Seorang anak kecil berumur lima tahun sedang meringkuk diatas tempat tidurnya, ia bersembunyi didalam selimut tebalnya. Anak kecil tersebut sangat ketakutan, lampu di kamarnya padam dan diluar sedang hujan deras ditambah dengan suara petir yang menggelegar. Ia sungguh ketakutan, ia membutuhkan seseorang untuk memeluknya.
Tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka, seseorang masuk dengan terburu sembari memegang lilin ditangannya. Seseorang tersebut menaruh lilin dimeja dekat ranjang, ia segera menaiki tempat tidur dan memeluk anak kecil yang masih bergelut dibawah selimut itu. Ia membuka selimut yang menutupi anak kecil itu, dan melihat wajah manis anak itu yang ketakutan dengan air mata yang mengalir dikedua pipi chubby 'nya.
Merasa tubuhnya dipeluk seseorang, anak itu pun mendongak dan menemukan wajah cantik sang Umma yang sedang tersenyum padanya. Sang Umma mengelus pipinya sambil berujar, "Gwaenchana, Umma disini. Tidurlah, Umma menemanimu" kemudian memeluknya lagi. Merasa dirinya sudah aman, anak tersebut pun menyamankan dirinya dipelukan sang Umma dan mulai memejamkan matanya.
Selang beberapa waktu, seorang namja tampan masuk kekamar tersebut. Namja tersebut mendekati ranjang sang anak dan melihat sang istri sedang memeluk buah hati mereka. "Apa Kun sudah tidur?" tanya sang namja pada istrinya. Sang istri hanya berguman sebagai jawaban.
"Kau mau ikut tidur disini?" tawar sang istri. "Baiklah" jawab sang namja.
Ia pun ikut berbaring disisi kosong samping anaknya, dan mengecup kening sang istri dan sang anak secara bergantian. Sang istri tersenyum, "Jaljayo" ucapnya.
Mereka berdua melewati malam yang dingin itu dengan tidur bersama sang buah hati. Meski diluar badai sedang mengamuk, itu tak mengganggu keluarga kecil tersebut untuk terlelap dalam mimpi yang indah.
LOST MY FAMILY
Main Cast: Qian Kun, Jung Jaehyun, Lee Taeyong
Other Cast: Mark Lee, Lee Jeno, Wong Yukhei (Lucas)
Disclaimer: Semua cast milik diri mereka masing-masing, kecuali Lucas (be mine). Dan cerita ini murni milik saya.
Warning: BL/Yaoi/Shoai, M-preg, typo, DLDR.
.
Seorang namja sedang merapikan pakaiannya didepan cermin. Ia merapikan dasi yang terpasang dikerah kemejanya, ia memandang cermin memastikan penampilannya sudah rapi. Dari mulai celana, kemeja, dasi, dan juga jas sekolahnya. Terakhir, ia melihat pantulan wajahnya sendiri. Sungguh menyedihkan, wajahnya terlihat pucat, bibirnya kering, dan juga terlihat lingkar hitam dibawah matanya. Namja itu tersenyum getir.
"Apakah itu aku?" gumamnya pada dirinya sendiri.
Ia sedikit merapikan rambutnya yang berantakan, setelah itu mengambil tas ranselnya diatas tempat tidur. Kemudian ia beranjak keluar dari kamarnya.
Kamarnya berada dilantai dua, jadi ia harus menuruni tangga untuk ke lantai dasar dan keluar dari rumah.
Di lantai dasar, ada dua orang yang sedang beradu mulut satu sama lain. "Apa saja yang selama ini kau lakukan dirumah, hah?" tanya salah satu dari mereka kepada lawan bicaranya, dengan nada tajam yang kentara. "Apa?! Tentu saja mengurus rumah. Memang kau pikir aku melakukan apa?" tanya balik sang lawan bicara.
"Lalu, apa kau tidak pernah memperhatikan anak kita?! Sampai nilai sekolahnya merosot seperti ini, huh?" ujar namja dewasa yang tadi pertama bertanya sambil melempar buku rapor sang anak dimeja dekat mereka.
"Apa maksudmu? Aku sudah memperhatikan Kun selama ini. Kau pikir aku tidak sibuk!" ujar sang istri yang menjadi lawan bicaranya sekarang. "Kau sendiri tidak pernah memperhatikan Kun. Kau selalu sibuk dengan urusan pekerjaanmu itu" ujar sang istri lagi.
"Apa kau bilang?! Memang aku bekerja untuk siapa? Itu untuk menghidupi kalian berdua" ujar namja dewasa dengan nada yang semakin tinggi. "Hhh, alasan saja" kata sang istri sambil membuang muka. "Bilang saja kalau kau bersenang-senang".
"Astaga Taeyong, bagaimama jalan pikiranmu itu" ucap namja dewasa sambil mencengkeram kepalanya. "Sudahlah, kau memang tidak peduli padaku dan Kun" ujar sang istri lalu pergi meninggalkannya sendirian di ruang tengah. Namja dewasa itu duduk disofa menghela napasnya perlahan, mencoba menjernihkan pikirannya kembali. Ia baru pulang dari kantor pagi ini dan sudah harus berdebat dengan istrinya.
Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, dan menemukan sang anak yang sedang terdiam di anak tangga paling bawah. Oh, mungkinkah sang anak mendengar perdebatannya dengan sang istri? Ia segera beranjak mendekati sang anak.
"Apa sudah mau berangkat, Kun?" tanyanya lembut pada sang anak. Kun hanya mengangguk pelan. "Apa perlu Appa antar?" tanya sang ayah lagi. Kun menatap sang ayah, "Tidak perlu Appa, sebaiknya Appa istirahat saja. Appa 'kan baru pulang" jawab Kun. "Baiklah, apa kau sudah sarapan Kun?" tanya ayahnya sambil mengelus rambut Kun. Dan Kun menggeleng sebagai jawaban, "Aku akan makan disekolah"
Namja dewasa itu mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang kemudian ia berikan kepada Kun, "Ini untuk uang sakumu, makanlah yang bergizi" ujarnya. Kun menerima uang dari ayahnya dan menggenggamnya erat.
"Terima kasih, Appa! Kun berangkat. Annyeong!" setelah berterima kasih dan berpamitan pada sang ayah, Kun pun keluar dari rumah dan pergi ke sekolah.
Kun berjalan melewati gerbang sekolah menujuh kelasnya, kelas 1-3. Hari masih pagi, jadi masih sedikit siswa yang datang. Kun pun berjalan dengan santai, tidak terlalu terburu masuk ke kelas.
Kun hanya berjalan tidak memperhatikan sekitar, pikirannya melayang jauh dari raganya. Sampai ia tidak sadar ada seseorang didepannya. Dan...
Brukk
Kun menabrak seseorang tersebut, dan minuman yang dibawa seseorang itu tumpah mengenai seragam Kun. Ia mencoba membersihkan seragamnya yang terkena minuman, tapi sepertinya percuma.
"Oh, maaf. Aku tidak melihat ada orang" ujar orang didepannya dengan nada mengejek, ditambah gelak tawa dua orang dibelakang namja tersebut. Namja didepan Kun menyeringai, "Bajumu basah, biar aku bersihkan" ujarnya yang kemudian menumpahkan sisa minuman yang ia bawa pada kepala Kun. Kun sendiri hanya memejamkan mata saat diperlakukan seperti itu.
"Jeno, sepertinya itu tidak membantu" ujar salah satu namja dibelakang Jeno, namja yang menyiram Kun. "Biar aku saja yang membersihkannya" ujar namja itu kemudian berjalan mendekati Kun, dan menyeret Kun pergi.
"Lucas, kemana Mark membawa anak itu?" tanya Jeno kepada satu temannya yang lain. Sedangkan yang namanya Lucas tadi mengedikkan bahunya, "Entahlah, tapi sebaiknya kita jangan lewatkan ini. Ayo!" ujar Lucas dan mengajak Jeno. Mereka berdua pun pergi menyusul Mark yang sudah duluan membawa Kun pergi.
Mark menyeret paksa Kun dengan mencengkeram erat jas seragam yang dikenakan oleh Kun. Dan Kun sendiri mencoba memberontak melepaskan dirinya dari Mark, ia yakin Mark pasti akan mengerjainya lebih buruk dari Jeno sebelumnya. Mark menyeringai menatap wajah gusar Kun, ia semakin mempercepat jalannya.
"K-kau mau membawaku kemana?"
Mark tersenyum sinis, "Aku hanya ingin membersihkan bajumu". Kun menggeleng, "Lepaskan aku" pintah Kun yang hanya dianggap angin lalu oleh Mark. Kun masih mencoba melepaskan cengkeraman Mark pada seragamnya, akan tetapi tidak berhasil. Cengkerman Mark terlalu kuat, dan pada akhirnya Kun pun pasrah apapun yang akan dilakukan Mark padanya.
Mark menyeret Kun ke dalam toilet dan mendorong kasar tubuhnya ke tembok toilet. Beberapa siswa laki-laki yang berada didalam toilet menatap takut Mark, dan mereka dengan cepat segera keluar dari toilet. Siapa yang tidak takut dengan Mark, salah satu dari penguasa di sekolah ini yang sangat suka menindas siswa lemah bersama dua orang temannya, Jeno dan Lucas. Dia bahkan pernah menindas siswi perempuan hingga membuat siswi tersebut pindah dari sekolah. Para guru pun tidak berani menegur ataupun menghukum Mark dan temannya -kecuali satu guru-, karena orangtua ketiganya adalah donatur terbesar di sekolah ini.
Dan sekarang Kun menjadi bahan bullying tetap oleh ketiganya. Kun hanya mengernyit saat merasakan kepalanya terbentur tembok. Entah apa yang akan dilakukan Mark, ia melihat Mark masuk ke salah satu bilik toilet. Dan tak berapa lama Jeno dan Lucas menyusul ke toilet. Mereka berdua menatap Kun dengan pandangan mengejek. "Kasihan sekali kau" ujar Lucas dengan tawa sinis.
Mark keluar dari bilik toilet dengan membawa satu kantong plastik hitam besar yang biasa dipakai untuk membuang sampah, didalam kantong itu terdapat sampah-sampah kotor yang sudah Mark campur dengan air. Ia berjalan mendekati Kun yang sedang terduduk dilantai toilet dengan raut wajah tak karuan. "Kenapa wajahmu seperti itu, huh?" tanya Mark, dan dengan tak berperasaan mengguyurkan isi kantong plastik yang ia pegang ke atas tubuh Kun. Lalu membuang plastiknya di sembarang tempat.
Kun hanya bisa memejamkan matanya saat air kotor beserta sampah-sampah itu mengenai tubuhnya. Bau busuk sampah pun menguar didalam toilet itu, "Uhh, bau sekali" ujar Mark menutup hidungnya sambil mengibas-ngibaskan tangan. Sekarang tubuh Kun basah kuyup dengan air kotor itu, tiga orang disana menertawakan Kun. "Haha.. kau sungguh kejam Mark" ucap Jeno kepada Mark.
"Ayo kembali" ajak Lucas pada kedua rekannya.
"Oke, cukup sampai sini. Kita lanjut lain waktu!" ujar Mark sambil menjambak rambut Kun dan menghentakkannya dengan keras, membuat Kun terhuyung kesamping. Setelah itu, mereka bertiga pun keluar meninggalkan Kun di toilet.
Kun memegangi kepalanya yang serasa berdenyut nyeri, ia merasa tubuhnya lemas bahkan hanya untuk berdiri. Wajah Kun yang tadinya sudah pucat sekarang tambah pucat lagi. Kun diam untuk beberapa menit, sebelum ia mencoba untuk berdiri. Dan berhasil, Kun berhasil berdiri dengan bantuan wastafel disamping kirinya.
Jeni, Mark dan Lucas masuk kedalam kelas mereka, kelas yang sama dengan Kun kelas 1-3. Mereka duduk dibangku masing-masing, bangku paling belakang sendiri. Jeni satu bangku dengan Mark, sedangkan Lucas berada disebelah bangku mereka. Lebih tepatnya disamping kanan Jeno. Beruntung Kim saem, guru yang mengajar pada jam pertama belum datang. Hanya ada satu guru yang berani menghukum mereka bertiga, yaitu Kim saem. Ia tak peduli meskipun itu anak donatur terbesar sekolah, kalau berbuat salah mereka harus dihukum-prinsipnya.
"Hei, bagaimana keadaan anak itu?" Lucas bertanya kepada Jeno dan Mark disampingnya. "Entahlah, kenapa kau peduli!" ujar Jeno.
"Selamat pagi anak-anak!" seru Kim saem yang baru saja datang. Semua siswa segera duduk dikursi masing-masing, saat melihat kedatangan Kim saem. "Maaf atas keterlambatan saya. Sekarang buka buku kalian pada bab 4!" perintah Kim saem pada semua siswa 1-3. Dan para siswa pun segera mengeluarkan buku dan membuka dibab yang Kim saem suruh.
Setelah mengganti pakaiannya yang kotor dengan yang bersih, Kun masuk ke kelas. Ia melihat dikelas Kim saem sudah datang. Kun berjalan mendekati meja Kim saem, bermaksud meminta maaf atas keterlambatnnya. Pada saat itu,Kun merasa semua mata tertujuh padanya. Kun mengabaikan pandangan itu, ia melihat Kim saem yang menatapnya.
"Mianhamnida Kim saem, saya terlambat" ujar Kun sambil membungkukkan badannya. Kim saem berdiri, ia menyilangkan kedua tangannya didada. "Kenapa bisa terlambat?" tanya Kim saem dengan nada tajam. "Bersihkan toilet setelah pulang sekolah! Sekarang duduk" pinta Kim saem pada Kun. Kun pun segera duduk dikursinya.
"Oke, kalian pelajari materi dibab 4 dan kerjakan semua soal-soal 'nya. Kalian mengerti!" perintah dari Kim saem. Dan semua siswa kompak menjawab 'iya'.
"Saat istirahat kumpulkan dimeja saya, ketua kelas yang harus bertanggung jawab. Saya ada urusan, jadi kelas saya tinggal, permisi" ujar Kim saem lagi, lalu pergi meninggalkan kelas. Setelah Kim saem pergi, kelas pun mulai menjadi ramai. Semua sibuk dengan urusan masing-masing.
Kun hanya memilih diam dibangkunya dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh Kim saem. Sedangkan ada tiga pasang mata yang menatapnya intens. Lucas membisikkan sesuatu kepada Jeno dan Mark, kemudian ber-high five ria.
Pelajaran hari ini telah selesai, semua siswa berhamburan keluar kelas untuk segera pulang. Di kelas sudah sepi, Kun pun pergi keluar kelas dan akan melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Kim saem. Kun mengambil alat-alat kebersihan di gudang, setelah itu pergi ke toilet untuk bersih-bersih.
Saat membuka toilet, Kun dikejutkan dengan keadaan toilet yang benar-benar kotor. Sampah ada disana sini, seperti memang sengaja dilakukan. Kun menghela nafas, kemudian mulai mebersihkan toilet.
Kun mengambil semua sampah yang berceceran kemudian ditaruh di tempat sampah. Setelah tidak ada lagi sampah, Kun pun mengepel seluruh lantai toilet.
"Uhh, cocok sekali. Pekerjaan seorang pecundang!"
Kun melihat ke arah pintu toilet, dimana suara tersebut berasal. Ia melihat Mark, Lucas dan Jeno yang sedang bersandar di pintu toilet dengan mentertawakannya.
"Kasihan sekali kau!" ujar Lucas dan dengan mudahnya ia menendang tempat sampah hingga membuat isinya berhamburan ke lantai. "Ups, maaf tidak sengaja" ujar Lucas dan kemudian mereka bertiga tertawa melihat ekspresi Kun. Kun menatap kejadian itu dengan pandangan terluka, lantai yang susah payah ia bersihkan kini kembali kotor.
"Hh, ayo pulang. Sudah cukup untuk hari ini" ajak Mark kepada dua rekannya. Dan kemudian mereka bertiga pun meninggalkan toilet. Menyisakan Kun yang terpaksa membersihkan ulang toilet sendirian.
Setelah menyelesaikan hukuman 'nya Kun segera pulang ke rumah. Sepertinya akan turun hujan, karena langit mulai mendung dan udara juga mulai dingin. Kun menuruni tangga dari lantai dua ke dasar. Sampai dilantai dasar ternyata hujan sudah turun. Dengan terpaksa Kun pulang menerobos hujan.
Kun berlari menerobos hujan dengan tasnya yang ia gunakan sebagai payung. Seluruh tubuhnya basah dengan air hujan, tapi tidak membuat Kun berhenti berlari. Kun terus saja berlari hingga sampai didepan pagar rumahnya. Ia membuka pagar dan segera masuk kedalam.
Tubuh Kun menggigil karena terlalu lama terkena hujan. Ia mengusap usap kedua tanganya agar lebih hangat.
"Omo, Tuan muda!" pekik seorang yeoja paruh baya saat Kun memasuki rumah. Yeoja tersebut segera mengambil selimut yang cukup tebal dan memakaikannya pada tubuh basah Kun. "Terima kasih Song ahjumma" ujar Kun dengan nada bergetar kedinginan. Song ahjumma menuntun Kun untuk duduk disofa sambil mengusap usap bahu Kun untuk mengurangi rasa dingin.
"Tuan muda tidak apa?" tanya Song ahjumma dengan nada khawatir. "Nde" jawab Kun.
"Wajah anda sangat pucat, apa benar anda baik-baik saja?" tanya Song ahjumma memastikan lagi, ia sangat khawatir karena memang wajah Kun sangat pucat. Lebih pucat dari tadi pagi. "Nan gwaenchana ahjumma" jawab Kun untuk meyakinkan Song ahjumma.
"Baiklah, Tuan muda tunggu disini. Ahjumma akan buatkan teh hangat dan juga air panas untuk mandi" setelah itu Song ahjumma pergi ke dapur.
Kun merapatkan selimut ditibuhnya. Ia mengedarkan pandagannya ke seluruh ruangan, sepi. Sepertinya kedua orang tuanya belum pulang atau mungkin tidak. Kun beranjak dari duduk nya dan berjalan ke kamar nya dilantai dua. Ia melihat Song ahjumma keluar dari kamar mandi dikamarnya.
"Oh, Tuan muda! Air nya sudah ahjumma siapkan. Anda perlu sesuatu?" tanya Song ahjumma saat mengetahui ada Tuan muda nya. "Tidak, terima kasih ahjumma" ucap Kun. "Kalau begitu ahjumma keluar dulu. Jika memerlukan sesuatu panggil saja ahjumma" ujar Song ahjumma dan kemudian berjalan ke arah pintu untuk keluar.
Kun berdiri termenung sebelum berbalik dan memanggil Song ahjumma, "Song ahjumma!"
Song ahjumma yang baru akan membuka pintu ia urungkan dan berbalik menghadap Kun. "Ada apa Tuan muda?" tanya nya.
"Hanya ingin bertanya ahjumma, apa Umma dan Appa belum pulang?" tanya Kun.
"Belum Tuan muda! Tadi mereka menelpon, kalau mereka tidak pulang malam ini" jawab Song ahjumma.
'Sudah ku duga' batin Kun. "Ah, ya sudah. Terima kasih ahjumma"
"Nde, saya permisi" ujar Song ahjumma dan kemudian keluar dari kamar Kun.
Kun segera pergi mandi. Dan setelah mandi juga berpakaian, Kun memilih tidur lebih awal.
Malam semakin larut bukannya semakin redah hujan nya malah semakin deras, juga suara petir yang saling bersaut sautan. Kun benci itu, suara petir itu membuat nya ketakutaan. Ia ingin keluar dan mencari Song ahjumma atau siapapun yang bisa membuatnya tenang. Tapi Kun terlalu takut, meski hanya untuk turun dari ranjang.
Dulu waktu ia kecil, ada sang Umma yang akan memeluknya dan menenangkannya saat hujan badai seperti ini. Dan juga sang Appa yang akan mengelus elus rambutnya sampai ia tertidur. Tapi sekarang bahkan kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Jadi, Kun putuskan untuk menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal dan mencoba menutup matanya untuk tidur, meski ia masih merasa takut.
TBC/Delete (?)
