Maurineko Aiko
Present:
I'll write the WARNING first, so you can see for future :p
Warning this fiction contain:
Yaoi, Angst, reasonable violence, torture!Uke
Rating: T (For any excuse, no bed sex scene ex: no rape scene or rape scene will cut)
Nah, sudah ngerti kan?
Oh ia, hampir lupa. Warning tambahannya adalah OOT dan typo, soalnya aku bakal nggak perhatikan EYD fasih kayak di kamus. Biar semuanya enjoy baca pake bahasa sehari-hari. OK?
DISCLAIMER!
NARUTO belong Masashi Kishimoto's
Enjoy the story :p
A . A
Opening only!
Panti asuhan itu tampak tidak ada yang berbeda, sama panti asuhan yang lain. Berisi anak-anak yang tidak mempunyai orang tua karena suatu alasan atau mungkin beberapa diantaranya tidak diinginkan. Sebenarnya ini memang kedengaran miris banget, apalagi kalau tau yang ada disana adalah mahluk-mahluk suci yang tidak berdosa. Well, mungkin sudah kontrak mereka dengan tuhan, who knows?
Rumah Panti Yondaime. Ya, pemilik rumah panti itu adalah Yondaime. Dengan umur yang cukup muda dengan dandanan yang nyentik tapi nggak mau-maluin itu, terbilang cukup sukses dengan pekerjaannya sebagai pemilik dari perusahaan Namikaze Adios Corporation. Dia sangat menyukai anak-anak. Dia juga mendapat julukan yang unik, "Si kuning hati pink". Eits, ini bukan Spongebob dan Patrick. Tapi serius! Pemuda ini sangat menyukai anak-anak. Jika ditanya mengapa, pasti dengan entengnya dia bakal jawab, "Aku nggak tega sama anak-anak yang dibuang ini.." dengan gaya lebay mirip Maito Gai dan anaknya jika sedang dalam fury mode.
Oh, well. Hari ini seperti biasa. Sang Yondaime lagi asik main hapenya. Nggak tau deh apa dia sibuk atau nggak. Mottonya adalah "setiap hari santai!". Jadi, jangan heran kalo ngeliat orang ini kerjaannya cuma duduk di kursi kepala di panti.
'Tok… Tok…'
Perhatian pemuda itu yang bernama asli Minato teralih ke arah pintu. "Masuk aja, nggak di kunci kok…" katanya ramah lalu kembali bermain dengan ponselnya.
"Maaf, Minato-kun… Sepertinya kita kedatangan satu tambahan anak lagi hari ini…" kata pria bermasker dengan rambut silver jabriknya. Minato mendengus pelan sambil mengucapkan "huh?" ke arah pria itu.
"Eh? Beneran?" mata Minato membulat sempurna dengan binar-binar yang sulit dijelaskan. Sedangkan pria bermasker itu hanya bisa ber-sweatdrop ria melihat tingkah atasannya ini.
"WOAHH! LUCU SEKALI!" Minato berteriak kegirangan sambil mengangkat balita berumur 9 bulan itu.
"Hei-hei… Dia bukan boneka, Minato…" Orochimaru berkata pada Minato karena takut terjadi apa-apa pada anak tersebut. Belum hilang dari ingatannya saat Minato begitu gembira mendapatkan Kiba yang didapatkannya di tempat sampah disamping rumahnya. Dengan nekatnya dia membawa Kiba yang saat itu hujan deras ke panti ini. Beruntung Kiba dikategorikan sebagai bayi sehat , kalau tidak… sudah terpampang jelas gambaran-gambaran mengerikan yang akan terjadi.
"Ah… anak ini sangat lucu, Orochy…"
'Twitch'
"O… Orochy kamu bilang…" urat Orochimaru tampak berkedut mendengar Minato memanggilnya. "Nama itu… Begitu menjijikan, Minato."
"Ups, my bad Orochy… Kau sudah seperti kakek-kakek saja…" Minato berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari anak yang digendongnya. Tidak memperhatikan dibelakangnya ada tengu yang sedang bersiap untuk membunuhnya. Dan rentetan kejadian berikutnya kayaknya nggak usah di sebut. Terlalu gore untuk sebuah kisah.
A . A
"B-baiklah… Orochy… E-eh… Orochimaru-san… Aku akan memberikan nama anak ini…" Minato berkata sambil menatap Orochimaru. Sedangkan yang ditatap, hanya memerikan death glare ria pada pemuda iris biru tersebut.
"Jadi, nama apa yang kau berikan, Minato?" kata Orochimaru lalu meletakkan tangannya di atas keyboard. Lama Minato berpikir.
"Hah… Tampaknya aku terlalu malas untuk memikirkan sebuah nama untukny…"
'BLETAK! CRACK!'
"Cepat berikan dia nama atau kau besok akan tinggal nama…" Minato bergidik begitu melihat keyboard yang kini hanya menjadi nama, karena sudah terbelah menjadi dua.
"AAAAAAAAA! BAGAIMANA DENGAN NARUTOO! AAAAA! KABOOORRRR!" Minato berteriak sambil lari sekencangnya meninggalkan ruang kerja Orochimaru.
"Naruto ya, hmm… Ya sudahlah… Hm… Na…" kata-kata Orochimaru terputus. Kini pandangan matanya menatap lurus ke arah keyboard tersebut. "Well, sepertinya aku memang seperti kakek-kakek…" Orochimaru menyadari faktanya bahwa memang benar dia adalah seorang yang berumur lalu menghela nafas. Lalu melangkahkan kakinya ke arah cermin. "Huh… Dasar Minato. Untung aku masih terlihat muda…" ucapnya didepan cermin. Sweatdrop deh.
A . A Opening End A . A
