DIA, TANPA AKU

Remake Story by Esti Kinasih

.

.

.

Park Chanyeol

Byun Baekhyun (GS)

Ocs

.

.

.

[DISCLAIMER]

Cerita ini adalah milik penulis aslinya. Saya hanya me-remake kepada versi ChanBaek.

.

.

.

Capter 1

Happy reading..

Panas matahari siang ini sebenarnya bisa membuat cucian basah di jemuran kering dalam sekejap. Tapi Suho mengiyakan saja ajakan Kris untuk melihat Baekhyun. Cewek itu sudah diincar Kris sejak dua bulan lalu. Sayangnya, Baekhyun masih kelas tiga SMP, jadi Kris belum mau PDKT. Ia menunggu Baekhyun masuk SMA.

Karena belum bisa PDKT itulah, selama ini Kris hanya melihat Baekhyun dari jauh. Melihat, memperhatikan, mengamati. Kadang Kris "mengantar" cewek itu pulang. Mengantar dalam tanda kutip karena Baekhyun tidak pernah tahu ada cowok yang terkadang ikut naik bus yang ditumpanginya hanya karena ingin melihatnya lebih lama.

Setiap kali habis nongkrong di sekolah Baekhyun, besoknya pasti Kris akan bercerita panjang-lebar. Dan sering banget ceritanya itu nggak penting. Nggak penting untuk orang yang ia paksa untuk mendengarkan. Dalam hal ini, Suho. Misalnya..

"Baekhyun itu manis banget, Ho. Mirip-mirip aktris Korea yang namanya Kim Jiwon."

"Kim Jiwon?" Suho mengerutkan kening. "Yang mana ya?"

Meskipun petunjuk paling krusial yang bisa menggambarkan betapa manisnya Baekhyun ternyata tidak diketahui Suho, itu tidak menghalangi Kris terus menceritakan cewek gebetannya itu.

"Tu cewek kalo pake baju olahraga, cakep banget, Ho. Seksi. Imut!" puji Kris suatu hari dengan mata berbinar-binar.

"Imut apa seksi?" tanya Suho.

"Seksinya imut. Bukan seksi menggoda, gitu. Pokoknya manis deh. Sumpah!"

"Imut, seksi, apa manis nih? Yang jelas dong informasinya."

"Imut! Seksi! Manis!" tandas Kris.

Info nggak penting lainnya…

"Baekhyun kalo lagi keringatan, trus rambutnya berantakan, cakeeep banget!"

Lainnya lagi, masih nggak penting juga..

"Kemarin dia olahraga pake biru-biru. Kaus biru sama celana pendek biru. Ternyata cewek kalo pake biru, jadi keliatan cakep ya?"

Tapi pernah juga ada info yang penting. Penting untuk bahan renungan Suho, bahwa jika suatu saat nanti dirinya jatuh cinta, ada kemungkinan akan

jadi gila juga, seperti sahabatnya itu. Isi infonya sendiri sih masih tetap nggak penting.

"Namanya Byun Baekhyun. Kelas tiga SMP. Pelajaran yang paling disenengin biologi sama matematika. Warna favorit: biru. Olahraga favorit: nggak ada. Jadi kalo lagi jam olahraga, tu cewek lebih sering nongkrong-nongkrong atau ngisengin temen-temennya. Gue pernah merhatiin, main basketnya parah banget. Main volinya kacau, dan main bulutangkisnya asal. Satu-satunya olahraga yang dia jago cuma lari. Tu cewek cepet banget larinya. Apa karena dia suka ngisengin orang ya? Jadi kudu bisa lari cepet biar nggak dijitakin rame-rame."

Sejenak Kris berhenti membaca catatannya. Ia tertawa geli.

"Makanan favorit, kalo yang berat: siomay sama bakso. Kalo yang enteng: bakwan sama tahu isi. Sama kayak gue!" serunya kemudian dengan girang. "Berarti kami jodoh!"

Suho mendengus. "Cuma sama-sama seneng bakwan sama tahu isi aja kok jodoh," gerutunya.

Tapi Kris tidak peduli. Ia teruskan membaca catatannya.

"Kalo lagi belajar, senangnya sambil dengerin radio. Kalo nggak dengerin radio, dia jadi ngantuk. Genre film yang dia senengin: roman komedi. Dia benci banget film horor. Dia penggila komik Jepang. Dia pernah ngefans sama Peterpan, tapi sekarang udah nggak lagi sejak Nidji muncul. Dia juga pernah ngefans berat sama Aa Gym. Katanya, suara Aa tuh teduh. Bikin hati tenang."

Kepala Kris menyembul dari sisi kertas yang sedang dibacanya, yang selama ini menghalangi mukanya dari pandangan Suho.

"Feminis radikal. Gawat juga!" Kris tertawa geli.

Suho ternganga. "Gimana caranya lo bisa dapat informasi-informasi itu?" tanyanya takjub.

"Pokoknya gue tau," jawab Kris pendek.

Banyak lagi info nggak penting tentang Baekhyun yang selalu disampaikan Kris kepada Suho, yang terpaksa terus menyimak atas nama persahabatan.

Masalahnya adalah, saat detik-detik menjelang Baekhyun tamat SMP ini, frekuensi pengamatan Kris semakin tinggi, dan frekuensi berceritanya semakin tinggi lagi. Bahkan Kris sama sekali tak peduli cerita itu baru saja diceritakannya tadi pagi. Panjang-lebar pula.

"Ini rerun-nya," katanya kalem, sebodo amat sama tampang bete Suho.

Suho tahu Kris merasa punya alasan kuat untuk memaksanya mendengarkan semua cerita tentang Baekhyun, karena alasan itu pernah dikatakannya.

"Elo belum pernah tahu anaknya sih. Coba kalo lo udah tau, pasti lo ngerti kenapa gue suka banget sama dia dan selalu pengin cerita tentang dia."

"Udah. Lo kan punya foto-fotonya. Biasa aja tuh."

"Kesannya pasti beda kalo lo udah ngeliat langsung."

Kris memang menyimpan banyak foto Baekhyun yang di shoot-nya secara diam-diam. Untung foto-foto itu cuma disimpannya di kamar, nggak dibawa-bawa. Karena menurut Suho, bawa-bawa foto cewek yang kita taksir atau kita incer tapi masih belum ketahuan tu cewek naksir juga apa nggak, cuma berlaku kalo kita ngincer artis. Jadi kalo ternyata ntar di tolak, ya biasa aja. Nggak malu-maluin.

Makanya Suho berharap banget Kris mengajaknya dalam pengamatan Baekhyun berikutnya. Supaya besok-besok kalau Kris bercerita tentang Baekhyun dengan berapi-api dan bermenit-menit, dirinya tidak perlu mendengarkan keseluruhan cerita. Cukup dua-tiga kalimat, kemudian bisa langsung di-cut "Gue udah tauuu!"

Harapan Suho terkabul pagi ini. Mendadak Kris mengajak sahabat sekaligus teman sebangkunya itu menemaninya melihat Baekhyun.

"Mau!" Suho langsung menjawab dengan nada sepeti akan diajak liburan gratis ke Bali.

"Semangat amat sih lo?" Kris jadi agak heran.

"Gue jadi penasaran. Kayak apa sih tu cewek? Soalnya elo ceritanya heboh melulu," Suho menjawab sambil menyeringai lebar.

Begitu bel pulang berbunyi, mengabaikan panas matahari yang sudah dijelaskan di awal cerita -bisa mengeringkan cucian basah dalam sekejap- keduanya segera meninggalkan sekolah. Kris takut Baekhyun keburu pulang, karena mereka masih harus naik bus kira-kira lima belas menit untuk sampai di sekolah cewek itu.

Turun dari bus, Kris langsung mengajak Suho ke taman yang ada di depan sekolah Baekhyun. Tidak berapa lama terdengar bunyi bel disusul siswa-siswa berhamburan keluar dari pintu-pintu kelas. Kris langsung gelisah. Lehernya terjulur panjang. Sepasang matanya bergerak cepat, mencari-cari.

Tapi, sampai kerumunan cowok-cewek berseragam putih-biru itu berkurang, terus berkurang, dan hingga akhirnya habis sama sekali ditelan bajaj, mobil

jemputan, mobil pribadi, atau menghilang di ujung-ujung jalan di kiri-kanan, orang yang mereka tunggu-tunggu tidak kelihatan sama sekali. Muka Kris yang tadinya cerah langsung mendung pekat.

"Kok dia nggak ada, ya? Jangan-jangan nggak masuk."

Suaranya yang penuh semangat, berisik karena nggak berhenti ngoceh, kini mendadak lemah. Jadi begitu kecewa. Begitu sedih, begitu gelisah, begitu muram. Jadi patah semangat. Sebentar-sebentar Kris menarik napas panjang, bolak-balik mendecakkan lidah, bikin Suho menahan tawa.

"Ada pelajaran tambahan, Kali? Anak kelas tiga biasanya kan gitu?" hiburnya.

"Oh, iya, iya." mendung di wajah Kris seketika tersapu bersih. Wajah itu jadi berseri-seri lagi.

Suho jadi menyesal sudah melontarkan kalimat itu, karena sampai satu jam kemudian Baekhyun masih belum juga kelihatan. Sementara panas matahari yang teriknya bisa bikin kulit gosong itu kegarangannya belum juga berkurang. Namun Kris tetap segar bugar. Tatapannya masih tertuju lurus-lurus ke bangunan sekolah di depannya. Masih penuh semangat dan harapan bisa melihat cewek gebetannya. Sementara di sebelahnya, Suho nyaris kering karena bete dan dehidrasi akut. Akhirnya cowok itu tidak sanggup lagi.

"Kita di sini sampai kapan nih? Ntar malem apa besok pagi?"

Kris menoleh kaget. Langsung di rasakannya aura bete yang melingkupi Suho sangat berbeda dengan aura cinta yang dirasakannya dari bangunan sekolah di depannya. Kris nyengir, merasa bersalah karena telah melupakan orang yang sedari tadi sudah menemaninya.

"Satu jam lagi deh. Kalo sampe satu jam lagi Baekhyun belum nongol juga, berarti dia emang nggak masuk."

"Satu jam lagi, ya?" Suho mengerutkan keningnya dalam-dalam. Pura-pura berpikir. "Oke deh. Kayaknya pas."

"Apanya yang pas?" Kris menatap sahabatnya itu dengan pandangan heran.

"Tingkat ke-'kisut'-annya," jawab Suho enteng. Ia mengatakan itu sambil senyum-senyum. Senyum sumir, singkat dan nggak jelas. "Karena satu jam lagi kayaknya gue bakalan sekering mumi-mumi firaun Mesir kuno. Kalo lo tanya ke orang yang lewat siapa yang mati duluan, gue apa firaun-firaun itu, pasti nggak ada yang bisa jawab. Malah bisa jadi mereka nyangka yang ada di Mesir sana itu muminya Ramses II, sementara yang di sebelah lo ini nih, muminya Ramses I."

Sejenak Kris ternganga, lalu tertawa geli.

"Bilang aja haus, gitu. Ribet amat sampe pake ke Mesir segala."

"Lagian, elo tuh emang nggak tau terima kasih banget, ya? Udah minta ditemenin nyatronin gebetan pas panas abis kayak gini, gue dianggurin, lagi. Nggak dijajanin sama sekali. Beliin es apa kek gitu. Biar gue nggak garing. Gue udah dehidrasi banget nih."

"Iya, iya. Sori, Ho." Kris merogoh saku kemeja sekolahnya. dikeluarkannya selembar sepuluh ribuan lalu diberikannya pada Suho. "Nih."

Muka Suho jadi agak cerah. Ia bangkit berdiri dan segera berjalan menuju warung makan. Tak lama ia kembali membawa dua kantong plastik berisi es teh manis dan seplastik gorengan. Diulurkannya es teh bagian Kris.

Karena perut sudah terisi dan adanya penangkal ancaman kekeringan, Suho jadi tenang. Namun sampai batas waktu yang ditentukan Kris sudah habis, Baekhyun belum juga kelihatan. Kali ini sepertinya dugaan Kris benar. Baekhyun tidak masuk. Jam pulang sekolah sudah lama lewat dan tidak ada lagi siswa yang keluar dari sekolah itu. Muka Kris langsung mendung lagi. Lebih pekat daripada tadi.

"Bener kan dia nggak masuk…," desahnya berat.

"Ya udah kalo gitu. Yuk, balik. Udah sore nih." Suho bangkit berdiri. dikibas-kibaskannya kaus olahraga yang sejak tadi ia gunakan untuk alas duduk. Kris mengikuti dengan ogah-ogahan.

"Kenapa tuh anak nggak masuk, ya? Jangan-jangan sakit?" desahnya, suaranya begitu sarat dengan kecemasan.

"Mudah-mudahan aja nggak. Paling dia kecapekan gara-gara belajar diforsir. Yuk, balik." Suho merangkul bahu Kris lalu memaksa sahabatnya itu pergi dari situ.

.

.

.

.

Karena kemarin tidak berhasil melihat Baekhyun, siang nanti Kris berniat kembali lagi ke sekolah cewek itu.

"Gue takut dia sakit," katanya. Bukan suaranya aja yang cemas, ekspresi wajahnya juga. Seakan-akan mereka sudah saling kenal dan akrab pula. Suho jadi menahan seringai geli yang sudah hampir tercetak di bibirnya.

"Biarin ajalah. Sakit juga ada ortunya ini."

"Emang kalo ada ortunya, trus gue nggak boleh kuatir, gitu?"

"Kuatir juga percuma. Orang kerjaan lo selama ini cuma ngeliatin doang."

Kris jadi meringis.

"Iya sih. Tapi bolehkan gue nguatirin dia? Ntar ikut lagi nggak, Ho?"

"Ikut deh. Jadi penasaran."

Namun sesaat menjelang bel pulang berbunyi, mendadak turun hujan lebat.

"Jadi nggak, Kris? Ujan nih," bisik Suho, sambil tetap menyalin materi pelajaran biologi ke buku catatannya.

"Jadi dong!" tandas Kris juga sambil berbisik.

Dan begitu bel pulang berbunyi, beberapa gelintir siswa nekat menerobos lebatnya hujan, termasuk Kris dan Suho. Keduanya berlari cepat menuju halte tidak jauh dari sekolah. Tapi ternyata hujan lebat tidak turun terlalu lama. Ketika mereka turun di halte dekat sekolah Baekhyun, hujan benar-benar sudah berhenti. Menyisakan udara sejuk dan bau tanah basah.

Keduanya bergegas menuju taman di seberang sekolah Baekhyun. Belum lama keduanya berdua di depan pagar taman, terdengar bunyi bel dari gedung sekolah Baekhyun. Tak lama pintu-pintu kelas terbuka dan siswa-siswi berseragam putih-biru berhamburan keluar dari sana. Kerumunan siswa itu kemudian terhenti di trotoar depan sekolah. Hujan lebat tadi hanya sebentar, tapi cukup membuat sisi jalan di depan sekolah Baekhyun tergenang air.

Sebagian anak memilih jalan memutar, menghindari genangan. Sementara sebagian lagi memilih menyusuri genangan itu dengan perlahan dan hati-hati, di tempat yang paling dangkal.

Tiba-tiba orang yang mereka tunggu-tunggu sejak kemarin muncul. Menyeruak di antara kerumunan. Kris terpana. Sesaat ia cuma bisa menatap Baekhyun lurus-lurus, tanpa bicara.

Rambut Baekhyun yang sedikit melewati bahu diikat ekor kuda. Ikatan yang asal-asalan sehingga beberapa helai rambut terjun di pelipis dan tengkuknya. Wajahnya juga seperti yang sering dilihat Kris. Sedang tersenyum lebar atau tertawa.

"Itu anaknya!" seru Kris tertahan. Ditepuknya lengan Suho.

"Mana?" Suho langsung celingukan mencari-cari. "Yang rambutnya dikuncir berantakan itu?"

"Iya. Gimana? Manis, kan?"

"Iya, manis," Suho mengakui.

"Iya, kan?" sepasang mata Kris yang terus menatap Baekhyun semakin berbinar.

"Tapi beda ya, sama yang di foto-foto? Berarti dia nggak fotogenik."

"Ah, nggak penting!" tandas Kris. "Gue malah lebih seneng pose-pose yang natural gitu. Nggak dibikin-bikin, nggak pake dandan-dandan dulu. Foto cewek-cewek yang pada di close up itu tuh, sama aslinya bisa beda jauh banget, tau! Menipu!" sambil bicara Kris buru-buru mengeluarkan kamera digital dari dalam tas.

"Ambil foto lagi?" Suho menatapnya heran. "Bukannya sudah satu amplop cokelat? Penuh, lagi!"

"Ekspresi yang ini belum ada," jawab Kris sambil menempatkan sasaran bidik ke dalam frame. Suho geleng-geleng kepala.

Kris menekan tombol kecil pada kamera digitalnya dua kali, kemudian dengan puas memandangi hasilnya. Dimasukkannya kembali kamera itu ke tas, dan perhatiannya segera kembali pada Baekhyun.

"Tapi kayaknya tuh anak bandel, ya?" celetuk Suho.

"Iya, emang." Kris terkekeh geli. "Nggak bandel sih. Cuma seneng ngisengin orang. Kayaknya gue udah pernah cerita deh."

Baru saja kalimat Kris selesai, Baekhyun yang tadi berjalan tenang sambil mengobrol dan tertawa-tawa bersama teman-temannya, dengan gerakan tiba-tiba dan tak terduga, melompat ke genangan air hujan di depan trotoar sekolah.

Seketika terdengar jeritan-jeritan keras, bersamaan dengan air kotor bewarna kecoklatan yang memercik ke segala arah. Mendarat di baju seragam, rok, sweater, tas dan semua benda yang berada tepat dijalur cipratannya.

"BAEKHYUN! INI BAJU MASIH MAU GUE PAKE SEKALI LAGI BESOK, TAU!"

"BAEKHYUN! GUE BISA ABIS DIOMELIN NYOKAP NIH!"

"BAEKHYUN! INI SERAGAM BARU BELI!!!"

Namun, jeritan-jeritan marah teman-temannya itu malah membuat Baekhyun tertawa geli, suaranya keras pula. Melihat itu Kris jadi tertawa terbahak-bahak. Ia memandang Baekhyun dan ulah nakalnya dengan sorot yang semakin jelas memperlihatkan perasaannya.

"Lucu banget kan tu anak?" katanya pada Suho di sela tawa.

"Iseng banget, kali!" Suho geleng-geleng kepala. Tapi akhirnya dia juga tidak bisa menahan tawa saat kemarahan teman-teman Baekhyun malah membuat keisengan Baekhyun semakin menjadi-jadi.

Masih di atas genangan air kotor yang tadi dicipratkannya ke arah teman-temannya, Baekhyun kemudian berjoget-joget dalam berbagai macam gaya. Teman-temannya semakin kesal dan akhirnya berusaha menangkapnya.

"Kita tangkep tuh si Baekhyun, trus suruh dia yang nyuci. Enak aja!" seru salah seorang anak. Baekhyun langsung menghentikan pertunjukan jogetnya dan melarikan diri.

"Kejar! Kejar si Baekhyun!"

"Tangkep! Kurang ajar! Dasar tukang iseng!"

Baekhyun lari pontang-panting, tapi tetap sambil tertawa-tawa geli. Dibelakangnya, teman-temannya segera mengejar. Sambil tetap ribut menjerit-jerit.

"Yuk, Ho!" Tiba-tiba Kris menepuk bahu Suho, kemudian berlari cepat, berusaha menjejeri Baekhyun yang berlari di sisi seberang jalan. Suho sesaat terlongo, tapi kemudian segera mengejar.

Dengan mudah Kris menyusul dan berada di depan Baekhyun. Ketika jalan itu menikung, Kris berlari menyeberang. Dibelakangnya, Suho berlari mengikuti sambil terbingung-bingung.

Begitu sampai di seberang jalan, Kris menghentikan larinya. Dengan napas terengah dia berdiri menunggu. Jantungnya berdetak keras. Bukan saja karena habis berlari, tapi juga karena satu tindakan yang sebentar lagi akan dia lakukan.

Tak lama Baekhyun muncul di tikungan. Dan begitu cewek itu melintas di depannya ….

"Baekhyun!"

Baekhyun menghentikan larinya dengan kaget. Dipandangnya Kris dengan heran.

"Ngumpet di balik pohon, cepet!" Kris menunjuk salah satu pohon peneduh jalan di belakangnya. Baekhyun tidak bergerak. Ditatapnya cowok berseragam SMA di depannya itu dengan heran, aneh, bingung, dan curiga. Baekhyun tak tahu Kris sedang setengah mati menekan rasa gugupnya.

"Kamu tadi isengnya kelewatan banget. Temen-temen kamu kayaknya marah beneran. Kalo sampe ketangkep, kamu bisa…," Kris menyeringai lucu. "dilelepin di kubangan air kotor yang kamu cipratin tadi deh kayaknya."

Suara teman-temannya yang terus menjeritkan namanya membuat Baekhyun tidak bisa lama-lama berpikir.

"Cepet!" desak Kris. "Nanti keburu mereka nongol!"

Setelah menengok ke arah tikungan di belakangnya dan sadar teman-temannya sebentar lagi muncul, akhirnya Baekhyun menuruti saran Kris. Ia bersembunyi di balik pohon yang tadi ditunjuk Kris.

Suho yang tiba belakangan urung menyatakan keherannya karena penjelasannya sudah ada di depan mata.

"Bantuin gue nutupin dia, Ho!" seru Kris begitu sahabatnya itu muncul. Tanpa bertanya lagi, Suho langsung menurut.

Dengan posisi berdiri yang tidak begitu kentara kalau sedang menyembunyikan Baekhyun, Kris dan Suho berdiri mengapit pohon tersebut. Di balik pohon, Baekhyun meringkuk dalam-dalam sambil tertawa geli.

"Kalo ngumpet jangan ketawa," tegur Kris pelan. "Percuma dilindungin."

"Iya. Iya. Maaf." Baekhyun berusaha menghentikan tawanya.

"Begitu nanti temen-temen kamu sudah lewat, siap-siap lari balik ke arah semula, ya. Kamu kan pulangnya naik bus, harus ke halte."

"Oke!" jawab Baekhyun dan ia tertawa-tawa geli lagi.

"Jangan ketawa!" desis Kris.

"Iya. Maaf. Nggak tahan sih." Cewek itu menutup mulut dengan telapak tangan. Suho menyaksikan peristiwa itu dengan senyum.

Tak lama teman-teman Baekhyun muncul, masih dengan seruan-seruan kesal dan marah.

"Itu, anaknya lari ke sana!" tunjuk Kris ke ujung jalan di sebelah kanan.

"Terima kasih, Kak!" cewek-cewek itu mengucapkan terima kasih nyaris bersamaan, kemudian berlari ke arah yang di tunjuk Kris.

Setelah menunggu beberapa detik, Kris memberikan komando, "Baek, buruan lari!"

Diapit Kris dan Suho di kiri-kanan, Baekhyun berlari ke arah semula. Mereka berlari secepat dan sehening mungkin. Tapi cewek itu tidak berhasil menahan tawanya. Ditengah napas yang tersengal-sengal, ia tertawa geli.

Sampai di halte, baru ketiganya berhenti berlari. Baekhyun membungkukkan tubuh, antara kehabisan tenaga karena berlari cepat dan sakit perut karena terus tertawa. Setelah napasnya kembali normal, cewek itu menegakkan kembali tubuhnya. Ditatapnya dua cowok asing yang telah menolongnya.

"Makasih, ya."katanya, dengan senyum geli yang siap berubah jadi tawa. Kris dan Suho mengangguk hampir bersamaan.

"Kok kalian tau nama saya Baekhyun?"

"Ya taulah. Jeritan temen-temen kamu kenceng kayak gitu," jawab Kris, membuat tawa Baekhyun kembali berderai.

"Tapi sebenarnya kalo hari ini selamat juga percuma. Pasti besok saya bonyok dijitakin rame-rame," katanya, membuat Kris dan Suho ikut

tertawa. "Oke deh. Makasih banget ya. Saya duluan, soalnya busnya udah dateng." Baekhyun menunjuk bus yang rutenya melewati rumahnya, yang sedang menuju halte tempat mereka berdiri.

"Oke." Kris mengangguk.

"Eh, iya. Nama kamu siapa?"

Kris langsung salah tingkah.

"Ng…. Kris," ucapnya, dengan suara mendadak pelan.

"Siapa?"

"Kris Park!" Suho yang mengulangi.

"Oh…" Baekhyun mengangguk. "Kalo kamu?" sepasang matanya lalu menatap Suho.

"Suho."

"Oke deh, Kris, Suho. Duluan ya. Sekali lagi, tengkyu banget. Daaah." Baekhyun melambaikan tangan lalu menghampiri pintu depan bus. Tawa gelinya kembali muncul. Kedua cowok itu membalas lambaiannya, jadi tidak bisa menahan senyum geli juga.

Kris melepas kepergian Baekhyun dengan senyum dan tatap sayang. Ditunggunya sampai bus itu benar-banar hilang di ujung jalan, baru diajaknya Suho menyeberang, menunggu bus mereka sendiri di halte seberang.

"Kayaknya lo sekarang udah bisa PDKT deh."

"Nggak ah. Dia masih SMP. Lagian dia udah mau UAN. Kasihan. Nanti gue bisa ganggu konsentrasi belajarnya."

"Nunggu dia SMA masih lama, lagi. Masih beberapa bulan lagi."

"Nggak apa-apa. Daripada macarin anak SMP. Masih di bawah umur.

Mending gue tunggu dia sampe pake putih abu-abu!"

.

.

.

TBC

.

.

.

Annyeong...Aku balik bawa cerita baru.. (yang kemarin aja belum di-next, udah publish cerita baru lagi..hehe)

Ini beneran remake ya.. aku penggemar berat-nya mbak Esti semenjak baca novel beliau yang trilogi itu loh, pasti pada tau kan?

Kelanjutan remake ini lebih terjamin, soalnya aku punya novelnya jadi tinggal ganti nama tokoh-tokoh dan beberapa halnya aja, jadi buat cerita ini insya Alloh jadwal updatenya teratur.

Untuk story AIMH, masih proses pengetikan ya.. dan itu juga aku baru ada waktu akhir-akhir ini karena kuliah aku baru libur.. semoga masih ada yang nunggu.

Oh iya, ada yang minat gak sama cerita remake ini? Kalo ada, aku bakal langsung up chapter 2 nya paling lambat seminggu dari sekarang.

So, how about this story?

RnR juseyoooo..

_Hill_ 080118