Disclaimer: Pokémon are created by Satoshi Tajiri.

The Monochrome Challenge!

Pokémon! Unova Brand-New Adventure!

Fic by Soaring Crow Ver2.0

Episode 1: Departure! Yet! Again!

Kota Pallet di siang hari bisa dibilang cukup menyengat panasnya. Angin terik yang luar biasa kering meniup dedaunan, rerumputan dan pepohonan dengan perlahan. Kombinasi tersebut menciptakan nuansa resort pribadi yang begitu menenangkan. Apalagi ditambah dengan segelas es teh melati atau sebatang es krim vanilla. Tapi tidak bagi seorang pemuda bernama Ash. Atau yang banyak orang kenal sebagai Ash Ketchum dari kota Pallet. Jiwa pemuda petualang tersebut tidak bisa diredam. Hari ini dia tepat berumur 17 tahun, dan siap memulai petualangan berikutnya.

Petualangan di Sinnoh berakhir tiga tahun lalu. Saat itu belum ada tawaran mengenai region baru dengan Pokémon unik untuk ditelusuri oleh Ash. Memang dasar jiwa petualangnya yang laur biasa, Ash mengunjungi region-region yang sudah pernah ia datangi sebelum ini.

Mulai dari Kanto—mengunjungi Brock di Pewter, dan oh, yang sungguh mengejutkan Misty menjadi jagoan di Cerulean. Kedua Gym Leader mantan rekan seperjalanan Ash itu benar-benar menjadi sungguh luar biasa dengan posisinya. Siapa yang sangka Misty akan menjinakkan Gyarados dan Kingdra; sama seperti Brock yang kini tidak hanya mengandalkan monster tipe Rock saja sekarang. Steelix, Golem, Ninetales, Foretress, Swampert, Sudowoodo, dan Toxicroak adalah tim yang sempurna menurut Ash. Dan tim milik Misty, Starmie, Gyarados, Golduck, Kingdra, Milotic, dan Wailord—yang membuat kedua mata Ash hampir melompat keluar ketika melihatnya, juga sangat tangguh; tentu saja apabila tidak bertemu lawan bertipe grass dan electric.

Ngomong-ngomong Kanto, Gym Kanto saat ini terkenal dengan kekuatan Leader-nya yang luar biasa. Tentu saja selain Brock dan Misty, Gym Leader seperti Sabrina, ratu psychic dan Blaine, master Pokémon tipe fire juga sangat disegani. Begitupula Gym Leader lainnya saat ini yang terus bertambah kuat setiap harinya.

Tapi Gym Leader dari region lainnya juga tidak boleh diremehkan. Seperti Falkner, master dari Pokémon-Pokémon burung dan Claire, adik sepupu Lance sang Champion Johto yang kemampuannya hanya bersaing tipis dari abangnya. Lalu Norman, ayah May adalah pengguna Pokémon tipe Normal terbaik yang pernah ada, dan Wallace, seniman sekaligus prodigy tipe water. Volkner juga dikenal sebagai pengguna tipe electric terhebat dari Sinnoh, begitupula Candice dengan Pokémon-Pokémon Ice-nya.

Yang jelas, selang empat tahun ini menciptakan kesempatan berlatih yang membuat mereka semua semakin baik dari sebelumnya dan menjadi semakin hebat.

Di umurnya yang juga sama dengan Ash, Gary—mantan pengaku rival abadi Ash semakin melebarkan sayapnya sebagai peneliti Pokémon. Kekalahannya di tangan Ash sama sekali tidak membuat harga dirinya sebagai Trainer jatuh. Tapi dia lebih menyalurkan rasa penasaran dan sayangnya kepada Pokémon dengan meneliti mereka semua. Dengan mempelajari Pokémon, dia berharap untuk semakin mengerti akan keberadaan mengagumkan yang sungguh berbeda dengan manusia tersebut. Gary masih memfavoritkan Pokémon-Pokémon miliknya yang original Kanto dan Johto. Max kini bersama dengan Gary di Sinnoh. Mereka masih meneliti soal Pokémon bersama professor Rowan. Setelahnya, berdasarkan info dari Max sendiri, mereka akan ke Unova, tanah baru untuk dijelajahi atas ijin dari professor Oak.

Terakhir kali mendengar kabar dari May ketika Ash berkunjung ke Hoenn, ia masih bertualang ke berbagai region, tentu saja untuk mengikuti berbagai kontes sebagai coordinator. Begitupula dengan Dawn yang kini sedang berada di Hoenn. Mungkin May dan Dawn akan bertemu lagi nanti, pikir Ash. Oh, Ash juga dengar kalau May berpetualang bersama teman masa kecilnya… Brendan, kalau Ash tidak salah mengingat, putra dari professor Birch. Dan Dawn sepertinya bersama Barry saat ini. Yaah, bagaimanapun juga perempuan tidak boleh bepergian seorang diri, 'kan?

Tapi Ash tidak pernah mendengar kabar mengenai Drew, Harley dan Paul. Tapi sepertinya mereka berjalan sendiri-sendiri dan masih tetap percaya dengan apa yang ingin mereka lakukan.

Ash lantas mengenakan jaket berwarna putih dengan beberapa garis biru muda menghiasinya. Ash menarik risleting jaket dan mengenakan topi baru favoritnya. Kecuali topi dan sepatu, baik jaket maupun sepasang celana panjangnya adalah rajutan langsung dari si ibu. Aku harus hati-hati untuk tidak merobeknya terlalu sering, batinnya.

Pikachu melompat ke pundak Ash dan tersenyum riang ke wajah master terbaik yang pernah ada di dunia. "Pika-Pikapi!"

"Ahahaha, ya, aku sudah siap, Pikachu!"

Hari ini merupakan keberangkatan Ash menuju Unova, region terbaru untuk ditelusuri oleh Ash. Pokémon-Pokémon baru, tantangan baru, pertarungan Pokémon yang baru, dan segalanya yang baru. Ini adalah kesempatan emas untuk memuaskan dahaga berpetualang Ash.

"Hati-hati di jalan, 'nak!" seru si ibu di sebelah professor Oak. Delia Ketchum melambaikan tangannya, penuh rasa haru, diam-diam mendoakan keselamatan anaknya dimanapun dirinya berada. Itu tentu saja, sebagai seorang ibu.

"Begitulah Ash. Seperti ayahnya." senyum lebar si professor.

"Baiklah… professor bilang aku harus naik kapal udara menuju tanah Unova. Oke… Kita lihat, dimana aku bisa ke Bandar udara…"

"Pika…?" Pikachu, terus menempel di bahu Ash, ikut menatapi beberapa racik surat dari professor Oak dan segulung peta bertuliskan 'KANTO' di atasnya. "Oh, dekat Vermillion city—dekat Battle Tower, ya…? Kenapa aku bisa tidak menyadarinya? Padahal aku sering berputar-putar di sana dulu. Mungkin aku bisa menyapa Scott, Anabel dan Frontier Brain lainnya disana sebentar."

Ash menggulung balik petanya ke dalam tas dan berlari dengan kencang. "Ayo Pikachu! Yang terkahir adalah Slowpoke!"

"Pika-Pi!" partner setianya begitu riang dan merasa tak mau kalah, mengiyakan tantangan itu.

Merekapun berlari bersama dengan senyuman lebar terukir di bibir masing-masing. Tapi tidak lama setelah itu, mereka kembali berjalan karena Ash tidak kuat berlari lebih lama lagi… Ash 'lah yang Slowpoke… Pikir Pikachu, mischief.

-o0o-

Sosok Battle Tower sudah nampak di depan matanya. Menara yang luar biasa tinggi itu menjulang dari balik pepohonan lebat. Setelah keluar dari dalamnya, Ash melihat tubuh tambun berambut keriting dan mengenakan baju santai a la Hawaii, celana pendek, dan sepasang kaca mata hitam menutupi matanya. Sosok itu berdiri menghadap pintu besar Tower.

"Hei, Scott!" sapa Ash, riang. Tidak terlihat seperti pemuda berumur 17 tahun. "Apa kabar?"

"…O-oh, Ash? Hei, Ash!" pertamanya pria itu tidak begitu merespon, tapi melihat orang yang memanggilnya adalah Ash 'sungguhan', Scott ikut melebarkan mulutnya. "Apa kabar, 'nak? Sudah lama sekali tidak berkunjung ke sini. Kau seharusnya memberi kabar dulu sebelum datang, aku bisa menyediakan pesta untukmu!"

"Haha, tidak usah, Scott. Kabarku baik." Ash membalas jabat tangan Scott. "Kau bagaimana?"

"Aku tidak perlu memberitahumu, kan; lihat saja, perutku masih setambun ini." Scott menerawang figur pemuda di depannya. "Woaa, lihat dirimu, 'nak. Kau sudah dewasa sekarang!"

Ash tersenyum lepas, sedikit malu. Ia 'pun menggaruk belakang kepalanya. "Ada kabar terbaru apa, Scott? Para Brain sehat-sehat saja?"

Pria yang lebih tua belasan tahun itu nampak risih dan sedikit tidak kerasan. "… Ah, Ash—sebenarnya… Aku mau kau ikut denganku."

Scott menarik lengan Ash dengan terburu-buru ke dalam Tower. Ash dan Pikachu hanya bisa memberikan ekspresi bertanya-tanya. Ash ingat ketika ia kecil, Delia pernah menarik lengannya seperti ini ketika langit siap menurunkan hujan deras.

Begitu sampai di dalam, Ash melihat adanya seseorang yang tengah bertandang dan kini sedang bertarung dengan Alakazam milik Anabel.

Seperti biasa, Anabel tetap memberikan perintah melalui telepati, tapi ada yang aneh, batin Ash. Laju pertandingan ini… Anabel terpojok. Dan… skor sudah 2-0? Ash tertegun. Anabel menderita dua kali kekalahan secara berturut-turut?

Alakazam menembakkan Psychic-nya sekali lagi, tapi Pokémon lawannya, untuk alasan tertentu Psychic tersebut tidak berefek apa-apa padanya.

"…Pokémon apa itu, Scott?" tanya Ash, ketika Pokedex update Sinnoh-nya tidak memberikan respon apapun kecuali 'NO DATA' yang tertulis pada layar.

"Pokémon dari region Unova." jawab Scott, pelan.

"Pawniard, Iron Head pada Alakazam!" teriak trainer-nya.

Pokémon yang tidak dikenal Ash itu berlari dengan cepat di sisi lapangan, membuat Alakazam kehilangan konsentrasinya. 'Alakazam jangan panik, tetap fokus dan gunakan Focus Punch setelah itu!' batin Anabel, menyiasati 'temannya'.

Tapi gerakan Pawniard itu terlalu cepat, ketimbang badannya yang nampak lemah. Pokémon tersebut melompat, dan inilah kesempatan Anabel untuk memerintahkan Alakazam. 'Alakazam, Focus Punch ke kirimu!'

Tapi konsentrasi Alakazam tidaklah cukup. Ia terlalu dibuat bingung oleh gerakan lincah Pawniard. Pawniard, selagi melompat, merundukkan kepalanya guna menghindar dan langsung memasukan satu sundulan ke dagu Alakazam dan menghilangkan keseimbangan Pokémon milik Anabel tersebut. "Yang terakhir, Pawniard! Night Slash!"

"Paw—NIARD!" teriak Pokémon kecll itu, menebas Alakazam dengan pedang kecil berbalutkan energi kegelapan.

"Serangan itu tipe dark!" seru Ash, tiba-tiba, menyadari keuntungan sepihak ini. "Psychic lemah terhadap dark; kalau seperti ini-"

Alakazam dimentahkan keluar lapangan, dan itulah saat dimana wasit mengangkat bendera tanda kemenangan pada lawannya. "Alakazam milik Salon Maiden Anabel tidak dapat melanjutkan pertandingan. Kemenangan milik penantang Grimsley dari kota Lucitzal, Unova!"

Ash menggeramkan tangannya. Pikachu menatapnya dengan dalam.

Pokémon kecil seperti itu saja kuatnya bukan main; Unova… ya? Batin Ash, berdebar-debar akan tantangan baru.

"Yo."

"… Oh, kau-"

"Grimsley—namaku."

"Aku Ash—Ash Ketchum dari kota Pallet." Ash mengulurkan tangannya. Namun Grimsley dilain pihak, memejamkan matanya dan tersenyum meledek. "Tidak secepat itu, Ash."

"Apa salahnya berjabat tangan saja?" tanya Ash, membela dirinya sambil menarik tawarannya.

Pemuda berambut jabrik pada kedua sisi itu menatap balik Ash. "Kita tidak tahu kapankah seorang teman menjadi musuh; dan kapan musuh tersebut berubah balik menjadi teman kita." ujarnya, tersenyum tipis. "Bagiku simbol jabat tangan itu merupakan contoh konkritnya. Itu kebijakanku. 'Nah, sampai jumpa. Aku masih belum menyelesaikan tantangan Battle Frontier-ku."

"Grimsley!" seru Ash dari belakang pemuda yang baru dikenalnya. "Pokémonmu kuat. Aku harap kita bisa bertarung suatu hari nanti."

Grimsley kembali tersenyum dingin. "Ash, kemana tujuanmu sekarang?"

"Unova."

"Bagus. Apa tujuanmu disana?"

"Liga Pokémon Unova."

Grimsley semakin menajamkan senyumnya. "Hendak melawan Champion kalau begitu, bukan?"

"Tentu saja!" jawab Ash semangat. "Pika-Pika! Pika-Pi!" Pikachu juga menyerukan semangatnya.

Grimsley membalikkan tubuhnya, menghadap ke Ash. "Jika kau terus mendaki ke atas, aku yakin kita akan bertemu dan bertarung nanti. Sampai saat itu, sampai nanti."

Grimsley membalikkan tubuh dan mengayunkan tangannya di atas kepala.

"… Secepat itu kau berteman?"

"Anabel!" seru Ash, memeluk tubuh mungil Anabel dengan kedua tangannya yang semakin menguat. "Sudah lama sekali!" Ini dilakukan Ash tanpa sadar, sama ketika ia kembali bertemu dengan Brock dan Misty setelah sekian lama. Tapi ini tentu saja menjadi sesuatu yang cukup membuat Anabel gerah—gerah akan semburat merah di kedua pipinya. Bagaimana tidak, Ash adalah orang yang dikagumi gadis berumur 17 tahun tersebut.

"A-Ash…"

"Kau tidak apa-apa? Kau nampak terpukul tadi…" ujar Ash, bersimpati pada si gadis.

"… I-iya…" Anabel memalingkan wajahnya. Gadis bertubuh ramping dengan lekuk sempurna itu sedikit banyak menarik diri dari tatapan Ash, apapun itu alasannya. "P-permisi Ash, aku masih ada—m-masih ada yang harus kulakukan."

Anabel meninggalkan Ash bersama Scott yang sedari tadi tidak mengatakan apa-apa. "Ada apa dengannya, Scott?"

"… Panjang ceritanya, Ash."

-o0o-

"… Uuh, ya… Kurang lebih aku mendapatkan inti masalahnya." ujar Ash, diatas sofa ruang tamu mewah Battle Tower. Jarinya masih menipang dagu seolah masih mencoba mencerna informasi. "… Jadi, Anabel tetap ingin bersikeras menggunakan 'teman-temannya', padahal mengetahui dengan baik tipe psychic saja tidak cukup untuk bisa tetap menjaga akreditasi Battle Tower yang semakin merosot dari tahun ke tahun… Begitu, Scott?"

"Kau tahu, 'kan, Ash… Seberapa berharganya Espeon, Alakazam dan Metagross bagi Anabel-"

Scott terhenti dari bicaranya. Dia dengan segera membalikkan tubuh melihat sosok Ash yang berlari keluar Tower dari pintu utama. "Ash! Kau mau kemana!" teriak Scott dari lantai dua ke arah bawah. Namun Scott tidak mendapat jawaban apapun dari si pemuda. Scott menepuk keningnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa semakin pusing. "… Ooh, apa yang ahrus kulakukan?"

Bicara tentang rasa sayang terhadap sesuatu. Tak pernah ada yang salah dari ideologi tersebut. Dan Ash, selagi berlari kencang, tahu bahwa apa yang dilakukan Anabel itu memang sudah seharusnya; karena dia sangat menyayangi 'teman-temannya'. Si pemuda mengerti, karena itulah yang ia lakukan selama ini. Betapa banyak Pokémon-Pokémon hebatnya yang ditransfer ke kota Pallet, berapa ekor yang ia lepaskan kembali ke alam liar, dan lain sebagainya. Tak satupun dari mereka yang tidak Ash curahkan akan kasih sayangnya. Ini semua dilakukannya lantaran ia ingin terus melangkah maju dan terus merasakan tantangan. Lagipula, mereka semua selalu berada di sana untuk Ash. Dan Ash akan selalu ada untuk mereka semua.

Ash berlari kearah rumah Anabel yang berada di sekitar air terjun Tohjo.

Anabel memeluk kedua dengkulnya di atas satu tebing pendek di hilir sungai air terjun Tohjo. Kedua matanya menyayu menatap aliran sungai yang cukup deras. Di depan matanya di dalam air, sudah tidak terhitung mungkin berapa banyak ekor magikarp dan feebas yang melintas. Anabel tidak memikirkan apapun didalam benaknya. Yang ada hanya kekosongan, kekosongan yang benar-benar hampa. Dia merasa tidak mengerti dengan dirinya.

Mengapa aku se-statik ini?

Terkadang Anabel tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Dari seluruh Frontier Brain, hanya dia seorang yang tetap ngotot untuk menggunakan tim Pokémon tipe psychic. Para penantang tentu saja tahu dan akan memanfaatkan itu dengan Pokémon tipe bug, dark atau ghost.

Scott tidak salah. Semuanya kesalahanku, lanjut batin Anabel. Akulah yang menjatuhkan akreditasi Battle Tower—areaku. Tapi… tapi aku tidak bisa berpisah dengan ketiga Pokémonku—Pokémon yang sudah menemaniku sedari kecil ini.

"Anabel!"

"Ash!" si gadis terkejut dan alih-alih berdiri diatas kedua kakinya. Tapi tebing yang ia tapaki saat ini sepertinya memang kurang sedikit kuat baginya untuk berdiri. Anabel terjun bebas dari tebing setinggi sepuluh meter ke aliran sungai di bawahnya. SPLASH. Anabel 'pun hanyut dibawa arus.

"Oh, tidak…" Ash melepas sepatu dan tasnya. Ia segera berlari secepat mungkin mengejar si gadis dari tepian sungai. "Anabel! …Hh hh. Anabel…!"

"… Ash!" seru si gadis dengan susah payah dari balik air.

Ash melompat ke dalam aliran dengan gaya lumba-lumba untuk mendapatkan tambahan dorongan dengan poros tubuh yang menajam ke depan. Ash mengayuh kedua lengannya secepat dan sekuat yang ia bisa. Para magikarp dan feebas yang terkejut oleh gerakan Ash itu menghindarinya ke pinggiran.

Tidak bisa, Anabel terlalu cepat tersedot arus, bisik Ash. Dia pasti tidak bisa berenang, aku harus menolongnya. Ash merogoh ikat pinggangnya, dan meraih sesuatu dari sana. Lureball. Bola Pokémon tersebut membesar seiring dengan sensor panas yang yang diberikan telapak tangan si pemuda. "Totodile, bantu aku!"

Pokémon berbentuk buaya biru keluar dari dalam bola khusus itu. Totodile menari-nari riang sekitar lima kaki di depan Ash selagi tubuhnya mengapung. "Totodile, tolong selamatkan gadis di depan sana! Aku mengandalkanmu!"

"Tot'dile!" si buaya mungil segera mengangguk semangat. "Toto—dile!"

Dengan cepat Pokémon periang milik Ash tersebut menyelam ke dalam aliran dan berenang bak roket yang luar biasa kencang lajunya. Buih-buih air yang ditimbulkan dari pergerakan kaki yang cepat menciptakan pola ledakan dorongan serupa dengan kapal selam.

Akhirnya buaya biru kecil itu sampai di sisi Anabel berkat dorongan kakinya dan arus sungai. Ia membalikkan dan mendorong tubuh Anabel melawan arus hingga akhirnya sampai ke permukaan. "… Fwaah…! Hh… hh…"

"Tot'dile!"

"… Totodile…? Milik Ash…?" Totodile mengangguk riang sebelum membantu Anabel ke tepian sungai. "… Terima kasih…"

"Anabel! Anabel!" Ash berlari bersama Pikachu di sisinya. "Pika-Pika! Pika-Pi!"

"… Ahaha, iya. Aku tidak apa-apa, Pikachu…" ujar si gadis, sedikit lemah. Ia membelai lembut kepala si Pokémon tikus listrik.

-o0o-

Kediaman Anabel.

Rumah si gadis masih seperti dulu. Nuansa menenangkan masih dapat dirasakan di setiap sudutnya. Ash duduk di sofa ruang tamu setelah selesai mengeringkan dirinya. Pikachu dan Totodile mengelilinginya. "Toto, toto-totodile!" seru si buaya kecil, riang. "Pika-Pika, pikachu!" jawab Pikachu dengan senyuman lebar.

"Hahaha, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi aku ikut terbawa semangat melihat kalian." jawab si trainer.

"Kata Totodile 'sebenarnya Ash bisa melakukannya seorang diri tapi dia percaya padaku'. Dan Pikachu menjawab 'tentu saja. 'Karena dia adalah Ash'. Begitulah."

"Sungguh…?" jawab si pemuda, bingung. "… Ahahaha, kalian bisa saja." lanjutnya membelai kepala dua Pokémon-nya.

"Tapi, sungguh Ash. Terima kasih." Anabel duduk di depan Ash, di sofa seberangnya. "Kalau saja kau tidak disana…"

"Tidak usah. Lagipula… kau terjatuh karena terkejut oleh suaraku, 'kan?"

Mereka berdua terdiam di tengah keheningan sore hari. Pikachu dan Totodile menatap kedua remaja itu silih berganti dan keheranan.

"… Anu, Ash…" "… Anu, Anabel…"

Mereka berdua terkejut, dan kembali mengalihkan wajah. Raut Anabel begitu merona, karena dia merasa ragu karena kini ia hanya berdua saja dengan pemuda favoritnya. Sementara Ash tidak yakin, dan merasa bingung untuk mengantarkan beberapa pemikirannya mengenai kondisi Anabel saat ini. "… Silahkan, kau dulu, Anabel."

"… Ash, aku berpikir untuk berpetualang." Ash mengangkat kedua alis matanya, begitu terkejut.

"S-sungguh…?"

"Ya. Aku yakin." jawab si gadis, mantap. "… Ada apa?"

"… Tidak. M-maksudku, itu yang hendak aku katakan padamu." tutur Ash, merasa dadanya sedikit legaan sekarang. "… Dengar Anabel. Aku sangat tahu apa yang kau rasakan. Bagaimana sayangnya dirimu terhadap ketiga Pokémonmu. Tapi, kita harus maju. Bukan berarti kita meninggalkan mereka, tapi kita selalu ada untuk satu dan yang lainnya. Maksudku—err, kita ambil contoh diriku. Totodile ini adalah Pokémon rekan seperjalananku beberapa tahun yang lalu ketika kami bertualang mengelilingi Johto. Tapi sekarang aku kembali mengajaknya untuk menutupi kelemahan Pikachu pada tipe ground. Mereka selalu ada ketika kita membutuhkan mereka. Dan pastinya, kita akan selalu ada untuk mereka. Bukan begitu, Pikachu, Totodile?"

"Toto-Totodile!"

"Pika-Pi!" mereka berdua bersamaan menepuk telapak tangan Ash dengan ceria.

Anabel tersenyum panjang dari balik gaun malamnya yang berkilap. Ia, dengan hening, merasa bersyukur karena memiliki seseorang untuk menghiburnya di kala seperti ini. Bukan berarti teman-teman sesama Frontier Brain-nya tidak akan melakukan hal yang serupa seperti Ash apabila berada di posisi yang sama. Tapi, hanya saja, entah mengapa apabila itu Ash yang mengatakannya, ini menjadi sedikit lebih melegakan."Aku akan ke Unova."

"Ke Unova? Aku juga." jawab Ash, polos. Anabel tersenyum. Dia hanya merasa apabila berkelana bersama pemuda ini, ia bisa terus maju. Bukan sebagai orang lain yang meninggalkan Pokémon-nya. Tapi, sebagai Anabel yang maju menatap masa depan.

"Bawa aku bersamamu, Ash."

|To be Continued|

Ash dan Anabel akhirnya berangkat menuju Unova. Tapi bagaimana dengan Frontier Brain lainnya yang akan melepas keberangkatan Brain termuda mereka? Sementara itu, bayangan petir hitam telah siap menyambut keduanya di langit Unova. Berikutnya di Monochrome Challenge!: Brains! Bye-bye! Zekrom?

A/N: Fic terbaruku. Dan fic Pokémon Grey sengaja saya tarik kembali untuk sementara, karena saya merasa sedikit stuck di chapter kedua. Saya berniat membuat fic ini dengan diksi yang jelas, jadi kita seperti serasa nonton anime0nya kurang lebih. Btw, season BW kualitas gambarnya ajib. Enjoy yang satu ini. Saran, komentar dan kritik membangun sangatlah diharapkan. –Crow. signed out.