Naruto © Masashi Kishimot © Fuyu no MiyuHana & Yukio Valerie Pairing: Uchiha Sasuke x Haruno Sakura Genre: Friendship, Romance, & Hurt/comfort Rated: T Warning: Prepare yourself~ ufufufufufu~ .
(Sasuke's PoV Version)
.
F .
First Meet .
Itadakimasu~ .
Di sudut Café di samping jendela besar yang mengarah langsung ke jalanan kota Tokyo yang tampak sibuk, aku terduduk seorang diri. Alunan lembut yang memenuhi Café ini membuat suasana menjadi tenang dan nyaman. Kuambil secangkir kopi yang sejak satu jam lalu menemaniku. Menyesapnya pelan sembari memandang keluar. Retinaku menangkap segerombolan muda-mudi yang tampak mengerubungi sesuatu. Saling berdesakan sambil mengacungkan kamera ponsel masing-masing.
"Artis, huh?" gumamku.
Aku sama sekali tidak tertarik dengan kegaduhan itu, hingga retinaku menangkap seorang gadis muda yang keluar dari kerumunan tersebut. Dalam perjalanan singkatnya meloloskan diri, tanpa sadar aku terus mengamati sosoknya. Caranya menyelinap dari kerumunan, caranya tersenyum lega saat berhasil lolos, caranya berjalan, caranya menatap… Aku terpesona.
Bermandikan sinar matahari, sosok gadis itu tampak bercahaya. Tubuh kurus dan langsingnya terbalut short dress berwarna biru muda dipadukan jubah pendek tanpa lengan berwarna perak dengan dua garis vertical melingkari bawah dada dan perutnya. Pada leher jenjangnya melingkar kalung yang berwarna senada dengan jubahnya. Di kedua lengannya terbalut sarung tangan panjang putih dengan garis biru gelap menghiasi setiap sisinya. Menjuntai dari pertengahan lengan atasnya dengan diameter lingkar yang semakin melebar ke bawah. Menutupi pergelangan tangannya. Stocking hitam yang mencapai pertengahan paha dan sepatu boots panjang berwarna putih melengkapi penampilannya. Rambut panjang lurus sewarna langit di musim panas melambai di belakang tubuhnya.
Tanpa sadar, aku terus memandangi gadis itu.
"Sasuke."
Aku mengalihkan pandanganku dan mendapati Kaa-san sudah berdiri di sampingku.
"Apa sudah selesai, Kaa-san?"
"Sepertinya masih cukup lama Kaa-san disini. Kamu bisa jalan-jalan dulu kalau mau. Kaa-san dengar ada festival di sekitar sini."
Aku menaruh cangkirku yang telah habis kembali ke meja dan menatap keluar. Tanpa sadar manikku mencari keberadaan gadis itu. Namun, tak kudapati sosoknya.
"Hn. Kemarin Itachi juga memberitahuku."
Aku kembali menatap Kaa-san. "Baiklah. Kurasa aku akan berjalan-jalan sebentar. Hubungi saja aku jika kaa-san sudah selesai."
Kaa-san tersenyum lembut sambil menyentuh bahu kananku. "Hati-hati ne, Sasuke-kun."
Aku mengangguk kemudian bangkit dari dudukku dan berjalan kearah pintu.
Aku menyipitkan mataku saat sinar matahari yang menyilaukan masuk ke retina mataku. Aku menatap direksi tempat gadis itu berdiri beberapa saat lalu.
Kupikir aku tidak akan bertemu gadis itu lagi.
Tapi, aku mulai menyadari bahwa hidup penuh kejutan.
~ F L O W~
Aku berhenti melangkahkan kakiku. Di bawah langit biru yang terhias awan-awan putih, sebuah gerbang bercat merah tampak berdiri dengan kokohnya di seberang jalan. Banyak sekali orang-orang yang berlalu-lalang keluar masuk area tersebut. Aku sedikit enggan untuk ikut arus ke dalamnya. Tempat itu sangat ramai.
Aku mengerling pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Masih jam 14.00. Aku menghela napas dan mulai melangkah sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana.
Aku berjalan melewati gerbang besar bercat merah tersebut dan bisa kurasakan beberapa pasang mata yang menatapku dari kedua sisi jalan. Aku terus mengayunkan langkahku. Mengabaikan tatapan-tatapan yang membuatku risih dari beberapa kaum hawa diujung sana. Tidak sekali dua kali aku berada di posisi seperti ini. Bahkan biasanya dua atau tiga gadis akan datang untuk mengajakku berbincang dan kemudian pergi dengan tampang suram saat tidak mendapatkan perhatianku. Heh, siapa yang peduli.
Aku mendengus dan kembali berkeliling. Saat itulah aku melihat surai biru yang familiar melambai di didepanku. Bahkan tanpa melihat kostum biru putihnya dan rapier perak yang menggantung di pinggang rampingnya, aku tahu bahwa itu adalah cosplayer yang aku lihat beberapa waktu lalu di depan Aruta Café.
Gadis yang tengah bercosplay menjadi salah satu heroine dari sebuah anime tentang game virtual itu terus menyelinap diantara orang-orang dengan lincahnya. Bersama dengan seorang gadis yang kutahu tengah ber-cosplay menjadi Luna Lovegood –salah satu karakter buatan JK Rowling dalam karyanya yang banyak dikagumi. Harry Potter.
Bergerak menjauh tanpa mengatakan apapun dan kembali berjalan-jalan seorang diri adalah langkah biasanya yang aku ambil. Setidaknya aku bukanlah orang yang suka menghampiri setiap gadis yang aku temui. Bukan juga seorang penguntit.
Walaupun begitu... aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari sosok itu. Setiap kali aku mencoba beralih untuk menatap kearah lain, sepasang onyx milikku akan kembali mencari sosoknya. Pada akhirnya, tanpa kusadari, aku telah terjerat pada sosok Yuuki Asuna itu.
Setelah sekitar lima detik mempertimbangan dalam diam, aku meninggalkan bayang-bayang dari depan stand takoyaki dan berjalan pelan mengikuti gerak sosoknya. Kedua gadis itu memasuki stand goodies. Aku memilih menyenderkan punggungku pada batang pohon Sakura yang tengah bersemi di belakangku. Enggan untuk masuk dan berbaur dengan orang-orang didalam stand sana.
Sepasang onyx-ku masih mengamati sosoknya. Ia menaruh pedang miliknya di salah satu meja kosong dan menghampiri berbagai action figure di atas meja. Ia tersenyum cerah dan saling bercanda dengan teman pirangnya. Hingga kulihat seorang pemuda bersurai merah bata dengan pakaian basket bercetak Rakuzan di punggungnya turut bergabung. Gadis itu tersenyum lebar saat pemuda itu menyodorkan goodies usui Takumi.
'Siapa?' Pertanyaan itu muncul begitu saja dalam benakku.
Aku masih terus memperhatikan mereka bertiga. Ketika gadis itu memukul lengan kanan pemuda itu, ketika gadis itu berfoto dengan pemuda itu dan ketika gadis itu tertawa begitu lepas dengan pemuda itu.
Melihatnya, aku merasakan desir aneh dalam dadaku. Bukan desir yang sama saat aku melihat sosoknya pertama kali. Ini perasaan yang berbeda. Seperti… cemburu?
Hey!
Aku segera mengenyahkan kata itu jauh-jauh dari pikiranku. Kembali kualihkan pandanganku ke depan. Namun, tak kudapati lagi sosoknya. Aku memutuskan untuk melangkah lebih dekat. Nihil!
Onyx-ku bergulir ke meja di depanku dan tersenyum kecil.
"Dasar ceroboh," gumamku.
Sebuah rapier tergeletak di atas meja di hadapanku. Aku mengamati rapier itu sejenak dan memutuskan untuk mengambilnya.
~ F L O W~
"Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu, Goshuujin-sama."
Suara yang begitu kukenal tertangkap oleh gendang telingaku. Segera aku menoleh ke sisi kiri tubuhku.
Berjarak dua stand dari tempatku berdiri, seorang lelaki bersetelan jas hitam lengkap dengan sikap bak seorang butler professional menatap ke arahku. Rambut panjangnya dikucir rendah di balik tengkuknya.
Wajah itu mengekspresikan sebuah senyuman. Membuat tanda lahir berupa dua garis memanjang di kedua sisi hidungnya tampak jelas. Bisa kudengar bisik-bisik beberapa gadis yang berkumpul di belakangku. Aku mendengus, dan tanpa mengatakan apapun, aku menyeret kakiku ke stand laki-laki tersebut.
Pada saat itu, lelaki itu tiba-tiba merentangkan kedua tangannya dan menarik pundakku hingga tubuhku masuk dalam rengkuhannya.
"Akhirnya kamu datang juga, ototou~"
Aku berontak. Kudorong sisi wajahnya yang menempel dipipiku.
"Baka Aniki! Apa yang kau lakukan! Lepaskan!"
Ya. Orang ini adalah aniki-ku. Uchiha Itachi.
"Itachi! Jaga sikapmu." Sebuah teguran dan bonus jitakan mendarat di belakang kepala Itachi. Membuat tangan Itachi yang sejak tadi melingkari pundakku beralih mengelus kepala belakangnya. Rasakan itu.
"Irrashaimase, Sasuke."
Aku mengangguk kecil pada Konan –wanita berambut biru yang baru saja memukul Itachi. Berpakaian seragam maid hitam sebatas lutut dan apron putih berenda yang melingkari pinggangnya, Konan tampil memukau.
"Ne… Ototou, bagaimana menurutmu Akatsuki's café ini?" Itachi berdiri di sebelahku.
Aku melihat stand yang kini telah disulap menjadi café yang simple dan elegan. Akatsuki's Café.
Stand yang diisi oleh sekumpulan orang-orang aneh –menurutku yang merupakan teman sepermainan Itachi sewaktu masih kuliah. Aku menatap seisi ruangan dan hampir seluruh kursi sudah terisi. Aku sempat bertanya pada Itachi kenapa mereka repot-repot untuk mengisi stand seperti ini jika hanya ingin reuni bersama. Dan jawaban yang kudapat hanya terdiri dari dua kata "Ingin aja." Lengkap dengan sebuah cengiran yang menyebalkan.
"Lumayan."
"Hee… hanya itu?" Itachi tampak tidak puas.
"Hn."
Itachi memberengut dan aku sama sekali tidak peduli. Aku memutuskan untuk menghampiri Kisame yang bertugas menjadi koki. Sesuai dengan pekerjaannya yang menjadi koki di salah satu resto milik keluarganya. "Sasuke, kok kamu bawa pedang seperti itu? Ternyata kamu tertarik sama cosplay juga ya? Kemarin aja pas aku tawarin sok jual mahal." Itachi terus saja berceloteh di sampingku.
"Bukan urusanmu." Jawabku singkat.
"Dasar ototou. Sok cool. Sok jaim. Sok-"
"Apa kau punya es balok, Kisame?" aku memotong celotehan Itachi dan beralih menatap Kisame.
"Untuk?"
Koki berbadan besar dan cukup sangar itu menatap kearahku. Setelah sebelumnya menyerahkan nampan berisi dua porsi omurice pada Sasori.
"Menyumpal mulut orang disebelahku." Jawabku tak acuh.
Kisame terkekeh dan wajah Itachi kembali tertekuk. Sekali lagi, aku katakan aku tak peduli. Menompangkan kedua lenganku pada meja di belakangku, aku mengamati para Butler tampak sibuk melayani pengunjung yang rata-rata berjenis perempuan. Dari tempatku berdiri, aku juga bisa melihat lalu lalang pengunjung yang tak ada sepinya di luar sana.
Saat itulah, retinaku menangkap satu sosok yang sejak beberapa lalu memenuhi pikiranku. Pemilik benda yang kini berada dalam genggamanku. Tanpa buang waktu, aku bergegas keluar. Kuabaikan tatapan heran Itachi dan juga Kisame.
Aku melihatnya keluar masuk stand goodies yang tadi ia kunjungi. Tiga kali. Kalau aku tidak salah menghitung. Aku bisa melihat guratan panik yang terpeta jelas di wajahnya.
Aku berjalan kearahnya. Berhenti tepat satu langkah dibelakang tubuhnya. Genggaman tanganku pada gagang pedang semakin mengerat. Bisa kurasakan keringat yang merembes lewat pori-pori kulitku semakin deras. Jantungku berdegup kencang. Aku tak pernah merasa segugup ini ketika akan memanggil seseorang. Oh sial, kalau Itachi melihat ini aku yakin dia akan tertawa hingga air matanya kering.
Aku menarik napasku dalam-dalam.
"Hey, Asuna."
Akhirnya aku berhasil mengatakannya.
Tubuh itu berbalik dengan cepat. Terlalu cepat hingga wajahnya terantuk dadaku. Tidak sampai disitu, ketika ia memundurkan badannya, ia tersandung kakinya sendiri. Reflek tangan kiriku terulur untuk menahan tubuhnya yang tertarik gravitasi.
Ceroboh. Kata itu langsung terlintas dalam pikiranku.
Angin sepoi-sepoi yang bertiup membuat helaian rambut biru itu berkibar. Beberapa anak rambut menyapu lembut permukaan pipiku. Dalam posisi ini, aku bisa melihat dua biji lensa sewarna lazuardi menatap ke arahku. Jarak wajah kami yang begitu dekat membuatku bisa merasakan napas hangatnya, juga rona merah yang menjalar di wajahnya. Aku harap, rona itu tidak menular padaku. Cukup dengan jantung ini yang memompa darah dua kali lebih cepat.
Selama lima detik, kami bertahan dalam posisi tersebut. Hingga kurasakan tubuh dalam rengkuhan tanganku menegang. Gadis itu menolehkan kepalanya sedikit ke kanan—kearah tanganku yang menggenggam sebuah pedang dengan mata membulat.
Melihat hal itu, aku mengerti.
Aku menarik kembali tanganku setelah yakin gadis didepanku ini bisa berdiri dengan benar. Kemudian, kusodorkan pedang yang sejak tadi kugenggan kepadanya.
"Pedang yang bagus." Ucapku singkat Dia masih terdiam dengan warna merah yang menghiasi pipinya. Aku memasukkan kedua tanganku ke saku celana dan berjalan melewatinya. Aku menyempatkan meliriknya yang masih belum menunjukkan gerakan yang berarti.
Mugkinkah waktu akan mempertemukan kita lagi?
-To Be Continued-
Chapter 1 done!
Fic collab pertama dengan imotou-ku, Miyu-chan~ Kalian bisa menikmati cerita ini dengan Sakura's Pov Version di F LO W © Nakazawa Miyuki Mind to review?
.
