DISCLAIMER :
Togashi-Sensei
PAIRING :
Absolutely KuroPika^^
WARNING :
OOC. FemKura. Rated T - Semi M. Flashback sequel, set after I Love You Honestly.
SUMMARY :
I love you…no matter what
I want to be with you…always
I will fight for you…, and for us
.
.
.
CHAPTER 1 : FIRST IMPRESSION
"Selamat tidur Kurapika," kata Gon sambil membawa bantal besar di tangannya.
"Selamat tidur," jawab Kurapika dengan senyum manisnya.
Kurapika membuka pintu kamarnya lalu masuk ke dalam. Keadaan kamar itu cukup gelap, karena Kurapika sama sekali belum menyalakan satu pun lampu di situ. Yang ada hanya cahaya yang masuk dari luar jendela. Ia bersandar sejenak di balik pintu dan menghela napas berat.
Di luar, angin bertiup dengan kencang. Hujan turun sangat lebat malam ini. Jendela kamar yang terbuka membawa air hujan masuk ke dalam kamar membasahi lantai.
Kurapika melangkah menuju jendela dan menutupnya. Ia menatap jauh ke luar sana.
Sudah dua minggu berlalu, ucapnya dalam hati. Ke mana dia? Apakah aku hanya diperdaya saja olehnya? Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, lalu dia pergi meninggalkanku begitu saja?
Kurapika segera membuka pakaiannya. Baru saja ia mengambil baju tidur dari lemari, Kurapika merasakan kehadiran seseorang yang sudah ia kenal dengan baik.
Trek!
Seseorang menyalakan lampu tidur di atas meja kecil sebelah tempat tidur Kurapika.
Kurapika segera membalikkan badan sambil tetap memegangi baju tidurnya.
Tampak Kuroro duduk di atas tempat tidur sambil menumpangkan kakinya dan tersenyum pada gadis itu. Ia mengenakan pakaian dan jaket panjang serba hitam seperti biasa.
Kurapika terkejut, matanya berkaca-kaca seolah tak percaya atas apa yang sedang dilihatnya. Namun beberapa detik kemudian ia terlihat marah. Semburat warna kemerahan mulai nampak di mata biru gadis itu.
"K-kau!" ucapnya dengan suara berbisik, khawatir terdengar oleh teman-temannya. Sekarang matanya sudah benar-benar berubah warna menjadi warna merah yang mengagumkan.
Kuroro turun dari tempat tidur dan menghampiri Kurapika. Ia menatap mata gadis itu dan mengagumi keindahannya dalam hati.
Saat tangan Kuroro terulur hendak memeluknya, Kurapika segera melangkah mundur.
"Sudah dua minggu," Kurapika berkata.
Kuroro tersenyum. "Ya…sudah dua minggu sejak saat itu."
"Dua minggu berlalu tanpa ada kabar sedikitpun! Kau tahu apa yang aku pikirkan?"
"Aku baru saja selesai dari misi bersama kelompokku di negara lain, lalu aku langsung ke sini untuk menemuimu."
Kurapika menatap Kuroro dengan pandangan menyelidik, tapi ia tak bergeming dari tempatnya berdiri.
"Maafkan aku," akhirnya Kuroro berkata. Ia mendekati Kurapika lagi dan segera memeluknya.
"Uhh…lepaskan aku! Kuroro!" Kurapika meronta. Baju yang dipegangnya terjatuh ke lantai.
Kuroro tidak menggubris penolakan Kurapika. Ia memeluk kekasihnya semakin erat, mengangkat dagu gadis itu dan menciumnya begitu lama…hingga Kurapika pun menyerah dalam pelukannya.
.
.
Kuroro menggeliat lemah. Ia membuka matanya. Setelah sadar sepenuhnya, Kuroro melihat jam digital yang ada di sebelahnya. Waktu menunjukkan pukul 03.17.
Suasana dini hari itu sangat sepi. Hujan sudah reda, meninggalkan rasa dingin yang menyelimuti tubuh.
Kuroro menoleh ke sebelah kirinya. Tampak Kurapika sedang tidur nyenyak dengan wajah yang damai.
Kuroro mengangkat tubuhnya sedikit dan bertumpu pada siku kirinya, lalu menatap wajah lembut Kurapika…mengingat setiap keindahan yang ada pada diri gadis itu dan baru dapat ia nikmati lagi beberapa jam yang lalu.
Tiba-tiba Kurapika bergerak.
"Nghh…Kuroro…," ia mengigau. Kurapika pun bergeser mendekati Kuroro dan meletakkan tangan kirinya di dada bidang pria itu.
Kuroro tertegun. Baru kali ini ia mengetahui, saat mendengar orang yang kau cintai menyebut namamu dalam tidurnya yang penuh dengan kedamaian, rasanya sangat membahagiakan.
Kuroro menundukkan kepalanya lalu mengecup pelipis Kurapika.
"Terimakasih…," bisiknya.
.
& Skip Time &
.
"Ah…Kurapika, kau mau ke mana?" Tanya Leorio melihat Kurapika sudah bersiap untuk pergi. Saat ini mereka bersama Gon dan Killua baru saja sampai di bandara suatu kota untuk menjalankan misi baru dari Perkumpulan Hunter.
"Kalian pergilah duluan," jawab Kurapika. "Ada sesuatu yang harus aku urus terlebih dahulu. Nanti aku menyusul ke hotel. Titip tasku ya!"
Kurapika segera berbalik dan melangkah pergi.
"Hei! Tunggu dulu!" Leorio berseru. Namun Kurapika tidak menoleh sama sekali. "Kenapa sih? Sepertinya dia terburu-buru sekali!"
"Sudahlah…Kurapika 'kan kadang begitu. Mungkin memang ada hal penting yang harus segera diurus olehnya," Gon menenangkan.
"Alasan sedangkal itu?" komentar Killua sambil melirik Gon dengan dingin.
"Kenapa, Killua? Apa aku sudah mengatakan sesuatu yang salah?"
"Ah…sudahlah! Ayo kita pergi, aku capek!"
.
.
Kurapika menahan napas saat tiba-tiba sepasang tangan yang kuat meraihnya dari belakang.
"Kuroro!" Kurapika berkata setelah ia mengetahui siapa pemilik tangan itu. Kuroro memeluk Kurapika dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu gadis itu.
"Lama sekali," Kuroro mengeluh sambil melirik kekasihnya.
"Pesawatnya delay…aku berusaha memberitahumu tapi kau sulit sekali dihubungi!"
"Oh ya…maaf, aku lupa menyalakan ponselku kembali."
Tiba-tiba Kuroro menggendong tubuh Kurapika.
"Ah! Apa yang kau lakukan?" kata Kurapika terkejut.
Kuroro tidak menjawab. Ia hanya tersenyum lalu segera berlari dengan sangat cepat.
"Kuroro, kau akan membawaku ke mana?"
Kuroro berlari menuju pusat kota. Dengan Kurapika berada dalam pelukannya, ia melompati atap gedung-gedung bertingkat yang ada di sana. Kurapika merasa sedikit ketakutan, ia memeluk leher Kuroro dengan erat.
Akhirnya mereka sampai di atap gedung yang paling tinggi. Terdapat taman di atap gedung itu.
Kuroro menurunkan Kurapika, lalu ia berbaring di atas rumput dengan santai. Kurapika menatapnya bingung.
"Apa lagi yang kau tunggu? Kemarilah," kata Kuroro sambil meraih tangan Kurapika.
Kurapika menurut. Ia pun berbaring di samping Kuroro. Matanya membelalak terkejut saat menatap langit. Bintang-bintang bertaburan di langit malam, bersinar begitu terang.
"Wahh…hebat, indah sekali!" ucapnya takjub.
Kuroro tersenyum melihat mata berbinar gadis itu. "Ya…seolah hanya ada kita berdua di dunia ini," tambahnya.
Kurapika menggenggam tangan Kuroro yang ada di sebelahnya sambil terus menatap langit.
Tiba-tiba ada bintang jatuh. Kurapika memejamkan mata sejenak…mengucapkan sesuatu dalam hatinya.
Kuroro menoleh memandang gadis itu.
"Jangan bilang kau adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mempercayai mitos itu," katanya sambil berusaha menahan tawa.
Kurapika merengut dan membuka matanya. "Biar saja! Memangnya kenapa kalau aku percaya?"
"Hmm…jadi apa yang kau pinta pada bintang jatuh itu?"
"Tentu saja itu rahasia! Kalau aku katakan, nanti tidak akan terkabul!"
Kuroro tertawa lepas. Hanya pada Kurapika lah ia mampu menunjukkan emosi yang sebenarnya sebagai seorang manusia.
"Jangan menertawakan aku seperti itu!" protes Kurapika sambil memukul lengan Kuroro. Tiba-tiba Kuroro menangkap tangan itu dan menolak untuk melepasnya saat Kurapika ingin menarik tangannya kembali.
Kuroro menatap Kurapika. Mata biru gadis itu…sewarna dengan birunya samudera, membuat hati Kuroro tenggelam di dalamnya. Dengan pipi yang merona, Kurapika terdiam. Perlahan Kuroro mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir lembut Kurapika. Kurapika pun membalasnya.
"Jika teman-temanmu…dan para anak buahku sudah dapat menerima semuanya…," tiba-tiba Kuroro berkata. "Kurapika, maukah kau tinggal bersamaku?"
"Tentu saja," jawab Kurapika sambil membelai wajah kekasihnya.
Kuroro menciumi bibir Kurapika sekali lagi. Saat tangan pria itu bergerak ke bawah hendak membuka kancing baju Kurapika, ia segera menahannya. Ada rasa takut terlihat di mata gadis itu.
Kuroro terkekeh geli. "Gedung ini ditutup saat malam hari, Kurapika. Tenang saja…tidak akan ada siapapun datang kemari."
.
& Skip Time &
.
Gon mengambil beberapa buah piring dan meletakannya dengan rapi di atas meja makan, sementara Leorio baru saja selesai menyiapkan makanan untuk makan siang mereka bersama.
Terdengar suara langkah kaki. Tampak Killua dengan raut wajah tanpa ekspresi.
"Lho, Killua? Kenapa kau sendirian? Mana Kurapika?" tanya Gon heran.
"Dia tidak ada," jawab Killua.
Leorio tertawa geli. "Mungkin dia sedang di kamar mandi. Perempuan 'kan biasanya senang berlama-lama di kamar mandi!"
"Di situ juga tidak ada."
Leorio mengeluarkan ponselnya.
"Lupakan saja. Aku juga sudah mencoba untuk meneleponnya, tapi ponselnya tidak aktif!"
Gon dan Leorio terdiam.
"Lho, jadi dia ke mana?" Leorio bertanya-tanya sambil menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana. "Tidak seperti Kurapika yang biasanya!"
"Tidak seperti Kurapika yang biasanya katamu?" Killua mengulang. "Sadarlah! Akhir-akhir ini dia jadi begitu."
Gon meletakkan makanan yang sudah disiapkan Leorio di tengah-tengah meja makan.
"Mungkin Kurapika sedang ada perlu dulu," katanya optimis. "Dia begitu terburu-buru sampai tak sempat memberitahu kita. Kurapika pasti akan kembali. Ayo, kita makan saja lebih dulu!"
"Baiklah…nanti akan kusimpan makanan bagiannya," ucap Leorio.
Mereka bertiga pun duduk mengelilingi meja makan dan mulai menyantap makan siangnya. Killua memperhatikan wajah kedua temannya satu-persatu.
"Kalian ini…" Killua berkata sambil meletakkan sendoknya. "Yang satu terlalu polos, lalu yang lainnya lagi…sudah tua tapi tidak dapat diandalkan!"
Leorio langsung tersedak mendengar ucapan bocah itu.
"H-hei! Enak saja! Siapa yang kau bilang sudah tua hah! Umurku masih 20-an!" sanggah Leorio sambil terbatuk-batuk.
Gon menatap sahabatnya. "Memangnya aku aneh ya Killua? Maaf…"
Killua menghela napas berat.
"Apakah kalian sama sekali tidak menyadari, sekarang Kurapika sudah berubah?"
"Maksudnya?" tanya Gon tak mengerti.
"Dia sering tiba-tiba pergi, menghilang entah ke mana. Dia pun tiba-tiba saja berhenti memburu Gen'ei Ryodan!"
"Lalu apa yang salah dengan itu? Ngg…justru yang aku lihat, sekarang Kurapika lebih menikmati hidupnya!"
"Mungkin Kurapika sudah memaafkan mereka?" tambah Leorio.
"Semudah itu?" Killua bertanya pada teman-temannya.
Gon dan Leorio terdiam.
"Kita harus mengikutinya pergi."
"Hyaaa….yang benar saja!" kata Leorio sambil menyeringai ngeri. "Mengikuti gadis dengan sifat emosional seperti Kurapika? Nanti kalau dia tahu bagaimana? Maaf saja, aku menolak! Aku sudah sering menjadi korbannya!"
"Killua, dia teman kita," Gon menambahkan. "Bagaimana perasaanmu kalau temanmu sendiri menyelidikimu diam-diam seperti itu? Kita langsung tanyakan saja padanya!"
"Apakah menurutmu Kurapika tipe orang yang dapat dengan mudah berterus-terang? Apalagi ditambah dengan sikapnya yang sekarang seperti ini!" ucap Killua tak mau kalah. "Kuperhatikan, ini sudah berlangsung selama dua bulan lebih. Apakah selama itu dia memberitahu kita sebagai temannya?"
"Tapi—"
"Baiklah, sudah diputuskan! Kita akan menyelidiki apa yang sedang disembunyikan Kurapika!"
.
.
Shalnark menatap jam di tepi layar laptopnya. Entah sudah berapa kali ia melirik jam itu.
"Danchou terlambat lagi," kata Feitan.
Shizuku membetulkan letak kacamata di wajahnya. "Apa? Danchou sedang ada acara?"
"Akhir-akhir ini Danchou sering terlambat," kata Machi tanpa menghiraukan pertanyaan Shizuku. "Pasti ada sesuatu."
"Benarkah?" ucap Nobunaga sambil membelalakkan matanya karena terkejut.
"Hm…itu hanya firasatku saja."
Sesuatu yang salah sedang terjadi, batin Machi.
"Apakah Danchou terlibat permasalahan lagi dengan gadis Si Pengguna Rantai itu?" tanya Phinx.
Shalnark mengalihkan pandangannya dari layar laptop lalu memandang teman-temannya. "Kukira tidak. Aku sempat mengusulkan agar Danchou mencuri kemampuan Si Pengguna Rantai, tapi Danchou tidak menanggapinya sama sekali."
"Mungkin…di antara mereka ada perjanjian baru?" kata Hisoka sambil meletakkan kartu terakhir di piramida kartu yang tengah dibuatnya.
Semuanya terdiam.
"Ini benar-benar aneh," Bonorefu bergumam. Di sebelahnya, Coltopi tampak mengedipkan mata lebih sering dari biasanya.
"Shalnark, kau ikuti Danchou!" Feitan mengusulkan.
"A-apa? Tidak, aku tidak mau!" jawab Shalnark segera. "Kenapa harus aku? Aku masih ingin hidup!"
"Atau kau ciptakan suatu alat yang dapat mendeteksi keberadaan Danchou dan apa yang sedang ia lakukan!"
Shalnark tak menjawab. Tentu bukan hal sulit baginya untuk membuat alat yang dimaksud Feitan, tapi jika Kuroro tahu…Shalnark tak berani membayangkannya.
"Menurutku…kita ikuti saja Si Pengguna Rantai," tiba-tiba Machi berkata.
"Memangnya kau yakin dia ada hubungannya dengan Danchou?" tanya Feitan sinis.
"Seperti yang kubilang tadi, hanya firasatku saja."
Pembicaraan terhenti saat tiba-tiba para anggota Gen'ei Ryodan merasakan Nen pemimpin mereka.
"Apa aku melewatkan sesuatu?" tanya Kuroro setibanya di dalam ruangan.
Semuanya merasa heran melihat penampilan Kuroro dengan rambut yang jatuh menutupi kening. Bila bersama mereka, tidak biasanya Kuroro berpenampilan seperti itu.
"Tidak ada yang mau menjawab?" tanya Kuroro lagi.
"T-tidak, kok! Tidak ada apa-apa!" Shalnark segera menjawab. "Selamat datang, Danchou!"
Kuroro yang biasanya, tidak akan puas dengan jawaban seadanya seperti itu. Namun kali ini ia memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Kuroro melangkah menuju tempatnya dan duduk di sana.
"Kita langsung bicarakan saja strategi untuk misi selanjutnya."
Semua mata tertuju pada pria itu. Ada keanehan lain terlihat di wajah tampannya. Masih dengan penampilan khas a la Danchou—tentu saja selain gaya rambutnya yang berbeda—jelas sekali bahwa wajah Kuroro terlihat berseri-seri.
Dengan sendirinya, para anggota Gen'ei Ryodan masing-masing berjanji dalam hati untuk melaksanakan rencana yang telah mereka bicarakan sebelumnya.
TBC
NEXT :
Penyelidikan dimulai…apa yang akan dilakukan Gon cs dan gen'ei Ryodan?
.
.
A/N :
Hyaaa… my first-published-multichapter fic! Apakah aku bisa? *garuk-garuk kepala*
R&R please…and you can give me some ideas too, hehe!
