Tittle: Flash (1st Chapter)
Author: Rosé (red:Rosie) Bear
Pair : Kai x Kyungsoo (KaiSoo)
Warning! GS. Maaf untuk typo.
Kyungsoo adalah seorang novelis yang kehilangan kemampuan menulis. Dipaksa kembali ke tempat dimana dia menulis untuk pertama kalinya, rumah lama mereka untuk menemukan inspirasi kembali. Kyungsoo benci musim semi dan sesuatu yang menyilaukan. Tapi ada satu kilauan yang tiba-tiba ia sukai. Sosok Jongin yang tinggal di sebelah rumahnya.
Start Story!
Mobil SUV hitam berhenti di persimpangan. Seorang gadis turun membawa koper dan travel bag cukup besar menutupi punggung sempitnya. Dia turun sendirian. Hari ini masih masuk musim dingin kan? Walau salju mulai mencair karena menyambut musim semi.
Topi hasil rajutan sang ibu melindungi bagian kepala dari hawa dingin dibantu mantel hangat selutut. Tiap Kali dia menghembuskan nafas di udara luar, maka asap putih keluar dari proses kondensasi akibat perbedaan suhu pada bagian dalam dengan luar tubuh. Dia belum memulai langkah pertama. Masih berhenti memandang sosok pemuda yang lebih tua beberapa tahun. Saudara kandung yang kini mengantarnya ke rumah lama mereka. Rumah yang tenang bahkan sangat karena ditinggal penghuninya sejak 15 tahun lalu. Kini gadis itu kembali. Dia melambai dan berucap pelan pada saudara laki-lakinya untuk hati-hati. Hanya perlu berjalan beberapa meter dan dia sampai di depan pagar rumah. Dalam keadaan bersih, seseorang telah membersihkan rumah sehari sebelum ia tiba.
Kopernya tersingkir ke ujung kamar. Travel bag terlempar ke atas tempat tidur berseprai biru hampir bersamaan dengan waktu tubuhnya untuk menarik jeda istirahat.
Dalam hitungan detik hanya meninggalkan suara nafas yang beriringan teratur dengan suara denting jam. Masih dua jam lagi sebelu fajar datang. Langit dengan bintang seolah memberi kode bahwa hari akan sangat cerah.
Do Kyungsoo.
Dia layak disebut seorang novelis sejak tujuh tahun lalu. Sayang sudah dua tahun ini dia tidak menetaskan karya apapun. Tulisannya hanya berhenti di paragraf pertama. Selalu seperti itu sampai akhirnya Kris , kakak tertua mengusulkan agar Kyungsoo menemukan jalan ceritanya lagi dari tempat dia mulai menulis dulu. Rumah lama mereka.
Mengejutkan Do Kyungsoo dengan nama Pena Dyo menjadi perbincangan pada laman website milik penerbit yang telah menerbitkan karyanya sejak tujuh tahun lalu. Para penggemar mulai bertanya-tanya kemana karya baru penulis kesayangan mereka. Bahkan mereka mulai bertanya-tanya apa Dyo memiliki masalah kesehatan. Kyungsoo adalah penulis novel bergenre Thriller ataupun fantasy mistis. Semua bermula saat penerbit memintanya memperbaiki alur cerita untuk novel baru sesuai permintaan pembaca. Penerbit melakukan vote online dan mereka mengirimkan keinginan pembaca agar Kyungsoo memasuki genre fantasy roman. Karena selama ini ceritanya dibumbui romantisme yang hanya setitik. Memupuskan harapan pembaca di tengah jalan untuk hal semacam itu. Ceritanya berakhir peran utama yang bertahan hidup atau mati. Tahun pertama dalam agenda perbaikan jalan ceritanya selalu ditolak dan dia menjadi frustasi karena itu. Ketika pihak penerbit menyadari ketidakmampuan Kyungsoo gadis itu semakin tidak mampu untuk kembali menulis, apapun. Bahkan diarinya menjadi kosong tak berlanjut.
Rupanya Kyungsoo masih terlelap saat fajar menyingsing. Dia bangun ketika ponselnya berbunyi cukup nyaring. Panggilan dari sang Ayah, dengan suara serak khas orang baru bangun tidur ia memberanikan diri menjawab. Ayahnya di seberang sana hanya tertawa dan meminta Kyungsoo untuk bangun menikmati waktu relaxasinya. Hal pertama yang Kyungsoo lakukan adalah keluar dari selimut tebal nan hangat. Merasakan dinginnya lantai Kayu rumahnya. Kyungsoo beruntung tahun lalu rumah ini sempat mengalami sedikit renovasi hingga dia tidak perlu khawatir akan atap yang bocor atau lantai Kayu yang lapuk. Sudah jam delapan pagi saat memandang jam dinding dengan batre baru. Tidak menemukan sandal rumah Kyungsoo masih bertelanjang kaki mencoba membuka gorden. Dia melepas pengait dan menggeser jendela kaca yang terhubung dengan satu-satunya beranda di lantai dua.
Sinar matahari membuat Kyungsoo berdesis ketika melakukan peregangan. Dia memang sering jogging di akhir pekan sejak dua tahun lalu namun tetap tidak menyukai sinar matahari yang terlalu panas dan menyilaukan.
Pamandangan Kyungsoo beralih kebagian bawah. Satu lagi yang menyilaukan namun mengejutkan perasaan Kyungsoo. Di sebelah rumahnya. Seorang pemuda tengah mengacukan jari berhadapan dengan tiang penyangga lukisannya. Dia yakin itu sebuah lukisan. Dalam beberapa detik pria itu kembali duduk lalu menggoreskan kuas lagi. Pria itu tersenyum. Kyungsoo bisa melihat dengan jelas dari lantai dua ini.
Rumah yang hanya dibatasi tembok semeter dengan beberapa pohon sepertinya menyamarkan posisi Kyungsoo. Bergegas masuk kembali dan membuka travel bag nya. Sebuah kamera DSLR dengan batre yang penuh karena belum sempat digunakan setibanya di sini.
Niatnya hanya satu gambar. Tapi pria berkulit tan itu memiliki banyak ekspresi menarik hingga Kyungsoo mendapatkan puluhan jepretan. Ah! Kini dia seperti paparazzi.
Kyungsoo merasa tidak mengalami frustasi namun mejadi aneh karena tersenyum tiap kali memperbesar hasil jepretannya. Kesenangannya terganggu oleh suara ponsel yang berbunyi, lagi. Itu panggilan dari Kris. Menanyakan kabar Kyungsoo padahal mereka baru berpisah beberapa jam saja.
"Aku akan mencari makan sendiri. Jangan terlalu khawatir."
Percakapan mereka sangat singkat.
Memulai aktifitas hari ini dengan membersihkan diri. Bayangan pria tan itu mengganggu pikiran Kyungsoo. Dia pikir mulai kelaparan hingga menimbulkan halusinasi yang luar biasa gila.
*Rosé*
Langkah Kyungsoo berhenti di persimpangan tempat dia turun saat tiba di kota ini. Dia baru menyadari toko buku uncle Jo tempatnya menikmati banyak bacaan sewaktu kecil kini telah berubah menjadi toko buku yang lebih besar. Tidak hanya buku, peralatan tulis dan gift shop tertata tapi pada jejeran rak besi. Menyempatkan diri masuk karena penasaran Kyungsoo memilih mengambil kertas photo lalu beberapa benda unik dari rak gift kemudian mengantri di kasir. Karena tidak seorangpun yang ia kenali Kyungsoo memberanikan diri bertanya. Hasilnya sangat mengejutkan. Pemiliknya toko kini adalah adik kandung uncle Jo. Pria tua pemilik toko buku sebelumnya sudah meninggal setahun lalu dan kini toko diteruskan oleh saudara kandung karena uncle Jo tidak memiliki keturunan ataupun menikah.
Dia terlalu lama berdiri di depan kasir hingga pelanggan di belakang antrian berdehem. Kyungsoo segera menundukkan badan memintanya maaf tanpa berani menatap kepada siapa dia mengatakan itu. Kyungsoo berjalan dengan pelan. Bukan hanya faktor kabar buruk tapi dia mencoba menikmati jalanan ini. Kering dengan beberapa pohon yang sudah berani menimbulkan tunas baru.
"Musim semi akan sampai seminggu lagi?" Guman Kyungsoo.
Mata membulat lucu dengan langkah yang semakin cepat bahkan setengah berlari menyadari seorang petugas kurir berdiri di depan pagar rumahnya. Kyungsoo yakin barang-barangnya baru saja sampai.
Dengan dua kantung belanjaan di tangan. Kyungsoo meninggalkan kardus besar itu di depan rumah setelah menandatangani surat penerimaan. Dia bergegas masuk lalu kembali lagi kini dengan membawa troli pengangkut barang.
*Rosé*
Walau perut sudah merasa kenyang lalu laptop telah menyala sejak dua jam lalu Kyungsoo tetap kesulitan. Sudah siang hari, Kyungsoo menggantung kamera di leher lalu mulai berjalan keluar rumah. Dia memotret apapun penampakan dengan perubahan mengejutkan. Seperti gerbang taman di komplek rumahnya bahkan tunas pohon horse chestnut yang sangat populer, menurut Kyungsoo.
Kyungsoo mengitari pinggiran taman. Matanya tertuju pada satu pemandangan yang hampir sama dengan ketika dia bangunan tidur pagi ini. Sosok pria berkulit tan dengan perlengkapan melukis. Ah! Pria tan itu baru mempersiapkan diri untuk melukis. Untuk itu Kyungsoo menyiapkan bidikannya.
Entahlah! Dia selalu suka pada ekspresi pemilik rahang tegas dan senyum yang dikulum ke dalam.
Tes
Ahh satu jam duduk di balik pohon horse chestnut menyadarkan Kyungsoo bahwa ramalan pribadinya tentang cuaca saat melihat bintang sebelum fajar malam tadi adalah sebuah kekeliruan. Hujan turun perlahan namun dalam hitungan menit semakin deras. Tampak tidak akan berlangsung lama namun cukup deras untuk membasahi pakaian Kyungsoo.
Ckrek
Satu jepretan sebelumnya Kyungsoo beranjang mengambil langkah cepat, berlari. Pria itu kini sibuk menggulung kertas lukisannya dan membereskan semua peralatannya.
"Bodoh Kyungsoo! Harusnya kau mendekat lalu membantunya. Bukankah tempat tinggalnya di sebelah? Kau punya kesempatan!"
Dia mulai merutuki kesempatan itu bahkan setelah membersihkan diri untuk kedua kakinya dalam satu hari ini. "Yeah! Aku selalu melewatkan banyak kesempatan. Ini bukan pertama kalinya jadi jangan khawatir Soo." Terdengar Kyungsoo mulai menenangkan diri sendiri.
*Rosé*
Sudah dua minggu dan Kyungsoo selalu mendapatkan gambar pagi yang menakjubkan. Dia bahkan mem print out tiap gambar yang menurutnya pantas di pajang. Seminggu di rumah ini setidaknya Kyungsoo mulai menulis diarinya lagi.
Lalu tentang novelnya? Kyungsoo mulai menulis novel classic ketika mendapat inspirasi saat memasuki gudang penyimpanan. Banyak sekali barang-barang lama yang disimpan Kyungsoo. Bahkan selempang kelulusan Kyungsoo di taman kanak-kanak.
Matahari musim semi memang yang paling hangat. Merangsang tanaman untuk berkembang. Rumput-rumput dipekarangan mulai tumbuh tak beraturan. Pohon-pohon yang sudah menimbulkan daun-daun sejak akhir musim dingin memberanikan diri menampakkan kuncup bunga. Kyungsoo mulai mengambil kamera dan berlari menuju taman setapak yang terhalangi tembok dengan rumah sebelah. Dia trus saja berjalan sampai menemukan lubang pada tembok.
Kyungsoo ingat. Bagian ini tidak di tembok karena pada saat pembangunan tembok muncul tanaman pink soka yang menawan. Jadi terdapat space untuk tumbuhan itu hidup. Sayangnya Kyungsoo tak melihat dimana bunga semak itu kini telah berpindah. Hanya meninggalkan lubang. Dia mencoba mengintip ke sebelah.
Peralatan lukis dengan tiang penyanggah yang kini ditinggakkan pemiliknya sebenarnya Kyungsoo penasaran apa yang sedang dilukis pria tan itu. Tiang penyanggah itu selalu membelakangi posisi Kyungsoo.
Susah payah dia harus melewati tanaman semak di rumah sebelah. Oh tidak! Kyungsoo mulai mengumpat! Bagaimana pemilik rumah menanam Nanas dengan kondisi yang baru dipindahkan ke tanah. Lengannya tergores.
Kyungsoo sudah masuk sejauh ini. Dia bertekad akan memotret lukisan itu dari jarak yang dekat.
Sangat sunyi. Hanya ada suara langkah Kyungsoo dan beberapa serangga menjijikkan. Kyungsoo sangat tidak suka serangga musim semi. Menggelikan.
Sungguh kagum ketika mendapat lukisannya yang tampak hampir selesai. Warna putih dengan garis-garis tipis menampakkan seperti halaman yang penuh tumpukan salju. Di bagian sudut Sebuah rumah terhalangi pagar tinggi dengan jalan setapak menuju pintu kayu. Lukisan ini sangat mendetail. Kyungsoo tidak melewatkan kesempatan ini. Instingnya dalam kesempatan mulai kembali lagi.
Satu
Dua
Tiga
Bahkan lebih banyak gambar lagi. Kyungsoo mengamati setiap hasil jepretannya beberapa hari ini. seperti melengkapi puzzle yang hilang saja.
Kriet..
Satu suara kecil. Decitan pintu Kayu yang mampu membuat jantung Kyungsoo seakan melompat keluar tanpa memberinya kesempatan melakukannya pemanasan terlebih dahulu. Dalam satu gerakan dia melompat memasuki semak di dekat tembok. Itu semak tanaman penuh dengan soka pink yang bertahan dari musim dingin dan beberapa pohon setinggi semeter. Kyungsoo mulai merutuki dirinya. Kenapa dia harus mendapatkan tempat persembunyian seperti ini. Tanah basah yang baru saja di tumpuk kembali berhasil mengotori sepatu, celana bahkan kaos putih yang Kyungsoo kenakan. Atau jika dia nekat menerobos jalan sebelumnya Kyungsoo tidak menjamin dia akan lolos dari sapaan kasar daun Nanas yang bergerigi tajam.
Tapi jika dipikir dia biarkan saja pemilik rumah terkejut dan dia tinggal menjelaskan tentang tembok berlubang itu. Semua selesai, seharusnya.
Dari dalam semak Kyungsoo melihat pria berkulit tan berjalan tergesa-gesa menyadari lukisannya yang terjatuh ke tanah.
Itulah alasan kenapa Kyungsoo tidak mau bertahan di tempat. Sering kali tiap terkejut dia membuat masalah lain. Menyenggol tiang penyanggah dan membuat lukisan itu menabrak palet yang masih berisi cat minyak. Kyungsoo menahan nafasnya. Wajah pria itu sangat terkejut. Segera mendirikan kembali penyanggah lukisannya. Pria itu menyamping dari posisi Kyungsoo bersembunyi. Sedikit sudut agar bisa melihat hasil perbuatannya. Warna kanvas yang tadinya di dominasi warna putih berubah menjadi biru. Kyungsoo menutupi mulutnya untuk menahan suara terkejut.
"Jongin kau yakin akan selesai dalam minggu ini? Aku akan membawa... Apa yang terjadi? Kenapa lukisannya menjadi sangat kotor?"
Kyungsoo meringis mendengar suara melengking itu. Pria lain muncul dari balik pintu. Dia lebih terkejut dari pria berkulit tan yang kini hanya duduk mencoba membersihakan tanah liat yang menempel di kanvas.
"Ya Kim jongin! Jawab hyung! Bukankah ini lukisan yang akan diikutsertakan dalam lomba? Kenapa kau.."
"Bukan aku yang melakukannya."
Percakapan dua orang itu membuat telinga Kyungsoo panas. Dia tidak suka suara teriakan dan lagi ada apa dengan ekspresi pria berkulit tan. Kyungsoo ragu dia menyadari kisah penyelundupan ini. "Kupikir angin kencang mengganggu keseimbangan tiang penyanggah saat aku membukakan pintu untukmu. Sepertinya aku memang tidak diizinkan memasuki gallery seni. Haha" dia tertawa terpaksa membuat Kyungsoo bergidik ngeri.
Wajah pria yang masih berdiri mencoba menahan emosinya. "Kau jangan bercanda! Kalau kau tidak mengikuti perlombaan itu kau harus kembali ke Perusahaan dalam minggu ini." Rupanya Kyungsoo mendengar sebuah ancaman kali ini. Pria tan tampak menatap sinis. "Jangan berharap aku mau duduk di belakang meja dan mendengar kritikkan buruk kalian."
"Hyung akan menghentikan uang belanjamu sampai kau memutuskan kembali atau menyelesaikan lukisan ini."
"Hyung!aku harus mulai dari awal lagi. Aku tidak bisa menyelesaikan lukisan cat minyak dalam waktu yang bahkan dua minggu sebelum hari penyerahan terakhir! Luar biasa kalau benar-benar selesai!"
"Kau memang sungguh luar biasa Jongin! Enam tahun di sekolah melukis tanpa menunjukkan hasil apapun pada keluarga ini." Pria itu berbalik tanpa mendapat jawaban dari orang yang dipanggil Jongin.
"Andai saja kau mau belajar bisnis lebih baik. Kau tidak akan merasa di kritik."
Pelan. Suara pria yang berjalan menjauh itu terdengar pelan sampai Kyungsoo ragu dia bicara atau tidak.
Kyungsoo kembali melewatkan banyak hal. Mulai dari pakaian kotor, serangga yang mengigit karena pandangannya tertuju pada pria tan yang kini masih duduk mencoba membersihakan lukisannya. Pria tan itu menghela nafas pelan. Dia mendongak cukup lama kemudian menghela nafas lagi. Membereskan peralatan melukisnya. Dia tersenyum! Pria itu baru saja tersenyum. Seperti mendapat ketukan Kyungsoo menarik kameranya dan membidik. Pria itu seolah lukisan yang baru saja selesai. Dia bersiap menekan shutter dan...
Flash
"Heh?"
Kali ini Kyungsoo merasa sangat bodoh!
Pria itu berbalik dan kini meneliti situasi di hadapannya.
Kembali Kyungsoo menahan nafas dan pergerakan. Sejak kapan flash kameranya naik hingga muncul blitz saat dia mengambil gambar. Kini Kyungsoo terdiam berharap dia selamat.
Nafas lega meluncur begitu saja saat menyaksikan Jongin mengangkat peralatannya dalam sekali angkut. Hanya saja...
Kyaaaaaaa!
Bruk!
Kyungsoo melompat dari balik semak-semak mengejutkan Jongin. Pria itu bahkan terdorong beberapa langkah saat mencoba bertahan dari dorongan Kyungsoo.
"Kau? Kenapa disini?"
Kyungsoo membalikkan tubuhnya membelakangi pria tan dan menunduk. Hanya karena seekor ulat musim semi merayap di lengan membuat Kyungsoo sangat histeris. Dia hampir saja berhasil untuk lari dari kesalahan namun kini malah berhadapan langsung.
"Maafkan aku! Aku masuk tanpa izin." Dalam satu gerakan Kyungsoo berlutut. Dia memohon beberapa Kali "Aku... Aku juga yang menjatuhkan lukisanmu. Maafkan aku... Sungguh aku tidak sengaja."
Darimana Kyungsoo dapat keberanian sebesar ini? Kenapa tiba-tiba dia mengakui kesalahannya. Dari posisi berlutut, Kyungsoo mencoba mengintip ke atas. Di balik bulu mata lentik itu ia mendapat senyum tulus pria tan. Kini Kyungsoo merasa sangat bodoh atau pria ini sungguh tidak marah? Dia malaikat tanpa sayapkah?
Perlahan Kyungsoo mengambil posisi bersimpuh. Berusaha terlihat anggun dengan duduk berlutut. Dia paham kesalahannya Kali ini sangat besar, setidaknya Kyungsoo harus menunjukkan rasa tertekan karena bersalah.
Jongin segera berjongkok berhadapan dengan Kyungsoo. Dia meletakkan kotak berisikan peralatan melukis. Dengan tangan kiri yang kosong pria tan itu mengangkat wajah Kyungsoo menggunakan jari telunjuk. "Jadi? Kau masuk dari mana?"
Pertanyaannya pertama membuat Kyungsoo mengigit bibir bawahnya. Dia sudah bertekad tidak akan memberi ucapan apapun selain kata maaf setelah pengakuan itu.
"Bagaimana cara kau membuat lukisanku sangat kacau?"
Dia kembali diam dan menahan diri. "Tidakkah kau harus bertanggung jawab?" Pria tan itu menjauhkan jemarinya. Berpindah hendak menyentuh kamera Kyungsoo. Reflek gadis itu menarik kamera menjauh. Meletakkan di balik tubuhnya. "Aku akan bertanggung jawab!" Kyungsoo memilih untuk bicara.
Pria tan itu mencondongkan wajahnya mendekat membuat jantung Kyungsoo menggila. "Benarkah? Kau harus membayar sangat mahal untuk ini Nona."
Seberapa besar gumpalan saliva itu hingga Kyungsoo kesulitan untuk menelannya. Senyum yang sebelumnya terlihat menarik kini seperti seekor serigala.
"Aku akan membayarnya." Kyungsoo tidak yakin dengan ucapannya. Itu meluncur begitu saja tanpa di saring terlebih dahulu.
"Kalau begitu masuklah. Kau harus membayar dengan tubuhmu."
"Apa?"
Mata bulat yang kian membesar dan menakutkan sekaligus menggemaskan membuat pria tan itu tertawa lepas. Kekehan ringan menghembuskan nafas hangat. Menyentuh wajah Kyungsoo.
"Pertama kita harus membersihakan luka dan bentol merah di tubuhmu."
Kyungsoo sungguh ingin melawan. Dia kesulitan saat pria tan itu meninggalkan kotak peralatan melukis dan menyeret Kyungsoo untuk masuk.
Rumah ini!
To Be Continue!
Fanfiction ini hanya terdiri dari tiga atau empat chapter. Rating akan naik menjadi mature disuatu minggu nanti. karena aku akan berusaha mempublish setiap minggu. yehet! Ohorat!
apa aku mengingatkan kalian pada seseorang? dua atau tiga tahun lamanya. ahh lupakan bagian terakhir.
terima kasih sudah menikmati sampai akhir. Kritik beserta saran sangat dianjurkan.
Tebar flying kiss *
Terima kasih banyak. *bow
