-Amu POV-
Hari itu, aku bertemu seseorang. Seseorang yang pasti bakal membawa keberuntungan bagiku. Ya, bagiku si gadis pembawa sial ini.
"Hai! Aku adalah murid baru di sekolah ini! Namaku Amu Hinamori! Salam kenal ya semua nya! Mohon bantuannya!" ucapku dengan lantang.
Ketika aku selesai berkata seperti itu, semua anak-anak di kelas itu bertepuk tangan untukku. Aku merasa sangat senang. Aku merasakan akan ada hal yang baik di sekolah ini. Tetapi, tiba-tiba ada seorang anak cowo yang datang secara tiba-tiba ke kelasku.
"Maaf Pak! Saya terlambat lagi! Saya bangun kesiangan!"
Aku yang mendengar itu terdiam saja.
Tiba-tiba ia melirik ke arahku, lalu berkata kepadaku, "Wah! Kamu murid baru kelas ini ya? Salam kenal, namaku Ikuto Tsukiyomi!"
Ia berkata seperti itu sambil tersenyum lembut kepadaku. Itu lah petemuanku pertama kali dengannya.
Setelah terlewat 1 minggu, aku ternyata benar-benar menjadi populer di sekolahku. Entah sudah berapa banyak orang yang takluk kepadaku, tapi aku sudah mempunyai seseorang yang membuatku berdebar-debar. Walau belum cinta mati sih, hehehe.
Aku tahu, walau aku ini keren, aku ini tetap seorang gadis pembawa sial. Karenanya aku sama sekali tidak boleh dekat dengan siapapun.
"Ah, badanku terasa lemas..."
Aku berkata begitu tanpa sadar. Aku tidak boleh begini. Kepalaku pusing sekali. Dari tadi pagi badanku sebenarnya sudah panas. Aku harus...
Tiba-tiba ketika aku hampir terjatuh, Tsukiyomi-san langsung menahan ku dan berkata, "Hinamori-san! Kau tidak apa-apa? Ada yang terluka?"
Ketika aku melihat wajahnya, aku sadar kalau ternyata aku benar-benar telah jatuh cinta kepadanya. Tapi, aku tahu aku tidak boleh dekat dengannya.
Karena itu aku hanya berkata, "Terimakasih, Tsukiyomi-san!" sambil tersenyum tipis.
Aku takut kejadian yang masa laluku akan terulang lagi...
Aku tahu aku gak boleh berdekatan dengannya, tetapi, kenapa Tsukiyomi-san mendekatiku terus sepanjang hari ini?!
"Hinamori-san, hari ini mau pulang bareng?"
"Nggak!" jawabku dengan tegas.
Ketika kulihat wajahnya, dia hanya tersenyum kecil kepadaku.
KRING!
Suara bel berbunyi. Aku sangat menantikan hal itu. Karena dengan itu aku bisa bebas dari kehidupan di sekolah yang membosankan ini. Aku bisa kembali mengarang novel ku.
Hari ini aku tidur seperti biasa, entah kenapa, hari itu aku memimpikan dia lagi, seseorang yang aku tahu tidak mungkin aku temui lagi. Bila pun mungkin, dia tidak akan mengenali ku lagi. Karena dia orang dari masa kecil ku.
Hari ini aku bangun agak terlambat. Aku gak tahu kenapa, tapi aku merasa hari ini aku akan bertemu dengan orang lain yang spesial bagiku. Aku berlari kecil ke sekolah. Rambutku yang berwarna sweet-pink ini kubiarkan terurai tanpa aku rias. Aku berharap ada sesuatu yang baru bagiku.
"Baik anak-anak, duduk semuanya," kata Bu Sanjou, wali kelas kami.
"Hari ini akan ada murid baru lagi, silahkan masuk."
Aku yang menjaga kesan coolku ini tidak melihatnya dan hanya melihat keluar jendela.
"Hai! Namaku Tadase Hitori. Aku..." ucapnya.
DEGH!
Tanpa sadar aku berdiri dan berkata, "Tadase-kun?"
Sekejap aku tersadar bahwa aku sedang berada di tengah-tengah kelas. Semua mata tertuju kepadaku. Aku tidak bisa berkata-kata apapun, semuanya terkejut melihatku. Aku langsung berlari keluar.
Saat aku sedang duduk beristirahat di bawah pepohonan, tiba-tiba seseorang menempelkan jus nya di pipiku.
Aku terkejut dan berkata, "Siapa?!"
"Ini aku, Tadase-kun," jawabnya.
"Eh? Tadase-kun? Kamu beneran Tadase?" aku mengatakan itu sambil hampir menangis.
"Iya, ini aku Amu-chan. Aku telah kembali. Jangan-jangan kamu pikir aku telah melupakan mu ya?"
Tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya dengan erat sambil menangis dan berkata, "Aku kesepian Tadase-kun!"
Tadase-kun pun tersenyum dengan hangat.
"Tenang saja, aku tidak akan pergi kemanapun lagi," ucapnya.
Kemudian ia mencium dahiku dan tidur di pangkuanku. Kami pun tertidur berdua dibawah rindangnya pepohonan.
Keesokan harinya aku pergi berlari ke sekolah. Aku bangun lebih pagi dari biasanya. Aku tak sabar bertemu dengannya, dengan Tadase-kun! XD Ketika aku sampai di kelas, ternyata hanya ada Tsukiyomi-kun. Dia menyapaku seperti biasanya, sedangkan aku tidak bekata apa-apa tetapi hanya duduk di tempatku. Tanpa kusadari, ternyata ekspresi wajah Tsukiyomi-kun sangat kesepian...
Hari ini untuk pertama kalinya aku merasa sekolah itu menyenangkan.
"Amu-chan! Mau makan bareng gak?" teriak Tadase-kun dari pintu kelas.
"Iya! Tentu saja!" kataku sambil tersenyum manis.
"Eh? Ternyata kamu bisa juga tersenyum seperti itu?" kata salah satu anak kelasku yang bernama Nagihiko Fujisaki, yang tak lain ketua kelasku.
Aku kaget dan hanya terdiam. Lalu semua anak mulai menanyaiku.
Tadase-kun yang tahu tentang masalahku tiba-tiba merangkul diriku dari belakang dan berkata, "Maaf ya! Dia ini milikku, jadi jangan sembarangan berbicara atau menyentuhnya!" ia berkata seperti itu sambil tersenyum iseng, kemudian ia menggemgam tanganku dan kami pun lari bersama ke atap sekolah dan makan bersama.
Dan tanpa kusadari, Tsukiyomi-kun sepertinya cemburu...
Hari ini aku ada kegiatan osis, maklum saja, aku langsung terpilih jadi wakil ketua osis menggantikan wakil ketua osis sebelumnya yang kebetulan dipecat karena tidak becus kerja (karena terlalu terpesona dengan ketua osis). Dan tentu saja ketua osisnya Ikuto Tsukiyomi. Aku menyuruh Tadase-kun untuk pulang duluan. Lalu ketika rapat selesai, aku dan Tsukiyomi-kun kembali ke kelas untuk mengambil tas kami. Tetapi tiba-tiba Tsukiyomi-kun menarik tanganku lalu kemudian tiba-tiba mencium bibir ku.
Aku yang masih terkejut tidak bisa berkata apa-apa.
Kemudian Tsukiyomi-kun berkata, "Manis. Bibirmu terasa manis. Aku jadi ingin mencium bibirmu lagi," sambil menatapku dengan tatapan dingin.
Tiba-tiba, Tadase-kun yang ternyata sedari tadi berdiri di depan pintu melihat semua itu dan tanpa sengaja mendorong pintu kelas. Aku yang melihat Tadase-kun, langsung berlari keluar meninggalkan mereka berdua. Lalu aku pun menangis.
-Normal POV-
Tadase yang masih berada di dalam kelas, tampak marah terhadap Tsukiyomi.
Ia pun berkata, "Apa yang baru saja kau lakukan terhadap Amu-chan, hah?!"
"Kenapa? Kau marah? Bahkan kau bukan pacarnya," balas Tsukiyomi dengan senyum licik.
Lalu Tadase berkata, "Kuperingatkan saja ya, jangan berani-berani mendekati Amu-chan jika kau hanya bermaksud untuk main-main!"
Tadase pun berlari keluar meninggalkan Tsukiyomi dan mencari Amu.
-Amu POV-
Seperti biasa, Tadase-kun pasti akan selalu menemukanku ketika aku bersembunyi. Kali ini ia menemukanku lagi. Ketika aku sedang menangis sendirian di ruang musik.
Ia berkata, "Apakah kau tidak apa-apa?" dengan lembut.
Aku pun langsung memeluknya.
"Tadase-kun, aku... Aku mau kamu cium aku! Kumohon..."
Saat itu Tadase-kun sangat terkejut, lalu berkata,"Kamu serius?"
"Iya."
Tadase-kun pun kemudian tersenyum dan memegang wajahku.
"Tutuplah matamu Amu-chan," kata Tadase-kun.
"Eh? I.. iya..." jawabku dengan agak gugup.
Wajah Tadase-kun pun perlahan mendekat. Aku bisa merasakan hembusan napasnya. Wajahku pun semakin memanas. Dadaku berdegup tidak karuan. Kemudian, aku merasakan kelembutan bibirnya di bibirku. Ia menciumku dengan sangat lembut. Ciuman ini... Rasanya sangat manis...
Setelah kami berciuman, kami pun melepaskan ciuman kami. Ciuman tadi itu bukan lah ciuman yang lama, tapi penuh kelembutan didalamnya. Aku perlahan membuka mataku. Aku melihat wajah Tadase-kun yang hanya beberapa senti di depanku. Untuk pertama kalinya... Aku melihat Tadase-kun sebagai seorang cowok, bukan seorang teman sejak kecil.
"Apakah kamu membencinya?" tanya Tadase-kun.
"Tidak," kataku sambil tersenyum.
Kamipun kemudian pulang bersama.
Hari ini Tadase-kun menginap di rumahku. Akupun memasak berbagai makanan untuk Tadase-kun.
Tadase-kun pun berkata, "Amu-chan, bener nih kamu mau aku makan sebanyak ini?"
"Iya," jawabku.
Selesai ia makan, ia langsung tertidur di sofa. Aku pun hanya tersenyum dan menyelimutinya.
"Selamat tidur."
Aku berkata seperti itu lalu mencium dahinya, kemudian kembali ke kamarku. Tak kusangka Tadase-kun pada saat itu masih bangun dan mukanya merona.
Pagi hari sudah datang. Aku pun segera bangun dari tempat tidurku, lalu jalan menuju ruang makan. Aku mencium bau masakan. Ternyata Tadase-kun telah menyiapkan makanan bagiku.
"Sudah bangun? Ini sudah kusiapkan makanan," ucap Tadase-kun.
"Terimakasih Tadase-kun," balasku.
"Hari ini mau pergi jam berapa? Aku sudah minta izin ke sekolah agar kita dapat libur hari ini," tanya Tadase-kun kepadaku.
"Iya, hari ini sudah berapa tahun berlalu ya? Sejak kematian ayah ibuku... Walaupun hari ini telah kulalui selama 13 tahun, aku tetap saja ingin menangis..."
Pada saat air mataku mulai berjatuhan, Tadase-kun pun memelukku dengan hangat, dan menghiburku seperti biasa.
Selesai pergi ke makam orangtuaku, aku pergi makan siang bersama Tadase-kun, lalu kita jalan-jalan berdua. Tetapi, disaat kami sedang main di game center, ada Tsukiyomi-kun yang sedang main bersama para cewe-cewe fans nya. Saat mereka melihat Tadase-kun, cewe-cewe itu tiba-tiba mendorongku kemudian memonopoli mereka berdua. 'Wajar saja mereka itu dua cowo yang paling populer,' kataku dalam hati.
Saat aku berniat untuk pulang, tiba-tiba saja kedua orang itu menggemgam kedua tanganku, mereka pun berkata, "Ayo kita bertiga kabur!"
Kita bertiga pun berlari-larian dan berhenti di suatu taman. Kami membeli es krim, dan kemudian memakannya bersama.
Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami lalu berkata, "Yo! Ikuto, aura artismu itu terlalu bersinar tahu!"
Dan ternyata orang itu adalah Utau Hoshina dan pacarnya, Kukai Souma. Utau adalah adik sepupu Tsukiyomi-kun sekaligus artis. Sedangkan Kukai, ia adalah seorang pemain sepak bola yang terkenal.
"Artis? Memangnya siapa yang artis? Tsukiyomi-kun?" tanya ku dengan polos.
"EH?! KAMU GAK TAHU IKUTO ITU ARTIS?!" teriak mereka secara bersamaan.
"Eh? Artis? Ikuto? EH?!"
"Hinamori, Ikuto itu artis yang sangat terkenal tahu. Dia itu sering banget konser di luar negeri," jawab Utau-san sambil menghela napasnya.
Mereka berdua pun berpamit pergi, lalu kami menghabiskan hari itu bertiga.
Saat dalam perjalanan pulang, Tadase-kun berkata kepada Tsukiyomi-kun, "Mungkin untuk saat ini aku memperbolehkan mu untuk mendekati Amu-chan, tapi bila kamu sampai membuatnya menangis, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" Tadase-kun mengatakan itu sambil agak malu.
Tsukiyomi-kun hanya tersenyum dan melambaikan tangannya lalu masuk ke rumahnya. Lalu Tadase-kun menginap lagi di rumahku.
Karena kami main terlalu banyak game semalam, aku dan Tadase-kun telat bangun, kami pun berlomba siapa yang duluan sampai di sekolah, dan hasilnya... Aku pun menang! XD Hahaha! Untungnya kami berdua tidak telat.
"Tadase-kun, aku pikir ini sudah saatnya aku menjauhi Tsukiyomi-kun. Kalau dia lebih dekat lagi denganku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi," ucapku sambil tiduran di atap sekolah.
"Baiklah, pulang sekolah nanti? Kamu sendiri atau mau aku temenin?" tanya Tadase-kun.
"Tidak, aku sendiri saja," jawabku.
Ini adalah kegiatan yang selalu kulakukan kepada mereka yang mendekatiku. Pulang sekolah nanti, semuanya akan berakhir...
Aku pun menulis sebuah surat untuk Tsukiyomi-kun, isinya seperti ini,
"Untuk Tsukiyomi-kun, bisakah kamu menemuiku pulang sekolah hari ini di atap sekolah? Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Setelah Tsukiyomi-kun membacanya, entah kenapa ia menjadi sangat gembira hari itu.
KRING!
Bel pulang sekolah pun berbunyi, beralih tempat ke atap sekolah...
"Kenapa? Kamu mau nembak aku ya?" ucap Tsukiyomi-kun dengan percaya diri.
Aku hanya terdiam lalu menjawab, "Hahaha! Nembak? Yang benar saja! Gak mungkin kan aku nembak kamu! Justru aku pengen bilang, jangan pernah dekati aku lagi, aku muak dengan mu! Kalau kamu mendekati ku lagi, kamu akan mati!"
Aku berhasil mengatakannya dengan senyuman dingin yang menusuk seperti biasa.
Saat aku mau pergi, tiba-tiba Tsukiyomi-kun menarik tanganku, dan berkata, "Apa maksudmu? Mengapa aku harus menjauhimu? Mengapa aku akan mati?"
Mendengar hal itu aku langsung mengibaskan tangannya dengan keras dan berkata, "Jangan membuatku untuk mengatakannya lagi! Jangan pernah menyentuh atau berbicara kepadaku lagi!" lalu aku menamparnya dan pergi.
Tadase-kun yang menunggu aku keluar pun berkata, "Kau tidak apa-apa?"
"Iya, tetapi sepertinya dia masih akan mendekatiku," jawabku.
"Oh, baiklah, aku yang akan menanganinya. Ok? Kamu bisa pulang duluan ke rumah," ucap Tadase-kun sambil tersenyum.
"Baiklah, tolong ya Tadase-kun, aku tidak mau lagi kejadian yang dulu terulang lagi."
"Ok! Serahkan saja semuanya kepadaku!"
Lalu aku pulang dan Tadase-kun naik ke atap sekolah.
-Tadase POV-
"Aku sudah pernah mengatakannya kan? Jangan mendekati Amu-chan. Lihat, betapa menyedihkannya kau dengan dia. Hahaha!" aku mengucapkan kalimat itu dengan senyuman sadis.
Tsukiyomi-kun yang merasa kesal dan marah membalas perkataanku, "Memangnya kau siapanya hah?! Pacarnya?! Memang sejauh mana hubungan kalian sampai-sampai kamu berkata seperti itu?!"
"Sejauh mana kau tanya? Menurutmu, kalau kami tinggal serumah itu sejauh mana?" balasku dengan nada menantang dan sedikit licik.
Tsukiyomi-kun pun menjawab, "Tinggal serumah?!"
Tsukiyomi-kun yang sudah sangat kesal dan marah tanpa pikir panjang menonjokku.
Aku pun mengelak lalu berkata, "Bye! See you!" sambil tersenyum mengejek dan kemudian keluar dari atap sekolah.
Aku pun meninggalkan Tsukiyomi-kun yang masih sangat marah dan kesal.
-Ikuto POV-
'Apa yang dimaksudkannya? Dia baru saja menolakku? Apa? Ini tidak mungkin kan?' ucapku dalam hati. Aku begitu kesal sampai-sampai aku melupakan semua janjiku dengan cewe-cewe hari ini. 'Lihat saja, pasti cewe yang berani menolakku itu, akan kubuat jatuh cinta padaku!'
Tap! Tap! Tap!
"Ikuto!"
"Ya?" jawabku dengan senyuman.
"Hari ini mau pulang bareng?" ucapnya seraya mendekatiku.
"Boleh-boleh saja," balasku sambil menatap cewe yang bermanik red-blood dan bersurai black-pearl ini.
"Hati-hati lho, mungkin saja aku akan menghisap darahmu..." sambil memegang wajahku.
Aku pun hanya tersenyum.
"Ikuto, kayaknya hari ini kamu capek baget yak?"
"Tidak, aku hanya sedang kesal dengan seseorang."
"Oh, ok!"
"Ayo kita pulang!" ajakku sambil memegang tangannya.
Kami pun pulang bersama. Cewe yang sedang bersamaku sekarang adalah vampire. Ini... Adalah rahasia ku dengannya... Namanya Nadeshiko Fujisaki, kembaran Nagihiko Fujisaki. Tetapi, yang mempunyai kekuatan vampire ini cuma Nadeshiko.
-Amu POV-
Saat dalam perjalanan pulang, Tadase-kun bertanya kepaku, "Amu-chan, kamu gakpapa?"
"Aku gakpapa kok. Ini hal yang sudah biasa kita lakukan kan?" balas ku.
Kemudian Tadase-kun hanya tersenyum dan ternyata kita sudah sampai di rumahku. Tadase-kun pun menyuruhku masuk kemudian melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar. Aku membalasnya dengan tersenyum lembut.
Keesokan paginya, disaat aku sampai di sekolah, Tsukiyomi-kun langsung menarik tanganku lalu membawaku ke ruang musik. Untunglah tidak ada yang melihatnya. Saat kami sampai, ia tetap memegang tangan kananku dengan tangan kirinya.
Aku pun spontan berkata, "Lepas!"
Tapi ia tetap tidak mau melepaskannya, kemudian aku ingin menamparnya dengan tangan kiriku tetapi ditahan oleh tangan kanannya. Aku tidak tahu kenapa, yang pasti aku merasakan sekujur tubuhku sangat panas hanya karena hal itu, aku memalingkan mukaku darinya, aku takut ia akan menyadari mukaku yang sudah sangat merah itu.
Tiba-tiba ia mencium leherku dan berkata, "Hei, kamu benar-benar menolakku?"
Awalnya aku ingin menolak, tetapi kedua tanganku ditahan menyilang di atas kepalaku olehnya. Pada saat itu aku bisa melihat wajahnya yang hanya main-main, akupun membalasnya, "Iya. Sudahlah, lepaskanlah aku. Aku tidak akan tergoda oleh mu."
"Wah wah wah, padahal beberapa saat yang lalu kamu sangat manis lho," ia tersenyum iseng kepadaku, lalu mencium mataku.
Aku hanya terdiam karena tidak bisa melawannya.
Lalu tiba-tiba seseorang masuk, kami berdua yang agak kaget terdiam sejenak, ternyata orang itu adalah Tadase-kun.
Tadase-kun pun langsung menghempaskan tangan Tsukiyomi-kun yang menahan tanganku lalu memelukku, lalu berbisik di telingaku, "Untunglah kau tidak apa-apa."
Ketika aku mendengar suaranya yang seperti itu, aku sangat menyukainya. Dibandingkan ketika aku mendengar suara Tsukiyomi-kun yang seperti itu, walaupun aku berdebar-debar karenanya, aku tetap lebih suka suara Tadase-kun. Suaranya begitu menenangkan aku. Aku... Suka Tadase-kun... Sekilas aku teringat akan kematian orang-orang yang kusayangi. Gak! Gak boleh! Aku gak boleh suka sama Tadase-kun! Aku pun langsung melepaskan diriku dari Tadase-kun dan berlari keluar menuju atap sekolah.
-Ikuto POV-
Aku melihat wajah Tadase-kun sangat kaget.
Aku pun berkata, "Sepertinya kau juga ditolak olehnya ya?"
"Tidak, tadi itu... Dia sangat manis. Gawat, melihat wajahnya yang memerah ketika aku memeluknya tadi, aku bisa jadi beneran suka nih," balasnya.
Aku melihat wajah Tadase-kun yang benar-benar merah.
Aku pun menghela napasku dan berkata, "Cepat cari dia, nyatakan perasaanmu, kalau kau yang bilang, pasti ia terima. Kalau tidak, dia kurebut lho," sambil tersenyum (secara paksa).
Tadase-kun pun membalas perkataanku, "Terimakasih Tsukiyomi-kun, aku akan mencarinya dulu."
Ia pun langsung pergi selesai mengatakan hal itu. 'Apa yang kulakukan saat ini sudah benar?' ucapku dalam hati.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu kelas mengagetkanku.
Aku pun berkata, "Silahkan masuk! Kamu dengar ya omongan kami tadi. Aku sungguh memalukkan ya?"
Aku pun menoleh untuk melihat siapa yang tadi mengetuk pintu kemudian masuk. Ternyata orang itu adalah Nadeshiko Fujisaki.
"Mengapa kau ada disini?" tanyaku kepadanya.
"Cewe itu... Aku merasakan sesuatu darinya," jawabnya.
"Apa maksudmu?"
"Ya... Ini baru firasatku saja ya. Sepertinya, ia juga seorang vampire."
"Apa? Dia juga seorang vampire?! Apa maksudmu?"
"Kalau dilihat dari kondisinya saat ini, dia belum terbangun. Tapi sepertinya, sebentar lagi dia akan segera terbangun. Ini firasatku, kau tahu sendiri kan? Aku ini tipe vampire yang bisa meramalkan masa depan."
"Apa saja yang kau lihat di masa depannya?"
"Kuharap ini tidak terjadi, tapi sepertinya, sebentar lagi akan terjadi sesuatu yang sangat besar berdekatan dengan bangkitnya dia. Untuk sementara, kau tidak perlu memberitahu apapun kepadanya."
"Ok."
-Amu POV-
Tadase-kun mencariku di seluruh gedung sekolah dan menemukanku di atap sekolah.
Tadase-kun langsung memelukku dari belakang dan berkata di dekat telingaku, "Jangan lari..."
Aku yang terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Sekujur badanku panas karena Tadase-kun. Badannya berkeringat. Sepertinya ia berlari untuk menemukanku. Padahal selama ini aku tidak bernah bereaksi apapun terhadap Tadase-kun. Tiba-tiba Tadase-kun menggigit telingaku.
Lalu ia berkata, "Hei, kau menyukaiku kan... Kalau kau lari sekarang, aku akan benar-benar menyerah terhadapmu."
Aku yang mendengar hal itu memalingkan wajahku untuk melihat Tadase-kun. Ternyata wajah Tadase-kun sangat serius.
"Ma-af Tadase-kun... A-aku ternyata me-menyukaimu... Bolehkah aku... me-menjadi...pacarmu?" ucapku.
"Eh?! Serius?!"
"Iya," aku mengatakannya dengan muka yang sangat merah.
Tadase-kun langsung memelukku dengan erat. Kemudian, untuk pertama kalinya, aku mencium orang lain (dengan muka yang sangat merah tentunya).
-"Tetapi seharusnya aku tahu bahwa kebahagiaan ini tidak akan berlangsung lama..."-
To Be Continued...
