Manik hitam kelam itu terpejam. Jemari mungilnya memijat pelan keningnya yang terasa sakit. Telinganya berdengung karena sedari tadi terus mendengar bentakan-bentakan yang berasal dari seorang yeoja paruh baya di depannya.

"Ck. Sudahlah, Eomoni. Aku baru berumur dua puluh enam tahun. Belum waktunya untuk mencari seorang permaisuri." ucapnya dengan tenang.

"Belum waktunya? Kau pikir kau ingin mempunyai putra pada usia berapa? Empat puluh tahun?!" bentak yeoja itu lagi.

"Lagipula Abeoji masih memerintah kan? Tidak begitu penting bagiku untuk berpermaisuri."

"Ya! Kim Yesung! Abeoji mu itu memang masih memerintah, kini. Tapi cepat atau lambat, kau akan menggantikan posisinya itu. Dan aku juga mengingikan seorang cucu!"

Namja bernama Kim Yesung itu berdecak meremehkan membuat yeoja di depannya -yang notabene ratu kerajaan sekaligus Eomoni nya- melotot marah.

"Harus, Yesung! Kau harus menemukan permaisuri pilihanmu. Eomoni lelah mencarikan calon untukmu! Kenapa? Karena mereka selalu kau tolak!" bentaknya dengan dada yang naik turun tak beraturan. Ia emosi tentu saja.

Yesung menghela napas lelah. "Aku menolaknya karena mereka memang bukan tipeku."

"Lalu yang seperti apa tipemu itu?! Biar Eomoni carikan!" yeoja itu menggebrak meja yang membatasi mereka berdua. Gemas rasanya jika harus berhadapan dengan anaknya itu.

Sementara itu, dengan watados dan santainya, Yesung terdiam seraya menyeruput segelas kecil teh melati. Terus diam tanpa berniat membalas ucapan Eomoni nya tadi. Tak memperhatikan sang Eomoni yang sejatinya tengah menanti-nanti jawabannya. Hingga yeoja paruh baya itu makin mengeraskan raut wajahnya.

Sang ratu menggeram tertahan. Ia bangkit dan bersiap untuk pergi. Namun sebelum ia benar-benar beranjak, ia masih menyempatkan diri untuk berkata pada anaknya, "Jika dalam seminggu kau belum menemukan permaisurimu, bersiaplah menikahi puteri kerajaan sebelah!"

Yesung menyemburkan teh melati yang tengah diminumnya. Tak elit untuk pangeran sepertinya melakukan itu, tapi sungguh semua itu adalah reflek. Menyeka bibirnya menggunakan punggung tangan, kemudian menatap Eomoni nya shok. Hendak melayangkan ucapan protes tapi Eomoni nya itu sudah lebih dahulu keluar dari kamarnya.

Yesung mendengus kesal. Tangannya bergerak mengacak-acak surai hitamnya. Frustasi? Yeah. Memangnya apalagi yang lebih penting dari pasangan hidup?

Um sebenarnya jika hanya untuk kepentingan kerajaan tak apa jika tidak saling mencintai. Tapi jika tidak ada cinta maka sikap pun akan terasa kaku. Kalau hal itu benar-benar terjadi, Yesung sih terima-terima saja. Ia mau menikah dengan siapa saja. Tapi hanya sebatas upacara sakral.

Apa yang membuat Yesung menolak mentah-mentah menikah dengan puteri pilihan orang tuanya? Geez, kalau boleh jujur, ia menolak karena ia akan merasa jijik nantinya saat 'menyentuh' sang puteri pilihan orang tua. Mengenal saja tidak bagaimana bisa mau menyentuh.

"Permaisuri ne? Di mana aku bisa mendapatkan permaisuri?" ujarnya sambil mengusap dagu, berpikir mungkin.

Yah, setelah berpikir keras, pangeran itu mengendikkan bahu tak peduli. Toh jika ia menihahpun, dampak buruknya akan kembali kepada kedua orang tuanya.

Kenapa? Karena jika mereka berdua tetap menikahkannya dengan puteri kerajaan 'sebelah', kerajaannya ini akan sulit mendapatkan putera mahkota. Tidak ada putera mahkota, tidak ada penerus selanjutnya. Resiko memaksakan kehendak kepada Pangeran Kim Yesung, haha!

.

.

_`Evanescence`_

.

by : Denies Kim

.

Disclaimer : Semua anggota dalam fict ini milik tuhan dan kedua orang tuanya. Saya hanya meminjam nama, dan untuk keseluruhan isi cerita milik saya seutuhnya.

.

Warning : Yaoi, BL, Boys Love, Typo(s), bahasa aneh, alur terlalu lambat/terlalu cepat, membosankan, OOC, dll.

.

Summary : Seorang pangeran yang tengah memasuki usia matang, dipaksa untuk menikah. Sementara pengeran itu sendiri mempunyai prinsip yang aneh. Bagaimana jika akhirnya ia menemukan permaisuri pilihanya? Dan bagimana juga kehidupan yang akan mereka jalani?

.

Chapter 1 : Looking for a mate

.

.

~Selamat Membaca~

Derap langkah kaki kuda terdengar di antara bisingnya sebuah pasar. Pangeran Yesung menunggang kuda dengan santainya sambil menatap kesana-kemari. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya yang sangat tampan. Ia senang melihat para rakyat bahagia dan makmur, tentu saja karena di bawah kekuasaan sang Abeoji, hehe.

"Ini dia, empat mangkuk ramyun."

Yesung menghentikan langkah kudanya, ketika mendengar suara lembut tak jauh darinya. Lengkungan indah semakin merekah di wajahnya. Setelah turun dari kudanya, menyerahkan tali yang mengendalikan kuda kepada prajurit di dekatnya, Yesung melangkah pelan mendekati toko ramyun di seberang.

Toko yang ramai pelanggan itu terdiri dari beberapa meja di luar ruangan dan di dalam ruangan. Yesung memutuskan untuk masuk. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang menghentikan makannya, hanya untuk mengeluarkan ekspresi kaget.

"Itu dia." ujarnya sembari melangkah mendekati seorang namja berambut hitam yang memunggunginya, sedang menaruh mangkuk ramyun ke atas meja.

"Annyeong!" Yesung berucap di belakang namja itu.

Sang namja merespon dengan membalik tubuh dan menatapnya terkejut. "Pangeran..." ujarnya lirih. Kedua tangannya reflek memeluk nampan kayu yang di takut sekarang. Apakah ia lupa membayar upeti? Sampai pangeran kerajaan datang untuk menangkapnya?

"Siapa namamu?" tak terduga. Sang pangera malah menanyakan namanya. Cukup membuat ketakutannya 'sedikit' berkurang.

Meneguk ludah susah payah, namja itu menjawab dengan pelan, "Nama saya Cho S-Sungmin."

Yesung ber-oh ria. "Kau pemilik toko ini?" Sungmin menggeleng kaku.

Pangeran Yesung mengangguk-angguk. Basa-basinya itu benar-benar aneh. Jelas-jelas Sungmin memakai celemek dan mengantar pesanan tadi.

"Jadi, sudah bersuami? Punya anak berapa?"

"Ne?!" Sungmin menatap Yesung terkejut. Apa-apaan pangeran itu. Tadi sudah bertanya namanya, dan sekarang bertanya kehidupan pribadi? Dan kenapa tadi bertanya apakah ia bersuami? Apa sangat terlihat, tampangnya seperti penyuka sesama jenis?

Akan tetapi basa-basi pangeran itu bukan tak beralasan. Pangeran Yesung punya ketertarikannya sendiri. Meskipun wajahnya menghadap Sungmin dan mulutnya berkata pada namja manis itu, matanya tidak demikian. Matanya lebih fokus ke arah dapur di belakang Sungmin.

Pembatas antara dapur dan ruangan tempat Yesung berdiri hanyalah sebuah kaca bening. Yang membuat Yesung mampu melihat segala hal yang dilakukan oleh seorang namja manis yang ada di dalam sana.

"Sa-saya baru saja menikah dua bulan yang lalu, um... Kenapa, Pangeran?"

Yesung mengangguk sok mengerti, padahal semua fokus matanya hanya untuk namja manis di dalam dapur. "Pengantin baru, hm?"

Sungmin menatap Yesung aneh dengan mulut yang sedikit terbuka. Ia berpikir, pangeran kerajaannya ini apa terlalu banyak minum arak hingga membuatnya aneh begini? Ataukah mungkin terlalu banyak masalah hingga membuatnya depresi?

Sungmin memicingkan mata, kemudian mengikuti arah pandang Yesung. Ia mengerutkan keningnya, saat matanya menangkap apa yang dilihat Yesung sedari tadi, lalu beralih menatap Yesung lagi. Ia melakukan itu terus sampai beberapa kali.

"Pangeran." Sungmin mencoba mengalihkan perhatian Yesung.

"Pangeran!" panggil Sungmin lagi. Tapi tak ada respon. Sungmin menggeram tertahan. Ia bukan kesal karena Yesung mengacuhkannya, bukan. Akan tetapi karena sepasang mata hitam itu terus saja memandangi namdongsaengnya yang tengah memasak.

"Pangeran-"

"Sungmin-ah!" keduanya terkejut, saling memandang satu sama lain lalu beralih menatap namja berkulit pucat yang memanggil nama Sungmin tadi. Yang membuat Sungmin heran, kenapa saat Sungmin memanggil Yesung, tidak ada respon. Tapi saat namanya yang dipanggil, Yesung malah tersentak. Aneh.

"Ah, Pangeran Yesung." namja itu membungkuk hormat di hadapan Yesung.

"Dia um.. 'suami' saya, Cho Kyuhyun." ucap Sungmin untuk menghentikan tatapan penasaran Yesung.

Kyuhyun tersenyum kecil kemudian menatap Sungmin dengan raut yang sulit diartikan. "Sungmin-ah..."

Namja manis itu mengangkat kedua alisnya. Ia menajamkan pendengarannya ketika Kyuhyun membisikkan sesuatu.

Yesung sendiri hanya memperhatikan saja. Ia tetap diam bahkan ketika Sungmin tiba-tiba melotot kaget.

"Bagaimana bisa? Ini bahkan baru bulan kedua."

"Aku tidak tahu."

"Bukankah kita sudah membayar setengahnya? Dan batasnya diperpanjang sampai empat bulan lagi kan?"

"Ne, aku juga sempat bingung. Tadi dia mengancam akan mengambil Wookie hyung jika kita tidak membayar."

"Ada masalah apa?"

Sungmin dan Kyuhyun menghentikan pembicaraannya, ketika satu suara menyela.

"Sepertinya kita jangan membicarakan itu di sini, Min-ah." kata Kyuhyun setengah berbisik pada Sungmin.

Sungmin mengangguk paham. "Gurae."

Sungmin tersenyum pada Yesung yang masih memandanginya. "Um, Pangeran. Jeosonghamnida, kami harus membicarakan sesuatu. Permisi." Sungmin dan Kyuhyun membungkuk hormat lalu berbalik hendak berlalu tapi tidak jadi karena Yesung memanggil.

"Ne?"

"Itu... i-itu.. Siapa namja yang ada di sana itu?" Yesung menunjuk dapur yang masih diisi seorang namja manis di sana.

"Ah, namanya Kim Ryeowook. Kenapa, Pangeran?" Yesung menggeleng lagi.

"Aniya, tidak apa."

Sungmin dan Kyuhyun berlalu pergi. Sementara Yesung masih berdiri di sana. Terus menatap namja manis di dapur dengan senyum menawannya. "Kim Ryeowook, ne? Baiklah."

:~Kim_Ryeowook~:

Hari selanjutnya, Yesung datang lagi. Kemana? Tentu saja ke toko ramyun tempat Ryeowook bekerja. Kini ia berniat tidak hanya berkunjung. Ia juga ingin merasakan ramyun buatan Ryeowook.

"Pangeran... datang lagi?" Yesung tersenyum pada namja di depannya. Ucapan Sungmin sedikit tidak sopan. Memang kenapa kalau pangeran sepertinya datang ke toko ramyun?

"Aku ingin makan ramyun di sini."

Sungmin mengangguk cepat. "Baik."

Yesung senyum-senyum sendiri sambil menunggu. Dengan bertopang dagu, ia menatap Ryeowook dengan pandangan penuh cinta. Eh?

Benar, ia jatuh hati pada namja manis berstatus 'pemasak' di toko ramyun. Ini baru bertama kali Yesung rasakan. Rasa bahagia yang membuncah hingga membuat senyumnya terukir terus.

Sepertinya Pangeran Yesung telah menemukan calon permaisuinya.

"Pangeran, ini ramyunnya. Jeosonghamnida jika sangat sederhana." Huh? Ramyun pesanannya sudah datang? Cepat sekali.

Yesung mengibaskan tangannya tanda tidak apa-apa. Tapi ada satu kekurangan.

"Aku hanya ingin yang mengantar ramyun pesananku, namja yang ada di sana." Sungmin membulatkan matanya.

"Tapi, ini tinggal diletakkan di meja saja-"

"Andwaeyo."

Sungmin tersenyum kaku. Ia hanya bisa mengangguk. Tidak menurut bisa membuat kepalanya jadi taruhan. Ia pun melangkah menuju dapur. Melihat Ryeowook yang sedang menata ramyun di dalam mangkuk. Sungmin jadi merasa takut kalau namdongsaengnya itu kenapa-napa -jika ada di dekat Yesung.

"Sungmin hyung?" Sungmin tersentak dari lamunannya.

"Waeyo?" tanya namja manis itu lagi, Ryeowook.

Sungmin menggigit bibir bawahnya. "Pangeran Yesung datang." ucapnya.

"Ne, aku tahu itu. Apa ada masalah?" tanya Ryeowook sambil memasukkan helaian (?) ramyun ke dalam mangkuk menggunakan sumpit.

"Ano, umh.. Dia ingin kau yang mengantarnya."

"Eh?" Ryeowook benar benar terkejut, hampir saja sepasang sumpit di tanganya terjatuh. "Kenapa harus aku?"

Sungmin menggeleng tidak mengerti. Ia benar-benar tidak bisa memahami Pangeran Yesung. Tapi, mengetahui tingkah aneh pangeran itu kemarin, Sungmin jadi semakin takut.

"Baiklah, akan kuantar. Kau yang menggantikanku ne, hyung." Ryeowook mengambil nampan yang ada di atas tangan Sungmin. Memandang aneh hyung yang sejatinya adalah adik iparnya itu karena menganguk terlalu kaku.

"Jika terjadi sesuatu, berteriaklah. Hyung akan datang."

Ryeowook semakin dibuat bingung, namun ia hanya mengendikkan bahu lalu melangkah lagi menuju meja di mana pangeran Yesung berada.

"Ini, Pangeran Yesung."

Yesung mendongak menatap Ryeowook dengan senyum menawannya. Tapi, sepertinya tidak terlalu berpengaruh bagi Ryeowook. Karena namja manis 'incarannya' itu lebih memilih meletakkan mangkuk ke atas meja dan kemudian membungkuk hormat. Tak mengindahkan senyumannya.

Yesung merengut sebal, tangannya dengan sengaja menahan lengan Ryeowook yang hendak pergi. Ia tidak akan melepas namja manis itu. "Aku ingin kau menemaniku makan." ucapnya.

"Tapi, saya masih ada peker-"

"Ssttt... Duduk, ayo duduk." Yesung menunjuk bangku di depannya dengan dagu. Mengisyaratkan pada Ryeowook agar duduk di sana.

Ryeowook tidak memiliki pilihan lain.

Pada akhirnya Ryeowook duduk di sana. Ia benar-benar menemani Yesung makan. Tapi, di pandangi terus menerus oleh pangeran kerajaan membuatnya merasa risih.

"Ini ramyun buatanmu kan?" Ryeowook terpaksa harus menghadap ke depan. Ia mengangguk sebagai jawaban.

"Enak sekali." aigoo, ia sudah merasa iritasi hanya karena tatapan Yesung, dan baru saja Yesung mengerling padanya -menambah kadar iritasinya.

'Sungmin hyung benar. Pangeran bertingkah aneh.'

"Kim Ryeowook."

"Uh, ye?" Ryeowook mengangkat kedua alisnya.

"Kenapa memalingkan wajah terus?" Ryeowook tersentak kecil. "Tidak apa-apa, Pangeran." ia menjawab sambil menggelengkan kepalanya.

"Khusus untukmu, panggil aku hyung saja." ucap Yesung dengan alis yang bergerak naik turun. Membuat Ryeowook membuka mulutnya.

Kemudian Ryeowook menggeleng tegas. "Tidak bisa, Pangeran. Tidak bisa seperti itu."

"Kenapa tidak bisa? Aku sendiri yang memintanya kan?" ucap Yesung seraya mengerutkan kening. "Sekarang, sebut namaku." lanjutnya.

Ryeowook mengerjapkan mata. Mulutnya terbuka bersiap memanggil nama namja di depannya. "Um, Pangeran Kim Yesung."

"Aish! Sebut namaku sesuai yang kuperintahkan!" Yesung mendekatkan wajahnya membuat Ryeowook merona. Ditatap sebegitu dekatnya oleh pangeran tampan, membuat jantungnya serasa meloncat keluar.

Ryeowook memalingkan muka lalu menghela napas, mencoba menghilangkan kegugupannya. "Pangeran Kim Yesung hyung." ujarnya lirih.

Tapi Yesung mendengarnya. Ia menatap Ryeowook tajam. "Apa harus kucium dulu, baru kau mau menuruti perintahku?"

Wajah Ryeowook makin merona saja. Ucapan pangeran di depannya itu benar-benar frontal. Meneguk salivanya, kemudian ia menjawab, "Yesung hyung~"

Yesung tersenyum menawan. Kembali lagi seperti ekspresi sebelumnya, tatapan penuh cinta. "Bagus. Cha~ Buka mulutmu.. Aaaa~" Yesung menyodorkan ramyun yang diapit dengan sumpit ke depan mulut Ryeowook.

"Pangeran..." Ryeowook memanggil lirih. Berusaha menyadarkan pada pangeran itu kalau semua yang dilakukanya ini salah.

"Wae? Kau tidak mau?" Ryeowook menatap sekitarnya. Yang ia lihat, semua orang menatap ke arah mejanya.

"Tidak, maksud saya... hanya saja ini tidak patut dilakukan oleh seorang pangeran seperti anda. Rakyat bisa berpikir yang tidak-tidak."

Yesung terkekeh kecil. Ia memakan ramyun yang ditolak Ryeowook tadi. Mengunyahnya beberapa saat sambil terus menatap Ryeowook. Yang ditatapi tentu saja bingung. "Ryeowookie, kau tahu tidak?"

Ryeowook menggeleng. Tentu saja ia tidak tahu. Memangnya apa yang harus ia tahu?

"Pangeran Kim Yesung sedang mencari seorang permaisuri." Ryeowook mengangguk. Yang di maksud Pangeran Kim Yesung itu dirinya sendiri kan? Sigh~ tidak ada hubungannya antara perkataan pangeran itu dengannya.

"Dan pangeran itu sepertinya sudah menemukan calon permaisurinya." lanjut Yesung.

"Kau ingin tahu, siapa orang beruntung itu?"

Ryeowook sebenarnya ingin menggeleng, tapi hal itu terlalu beresiko. Mungkin saja Yesung langsung menghunuskan pedang kepadanya jika ia tidak menurut. Jadi, ia diam saja.

"Orang itu manis, pandai memasak ramyun, dan akan memerah wajahnya jika digoda." Ryeowook merasakan firasatnya mamburuk.

"Rambutnya pendek dan berwarna karamel, tubuhnya mungil hehe... sangat pas di dekapanku. Kau ingin tahu siapa orang itu?" Yesung memajukan wajahnya dan Ryeowook meneguk salivanya susah payah.

Yesung terkekeh palan saat dilihatnya Ryeowook yang tidak memalingkan wajah lagi darinya. "Orang itu, adalah namja manis di depanku."

Ryeowook membulatkan matanya. Kaget, tentu saja. Sebutir keringat dingin muncul di keningnya. "Pangeran sepertinya anda salah mencari permaisuri, seharusnya-"

"Kenapa? Apa calon permaisuriku tidak mau?" Yesung menatap Ryeowook datar membuat buliran-butiran keringat dingin itu semakin banyak saja.

"Saya tidak tahu." Ryeowook menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sebenarnya ia tidak ingin percaya diri, tapi kalau pangeran menyebut calon permaisuri itu ada di depannya maka tidak salah lagi. Calon permaisuri itu adalah dirinya.

"Kenapa? Kenapa kau tidak tahu?" ucap Yesung sembari mengangkat dagu Ryeowook. Mempertemukan lagi manik hitamnya dengan karamel itu.

"Apa maksud anda permaisuri itu adalah saya?"

Yesung menganggukan kepalanya. "Apa kau tidak mau menjadi permaisuriku?"

Ryeowook mengigit bibir bawahnya. "Saya namja pangeran."

"Ne, aku tahu." Yesung mengangguk.

"Saya bukan keturunan bangsawan, saya hanya rakyat biasa." ucap Ryeowook lagi.

"Lalu?"

"Saya hanya seorang pemasak ramyun."

"Hmm..."

"Jadi lebih baik anda menjadikan puteri kerajaan sebagai permaisuri anda."

Untuk pernyataan Ryeowook yang terakhir itu, Yesung tertawa lagi. Membuat Ryeowook menatap bingung kearahnya. "Kau ini seperti Eomoni ku saja."

Ryeowook masih memasang ekspresi bingungnya. "Eomoni ku sama sepertimu, dia menyuruhku untuk menikahi puteri kerajaan. Tapi aku tidak mau, ingin tahu alasannya?"

Ryeowook mengangguk. Entahlah sepertinya sekarang ia mulai tertarik dengan cerita kehidupan pangeran. Ini sebuah kesempatan, hanya orang beruntung sepertinya saja yang bisa mengetahui rahasia pangeran -jika dari kalangan rakyat biasa.

"Karena aku tidak mencintai mereka. Simple kan?" Pangeran Yesung tersenyum lagi.

"Sesederhana itu? Tapi, jika anda mencobanya, ada kemungkinan anda bisa mencintai puteri beruntung itu."

Yesung menggeleng. "Itu tidak mudah, karena aku sudah menyukai seseorang sekarang." ucapnya seraya mencolek dagu Ryeowook.

Ryeowook menundukkan kepalanya. "Hey~" pangilan itu terarah padanya. Ryeowook perlahan mengangkat kepalanya lagi.

"Apa kau ingin mendengar rahasiaku?"

Ini kali pertama Ryeowook melihat tatapan mata serius sang pangeran. Ia bergeming, sampai akhirnya berkata, "Apa tidak terlalu berbahaya untuk mengatakannya pada saya?"

"Anio. Ini juga demi kebaikan kita." Ryeowook mengerutkan kening ketidak mendengar kata 'kita' di akhir kalimat Yesung.

"Mendekat, aku akan membisikkannya." Ryeowook menurut saja. Ia mencondongkan tubuhnya. Yesung juga begitu, mendekatkan bibirnya pada daun telinga Ryeowook.

"Karena aku hanya bisa bercinta denganmu saja."

Mata Ryeowook membulat kaget. Ia menatap pangeran yang kini tersenyum itu dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kenapa?" tanyanya lirih. Ia butuh penjelasan.

Yesung mendekatkan wajahnya. "Karena aku hanya akan melakukan itu dengan orang yang kucintai saja." ucapnya.

Wajahnya semakin mendekat. Bibirnya bahkan hanya berjarak lima senti dari bibir merah muda di depannya. "Hanya kau yang bisa menyelamatkan kerajaan ini."

Ryeowook masih memaku diri. Ia terlalu terkejut. Bahkan ia baru sadar jika bibir Yesung sudah terlalu dekat dengan bibirnya. Ia memalingkan wajah.

Dan keinginan pangeran untuk mencium namja manis itu tidak terkabul. Namja manis itu langsung berdiri dan kemudian pergi begitu saja. Tanpa mengucap salam ataupun bungkukan hormat.

Yesung menjilat bibir bawahnya. Matanya terus menatap punggung Ryeowook yang semakin menjauh. "Bibir itu akan menjadi milikku. Dan semua yang ada di tubuhmu dan hatimu juga akan menjadi milikku."

Ia beranjak dari duduknya. "Kita akan bertemu lagi, Ryeowookie." dan kemudian ia benar-benar pergi, setelah membayar semangkuk ramyun yang ia makan tentunya.

:-Kim_Yesung-:

Yesung membuka pintu kamarnya. Tubuhnya pegal. Terlalu lama menunggang kuda membuat punggungnya terasa mau patah. Terlalu lelah, ia melangkah mendekati ranjangnya kemudian membaringkan tubuhnya di sana.

"Sudah kembali?"

Yesung tersentak. Ada suara di kamarnya. Hanya halusinasinya atau memang ada orang di kamarnya. Ia mendudukkan tubuh. Melirik ke belakang. Dan mendapati Eomoni nya tengah duduk di balik sebuah meja kecil. Yesung ternganga. Eomoni nya sudah berada di sana sedari tadi? Itu berarti ia melewati Eomoni nya.

"Eomoni, sejak kapan?" Yesung melangkah mendekati Eomoni nya dan duduk bersebrangan.

"Sejak tadi. Kau tidak melihat Eomoni, eoh?"

Yesung terkikik. "Sebenarnya ada apa, Eomoni? Kenapa datang ke kamarku?" tanya Yesung penasaran.

"Tentu saja untuk mengingatkanmu." balas yeoja itu. Kim Heechul namanya.

"Mengingatkanku tentang apa?"

Heechul tersenyum sadis. "Tentu saja tentang permaisurimu."

Yesung mencibir. Eomoni nya itu terus saja membicarakan permaisuri. Seperti tidak ada hal lain saja.

"Eomoni, kenapa semangat sekali menginginkan aku berpermaisuri?" tanya Yesung.

"Eomoni hanya ingin melihatmu menikah dan kemudian mempunyai anak. Yang akan menjadi putera mahkota." jawab Heechul.

"Itu jika anakku namja, bagaimana kalau yeoja?"

Heechul menatap Yesung garang. Yesung pun tersenyum kaku sambil mengusap tengkuknya.

Yeoja itu menghela napas. "Hanya tersisa 4 hari lagi, Yesung." ucapnya.

"Tenang saja, Eomoni. Aku sudah menemukan calon permaisuriku." ucap Yesung bersemangat sambil membayangkan wajah merona Ryeowook hari itu.

Heechul mengerutkan kening, "Siapa? Dari kerajaan mana?"

"Bukan keturunan bagsawan, Eomoni."

"Kenapa bukan keturunan bangsawan? Kau mau Abeoji dan para menteri menentangnya?"

"Sebelum mereka menentang, aku akan membunuh mereka terlebih dahulu."

Heechul menatap Yesung datar tanpa ekspresi. Yesung yang ditatap seperti itu hanya bisa terkekeh pelan.

"Aku bercanda. Mana mungkin aku bisa membunuh mereka." ucap Yesung.

"Ingat, hanya tersisa 4 hari lagi. Jika sampai hari H kau tidak bisa membawa permaisurimu itu ke kerajaan, bersiaplah menikahi puteri pilihan kami."

"Tenang, aku akan membawanya kemari, bahkan sebelum hari yang telah di tentukan Eomoni."

"Baiklah, Eomoni pergi sekarang. Kau istirahatlah." Heechul beranjak bangun kemudian melangkah keluar kamar Yesung.

Yesung termenung selepas kepergiannya. Ia hanya takut kalau Ryeowook sampai menolaknya. Ryeowook berbeda. Jika puteri lain ia lamar, pasti mau. Tapi Ryeowook tidak. Ryeowook itu special dan Yesung suka.

"Kuharap kata-kataku benar-benar terjadi."

:~Kim_Heechul~:

Yesung oh Yesung kenapa datang lagi?

Seperti itulah kira-kira yang dipikirkan Ryeowook dan Sungmin. Mereka bahkan sampai terheran-heran karena Pangeran Yesung terus saja datang tiap hari dan menyuruh Ryeowook menemaninya. Setiap kali Sungmin bertanya apa yang dibicarakan Ryeowook dan Yesung, Ryeowook selalu saja menggelengkan kepala. Yeah, ia tidak punya hak untuk memaksa Ryeowook.

Seperti hari ini. Terhitung sudah hari ini sebagai kali ke empat pangeran berambut hitam itu datang ke toko ramyunnya. Dan seperti biasa, meminta Ryeowook menemaninya.

"Wookie, bagaimana?" tanya Sungmin pada Ryeowook yang terlihat gelisah.

"Ukh, katakan saja aku sedang pergi, hyung." jawab Ryeowook sambil menggigit bibirnya. Semoga saja keputusannya benar. Membohongi pangeran adalah kesalahan, di mana letak kebenarannya?

"Kenapa kau tidak ingin bertemu denganku, Ryeowookie?"

Sungmin dan Ryeowook tersentak. Itu, suara yang familiar. Karena sudah beberapa kali terdengar di telinga mereka. Takut-takut, mereka menoleh ke arah pintu dapur dan mendapati tatapan tajam Pangeran Yesung, yang mengarah pada mereka berdua. Tidak, Sungmin rasa tatapan itu ditujukan hanya untuk Ryeowook.

"Kau jahat Ryeowookie! Kau menyakitiku!"

Lho? Ryeowook mengerutkan kening. Ia merasa sekarang pangeran sedang bersikap umm... kekanakan.

"Kalau kau memang tak ingin bertemu denganku, ya sudah!" Yesung melangkah lebar. Keluar dari toko bersama seorang namja manis yang entah mengapa mengikutinya.

"Pangeran! Pangeran! Tunggu!" Yesung menghentikan langkahnya. Lalu menatap Ryeowook dengan ekspresi kesal. Kedua tangannya pun bersedekap di depan dada.

"Apa?" ucap Yesung sengit.

Ryeowook menggigit bibir bawahnya. "Jeosonghamnida. Bukannya saya tidak ingin bertemu dengan anda, hanya saja..."

"Aku tidak ingin bicara denganmu."

Ryeowook meremas pahanya. Pangeran Yesung kenapa bisa semarah ini. Ia kan hanya melakukan yang seharusnya. Menjauhi Yesung demi kebaikan pangeran itu sendiri.

"Pangeran Yesung..."

"Jangan memanggilku seperti itu."

Ryeowook menghela napas. "Baiklah, Yesung hyung... Saya tidak bermaksud-"

"Gunakan bahasa informal!" Yesung menatap Ryeowook melalui lirikan tajamnya. Hingga Ryeowook hanya bisa memejamkan matanya menahan kesal. Pangeran selalu saja banyak keinginannya.

"Ne, Yesung hyung... A-aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah. Aku hanya ingin k-kau mendapatkan permaisuri yang layak." Ryeowook menghirup napasnya. Ia merasa sangat awkward. "Le-lebih baik k-kau menikahi puteri kerajaan saja. Jangan terus mengejarku."

Yesung melangkah mendekati Ryeowook. Menangkup kedua pipi putih itu hingga matanya bisa menatap keseluruhan wajah Ryeowook.

"Dengar, tidak ada yang bisa mengaturku dalam hal pribadi. Aku hanya ingin menikahimu, tidak ada puteri kerajaan manapun. Kau sudah mengetahui rahasiaku kan?"

Ryeowook menggigit bibir bawahnya. Semua orang menatap kearah mereka, berbisik-bisik hingga membuat Ryeowook merasa takut. Bagaimana jika raja mengetahui hal ini, apa ia akan di penjara di bawah tanah, ia tidak mau.

"Kita akan berjuang bersama, Ryeowookie." ucap Yesung seakan bisa membaca keresahan Ryeowook.

"Hyung..."

"Masa depan kerajaan ini ada di tanganmu, Ryeowookie." Ryeowook menatap ke dalam mata Yesung. Manik teduh yang terus saja menatapnya. "Kau akan menjadi orang yang jahat jika menolakku."

Ucapan-ucapan Yesung terus terngiang di kepalanya. Kenapa ia menjadi orang jahat, jika menolak? Justru pangeran yang jahat karena terlalu memaksanya.

Ia tersentak kecil ketika mengigat sesuatu yang penting yang sempat ia lupakan. "Yesung hyung, meskipun kau hanya bisa bercinta denganku, aku tetaplah seorang namja. Tidak akan bisa memberikanmu keturunan."

Ya, ia sempat melupakan itu. Namja tetaplah namja. Tidak akan bisa mengandung. Jadi, masa depan kerajaan tidak berada di tangannya. Dan ia tidak akan menjadi orang jahat walaupun menolak.

"Asalkan kau percaya padaku, dan kita saling percaya, aku yakin kita bisa menghasilkan keturunan."

Tidak, hanya berlandaskan kepercayaan tidak akan bisa menghasilkan keturunan. Ia hanya akan mengecewakan pangeran itu.

"Kumohon, Ryeowookie." Ryeowook memejamkan matanya. Ia merasakan hembusan napas Yesung mengenai bibirnya. Apa yang harus ia lakukan?

:-Prince_Yesung-:

"Kyunie, aku takut. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Wookie?" ucap Sungmin sembari menggigit kuku jarinya. Ia sedang gelisah. Saat Ryeowook berlari mengejar Yesung, ia memang tidak mengikuti kedua sejoli itu. Kyuhyun yang melarangnya. Namja berkulit pucat itu mengatakan jika Ryeowook bisa menyelesaikan sendiri masalahnya dengan pangeran.

Namun, dampak buruknya ada padanya. Ia jadi gelisah dan takut seperti ini.

"Tenang, Ming. Pangeran Yesung pasti tidak akan melakukan apapun pada uri Ryeowookie." Kyuhyun berusaha menenangkan Sungmin dengan mengusap punggungnya.

"Tapi, kau lihat sendiri kan? Pangeran tertarik pada Wookie. Bagaimana jika dia mengambilnya dari kita dan menjauhkannya dari kita?" Sungmin menggigit bibir bawahnya, ia tengah menahan tangis.

"Itu lebih baik. Ryeowook hyung lebih baik tinggal di kerajaan sebagai permaisuri Pangeran Yesung. Aku tidak bisa melihatnya dibawa Kang ahjumma dan dijadikan budak. Aku tidak bisa, Ming." Kyuhyun memeluk Sungmin erat. Sebenarnya ia juga tidak bisa melepas Ryeowook. Kehidupan kerajaan sama sekali tidak sesuai dengan Ryeowook.

"Hiks... Kyuhyun..." Sungmin memeluk Kyuhyun lebih erat dan menenggelamkan wajahnya pada dada sang suami. Ini keputusan berat. Tapi Ryeowook memang tidak bisa hidup bersama mereka lagi.

"Tuan Cho! Hyungmu sedang berciuman dengan Pangeran Yesung di luar!"

Sungmin dan Kyuhyun melepaskan pelukan mereka lalu menatap seorang namja pembawa berita yang merupakan langganannya. Saling bertatapan kemudian berlari keluar toko.

Mata Sungmin terbelalak kaget saat disuguhi adegan tak senonoh di keramaian seperti ini. Ryeowook yang terlibat. Ryeowook yang hanya berdiam diri walaupun Pangeran Yesung sedang menciumnya. Ryeowook yang tidak bisa memberontak. Dan Ryeowook yang membuat Sungmin menitikkan air mata.

Ryeowook baru saja sadar jika perbuatannya salah. Saat matanya terbuka dan mendapati Sungmin yang menangis. Ia mendorong bahu Yesung kuat. Dan segera menghampiri Sungmin lalu memeluknya.

"Mianhae, hyung, mianhae. Jangan menangis."

Yesung menyeka bibirnya dan melangkah mendekati Sungmin dan Ryeowok. Matanya menatap sekilas Kyuhyun yang berdiri di belakang dua namja manis itu.

"Tidak apa-apa, Wookie... Aku hanya hiks.. takut terjadi sesuatu padamu-"

"Sungmin hyung takut kau meninggalkannya, Ryeowook hyung. Itu yang ada di hatinya." sela Kyuhyun dengan cepat.

Yesung berdehem. "Dia tidak akan meninggalkanmu, Sungmin-ssi. Kami akan sering berkunjung."

Ryeowook memicingkan matanya. "Kenapa kau percaya diri sekali, aku belum mengatakan kalau aku mau menjadi permaisurimu."

Yesung berdecak. "Bahkan kita sudah berciuman di depan umum. Apa yang akan dikatakan raja jika mengetahui aku tidak menikahimu!"

"Aku tidak peduli!"

Kyuhyun dan Sungmin serta masyarakat yang menonton hanya bisa terbengong-bengong. Karena ucapan Ryeowook yang kelewat tidak sopan itu.

"Pangeran Yesung."

Yesung mengalihkan tatapannya kearah Kyuhyun yang tadi memanggilnya. "Ne?"

"Tolong bawalah Ryeowook hyung."

"Apa?! Kyuhyun, apa maksudmu?!" Ryeowook berteriak marah. Sungmin makin menangis saja.

"Tolong bawa Ryeowook hyung. Dia tidak aman berada di sini."

"Kyuhyun jangan berkata semaumu!" Ryeowook berdiri. Ia memberikan tatapan sengitnya kepada Kyuhyun.

"Kyuhyun benar, Wookie."

Ryeowook terkejut. Ia bersimpuh lagi di depan Sungmin. "Kenapa kau bicara seperti itu, hyung?"

Sungmin tersenyum paksa. "Ada orang yang akan membawamu pergi jika kau masih berada di sini."

Saat Ryeowook ingin bertanya kenapa, ia mengurungkan niatnya. Ia kasihan pada Sungmin. Dan jika hyungnya itu menyuruhnya demikian, maka ia akan menurut.

"Baiklah." Ryeowook menatap teduh namja di depannya. "Apapun keinginanmu, aku akan menurut, hyung."

"Gomawo, Wookie." Ryeowook menganggukkan kepala lalu memeluk Sungmin tak kalah eratnya.

Yesung melirik ke arah keramaian yang perlahan dibelah oleh seorang prajurit bersama kuda yang dituntunnya. Itu kuda putihnya. Yang akan membawa dirinya dan Ryeowook ke kerajaan.

Yesung berdehem lagi, untuk mengalihkan perhatian dua namja manis yang masih berpelukan erat.

"Ryeowookie, kajja kita berangkat."

Ryeowook mengernyit bingung. Apakah kalau ia menerima pangeran Yesung, berarti ia langsung tinggal di kerajaan juga?

"Aku akan mengenalkan mereka padamu." Yesung mengulurkan tangannya yang disambut ragu-ragu oleh calon permaisurinya.

"Aku hanya akan mengenalkannya, jadi ada kemungkinan aku akan mengantarnya pulang hari ini juga." Yesung tersenyum pada Kyuhyun dan Sungmin, berusaha meyakinkan dua namja berbeda usia itu.

"Tolong jaga dia baik-baik."

Yesung mengangguk yakin kemudian menggandeng Ryeowook mendekati kudanya. Menyelipkan tangannya di bawah lutut dan pungung namja itu.

"Eh? Apa yang kau lakukan?" Ryeowook berteriak. Wajahnya pun merona. Digendong di tengah keramaian masyarakat benar-benar memalukan.

"Nah, naik." Yesung mendudukkan Ryeowook pada punggung kuda, namun sedikit kedepan karena ia juga akan duduk di belakangnya.

"Kenapa posisi dudukku seperti yeoja? Aku ingin berganti posisi seperti namja." seru Ryeowook.

Ia memang akan berganti posisi, jika saja Yesung tidak lebih dahulu duduk dan mengurungnya dengan kedua tangan yang telah memegang kemudi kuda.

Ryeowook makin merona. Posisinya ini seperti posisi duduk seorang puteri. Ia tidak mau di samakan dengan yeoja.

"Nah, sekarang bersandarlah."

Ryeowook menoleh kebelakang dan menatap Yesung tajam. Yang ditatap hanya terkekeh geli membuat Ryeowook memutar malas kedua manik karamelnya.

"Kita berangkat sekarang." Dan kuda yang mereka tumpangi mulai berjalan.

Ryeowook melambaikan tangannya pada Sungmin dan Kyuhyun seraya berteriak lantang, "Aku akan cepat pulang!"

Yesung tersenyum sendiri. Ucapannya benar-benar bisa jadi kenyataan. Kim Ryeowook akan menjadi permaisurinya. Ia tertawa geli lalu mempercepat langkah kudanya hingga Ryeowook mencengkram lengannya.

"Pelan-pelan! Aku belum pernah naik kuda!"

Yesung semakin tertawa geli. "Arraseo."

"Hng."

"Jadi, kau dan Sungmin bersaudara?" tanya Yesung di tengah perjalanan.

"Dia saudara iparku. Kyuhyunlah saudaraku." balas Ryeowook sambil menatap ke sekeliling. Banyak orang yang menatapnya aneh. Tentu saja, ia adalah rakyat biasa yang naik kuda bersama pangeran, pasti menjadi topik hangat untuk dibicarakan.

"Kau dan Kyuhyun bersaudara, tetapi kenapa berbeda marga?" tanya Yesung.

"Kami berbeda appa." balas Ryeowook.

Yesung mengangguk. "Jadi, di mana orangtua kalian sekarang?"

"Sudah tidak ada." Ryeowook menggelengkan kepalanya membuat Yesung tersenyum masam. Mungkin seharusnya ia berhenti membicarakan orang tua Ryeowook.

Yesung berdehem. "Ryeowookie, nanti saat kau berada di depan mereka -maksudku dewan kerajaan, kau diam saja ne? Biar aku yang bicara."

Ryeowook tampak berpikir sesaat tapi kemudian ia mengangguk. Tak apalah kalau ia tak bicara. Biar Pangeran Yesung yang mengurusnya. Ryeowook bahkan masih belum bisa mempercayainya, ia akan dinikahi seorang pangeran. Mimpi apa semalam. Semoga saja kehidupan kerajaan tak terlalu menyulitkan hidupnya, benarkah?

.

.

*Bersambung*

Yosha! 4580+ word! Baru chapter satu udah segini banyaknya, hehe. Membosankan nggak? Ataukah aneh? Mian saya masih belajar V.V

Tadinya sih nggak pengin secepat ini, proses bersatunya(?) Ryeowook sama hubby-nya. Tapi akhirnya jadiin satu chapter aja. Biar ringkas :D

Btw, pengin nanya aku :

Apa bedanya permaisuri sama ratu? #kalau ada yang mau jawab :D

Oke, makasih yang udah nyempatin mbaca. At last, minta Review-nya dong, Kkkk.

See ya in the next chap!

Penuh cinta,

Denies Kim