigo.
"lalu kenapa pada awal pertemuan kita tadi, kamu terlihat terkejut dengan kedatanganku?" Ichigo masih berusaha menggali ingatannya.
"anda sangat mirip seperti orang yang saya sayangi" tatapan mata Rukia terlihat sendu.
Ichigo terdiam, dia tidak mengerti sebenarnya siapa sebenarnya dirinya itu. Ichigo tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk mencari ingatannya yang hilang.
"maaf, hari sudah larut saya ingin istirahat. Apa berkenan untuk meninggalkan kediaman saya?" wajah Rukia terlihat lelah.
"aku akan terus di sampingmu sampai aku menemukan jawabannya" terlihat jelas bahwa Ichigo masih berusaha keras mencari Ratunya.
Pada akhirnya Ichigo tidur di kamar Rukia, mereka tidur saling memunggungu satu sama lain memberi jarak. Sebenarnya mereka berdua belum tertidur, tidak terpikirkan oleh mereka bagaimana bisa yang sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih bisa memberi jarak yang telampau jauh seperti ini.
Ichigo membalikkan badannya menghadap punggung Rukia, Ichigo masih memperhatikan tubuh mungil permpuan yang ada dihadapannya itu dengan sejuta pertanyaan dan tidak disangka Ichigo tiba-tiba saja memeluk Rukia lalu merengkuhnya dalam dekapannya. Rukia sadar akan itu, tapi Rukia tidak menolak itu justru Rukia ingin Ichigo melakukan itu, tapi entah kenapa Rukia merasa pelukan itu dingin tidak seperti dulu, pelukan hangat itu tidak ada lagi sekarang.
Kembalikan kekasihku seperti dulu lagi dengan senyuman hangatnya.
Aku tidak bisa menerima ini.
Aku kehilangan semuanya.
Aku merasa ini adalah akhir dari penggalan ceritaku.
=========================To Be Continue===============================
REVIEW!
Please! (^-^)
