My Arrogant Mom (Chanbaek - Mpreg)
Summary: Sehun adalah putra tunggal keluarga Park. Menjadi pangeran di keluarga kaya dan terpandang tak lantas membuat segala urusan di kehidupan Sehun menjadi mulus. Terutama soal percintaan. Semua menjadi rumit kala ibunya yang arogan itu selalu ikut campur dalam memilih calon kekasih untuknya. Park Baekhyun kerap menyiksa calon menantunya yang dia pikir tak sepadan untuk bersanding dengan putra kesayanganya. Untungnya sang ayah -Park Chanyeol- jauh lebih bijaksana dibanding ibunya ini.
Chapter 1
.
...
.
"Gadis mana lagi yang sedang mendekati putraku saat ini?"
Suaranya yang tenang terdengar amat serasi saat bersanding dengan raut wajah cantiknya yang dingin namun bengis. Park Baekhyun menyeruput teh sorenya selagi menunggu jawaban yang dia inginkan dari laki-laki berbadan besar ini.
Seorang ajudan yang ada dihadapannya berdiri kaku, sedikit kesusahan bahkan untuk menelan ludahnya sendiri. Menghadapi nyonya besar seakan menjadi ujian tersulit bagi para bawahan keluarga Park selama bekerja. Dia tidak seperti laki-laki carrier lain pada umumnya; yang lemah lembut, penurut, dan hanya tahu bagaimana cara mengurus rumah serta suami dan anak-anaknya. Park Baekhyun berbeda. Istri dari seorang pengusaha dan senator terkaya Park Chanyeol itu hidup dengan ambisi dan kekuatan didalam genggaman tangannya.
Dia sukses mendampingi suaminya hingga menjadi seperti saat ini. Keberhasilan Park Chanyeol tak bisa lepas dari campur tangan dan dukungan penuh istrinya yang cerdas dan cekatan. Disaat para istri hanya menunggu suaminya pulang dirumah dan berharap ada gaji yang masuk ke rekening mereka, Baekhyun muda menghadapi banyak kesulitan hidup hingga harus ikut bekerja keras dimasa awal pernikahannya dulu.
Saat Chanyeol harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, Baekhyun tak pernah berdiam diri apalagi menadah uang saja dari suaminya. Dengan modal seadanya dia membuka usaha camilan tradisional Korea yang dia jual di pasar setiap pagi hingga siang. Pulang berjualan, dia bekerja menjadi juru dapur di sebuah rumah makan kecil yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Kadang di Sabtu dan Minggu, Baekhyun menerima tawaran untuk membersihkan apartemen mewah milik orang-orang kaya yang melajang.
Sampai suatu malam Baekhyun mengajak suaminya itu berbicara serius sambil menunjukkan setumpuk uang hasil kerja kerasnya yang ia tabung setiap hari. Chanyeol terkejut bukan main. Dia tahu bahwa Baekhyun juga ikut bekerja membantu perekonomian keluarga, tapi tidak menyangka bahwa istrinya bisa menyisihkan uang sebanyak itu. Terlebih gaji Chanyeol hasil dari kerja serabutan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua sehari-hari.
Dengan penuh pengertian dan nada yang lemah lembut Baekhyun menjelaskan pada suaminya "Kau tak ingat bagaimana setiap hari aku lebih sering membawa makanan dari restoran tempatku bekerja ketimbang membeli bahan makanan dan menghabiskan uang kita untuk itu? Uang ini adalah hasil dari gajiku dan sebagian dari gaji milikmu, Chanyeol. Ini benar-benar uang kita. Dengan uang ini, kita bisa membuka usaha retail yang kita idam-idamkan selama ini! Kita akan cari beberapa pegawai, membuat produk yang bagus supaya cepat laku dipasaran. Bagaimana sayang? Kau setuju, kan?"
Dengan raut yang berbinar, Baekhyun muda menjabarkan angan-angan indahnya pada sang suami. Chanyeol terdiam dengan lelehan air mata yang ia pendam di pelupuk matanya. Istrinya ini memang bukan carrier sembarangan. Dia carrier yang tangguh, pekerja keras, dan memaklumi segala kekurangan Chanyeol sebagai suaminya tanpa pernah mengeluh sedikitpun. Yang ada, Baekhyun selalu berusaha untuk membantu dan bertekad ingin merubah nasib keluarga kecil mereka yang belum dikaruniai buah hati.
"Hey, kenapa suamiku jadi cengeng begini? Ini awal bagi kita, Chanyeol. Aku yakin, bakat bisnismu bisa tersalurkan dengan bantuan modal kecil ini."
Baekhyun muda tersenyum manis seolah dia tidak pernah mengalami kesulitan sedikitpun dalam hidupnya. Chanyeol memandangnya dengan penuh rasa bersalah. Sebagai suami, dia tidak bisa membahagiakan Baekhyun ditahun-tahun awal pernikahan mereka.
"Terimakasih, baby. Dan maafkan aku atas segala kesusahan yang aku limpahkan padamu selama ini. Kau istri terbaik, Park Baekhyun. Aku akan membahagiakanmu dengan segenap kekuatan dan usahaku. Aku janji, Bee."
Sambil mengecup kening putih sang istri, didalam hatinya laki-laki dominan itu juga berjanji, mulai sekarang dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah dibukakan oleh istrinya. Dia akan memanfaatkan modal itu sebaik mungkin dan mewujudkan mimpi istrinya yang ingin merubah nasib keluarga.
Kebaikan terus-menerus terjadi didalam kehidupan rumah tangga Park Chanyeol. Sejak istrinya diketahui mengandung buah cinta pertama mereka, usaha retail yang mereka rintis dari nol semakin maju pesat dan mulai tersehor diseluruh penjuru negeri. Mungkin ini yang disebut sebagai rejeki seorang anak.
Dengan keuangan yang semakin membaik dan keuntungan yang luar biasa, pasangan suami-istri Park Chanyeol dan Park Baekhyun memutar lagi modal mereka untuk deratan usaha-usaha lain. Mulai dari bisnis makanan, minimarket yang terus bertambah cabangnya setiap bulan, restoran, bengkel mobil, dan tak lupa mereka juga menginvestikan uang ke beberapa perusahaan-perusahaan besar dan berpotensi, sehingga laba yang datang ke rekening mereka selalu bertambah hingga berkali-kali lipat.
Puncak kemakmuran keluarga Park terjadi ketika putra semata wayang mereka Park Sehun genap berusia 6 tahun. Sang Ayah, Park Chanyeol, resmi membangun sebuah pabrik dan pertambangan batu bara terbesar di daerah Itaewon. Laba usaha yang jumlahnya triliunan itu sukses membawa derajat keluarga Park berada di puncak kekayaan, hingga masuk dalam salah satu daftar "The Richest Family" di negara Korea Selatan saat ini.
Baekhyun tersadar dari sekelebat bayangan tentang masa lalunya yang berputar seperti roll film itu kala ajudannya mulai membuka suara.
"Menurut hasil pengawasan kami, saat ini Tuan Muda Park Sehun sedang menjalin kedekatan dengan salah satu mahasiswi di kampusnya. Mereka berada di satu fakultas, Nyonya Park."
Setelah menjelaskan tanpa sempat mengambil nafas, sang ajudan bisa merasa lega setelah Park Baekhyun mengangguk-angguk paham, tanpa berdecak ataupun membentak kali ini. Syukurlah.
Laki-laki carrier berusia hampir 50 itu berdehem kecil, menyingkirkan cangkir teh dari hadapannya. Tubuhnya kembali bersandar pada sofa dengan kedua tangan yang melipat dibawah dada. Tensi arogan dan berkuasa semakin menguap begitu kentara. Inilah aura yang selalu dikeluarkan Park Baekhyun dimanapun dia berada.
"Anak dari keluarga mana dia?"
Pertanyaan pertama; latar belakang keluarga. Ini selalu jadi prioritas bagi Byun Baekhyun dalam menggali informasi tentang seseorang yang mempunyai kedekatan khusus dengan putra kesayanganya.
"Ayahnya bekerja di pemerintahan, Nyonya."
"Sebagai apa?"
"Juru bicara Wali Kota Song, Nyonya."
"Hanya itu?"
"Iya, Nyonya Park."
"Pffffttt..."
Baekhyun menahan tawa sarkastiknya untuk saat ini, menutup bibirnya dengan satu tangan yang anggun. Dia harus menyimpan tawa berharganya, siapa tahu ada bagian yang lebih lucu dari ini.
"Bagaimana dengan ibunya? Dan prestasinya di kampus, apa dia termasuk mahasiswi yang gemilang?"
Pertanyaan kedua; kecerdasan. Selain latar belakang keluarga yang hebat dan sempurna, Baekhyun juga mengingkan seseorang yang mendampingi anaknya kelak bukanlah mereka yang berotak kecil dan tak memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Dia harus pintar, berprestasi dan memiliki kecerdasan yang sepadan dengan putranya.
"Ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Dan gadis ini termasuk mahasiswi yang biasa-biasa saja di fakultas kedokteran kampusnya, Nyonya."
"Kau bercanda? Ya Tuhan... Lelucon macam apa ini."
Baekhyun ingin tertawa keras sambil menatap langit-langit ruang keluarga dirumahnya, mengajak malaikat untuk ikut terbahak bersamanya jika boleh. Tapi pening dikepalanya yang suka muncul tiba-tiba pasca mendengar lelucon seperti ini kadang membuatnya tidak sanggup untuk bersenang-senang lebih lama.
Sejujurnya dia kesal. Amat sangat kesal hingga emosinya tersulut-sulut.
Tapi dia adalah Park Baekhyun. Istri Park Chanyeol tidak pernah meluapkan emosinya secara bar-bar; setidaknya belum sampai dia menemukan titik dimana dia harus mengeluarkan semuanya dalam satu kali pertemuan.
Tunggu sampai dia benar-benar bertatap muka dengan gadis itu dan mengeluarkan semua kata-kata yang sudah sepatutnya ia ucapkan sebagai ibu dari Park Sehun. Dialah yang paling berkuasa atas putranya. Siapapun yang ingin berhubungan dengan Park Sehun, maka mereka harus berurusan dengan dirinya dulu.
"Kau tahu, Ajudan Kim. Aku paling benci dengan wanita yang tak punya kelebihan. Sama seperti gadis itu dan ibunya yang hanya bisa bersantai-santai dirumah setiap hari. Bisa kutebak, sekalipun anak itu mengambil kuliah kedokteran seperti Sehun, pasti pada akhirnya dia hanya akan berakhir menjadi istri yang pemalas seperti ibunya. Buah jatuh tak pernah jauh dari pohon. Sementara anakku bekerja keras banting tulang sebagai dokter, gadis itu akan menikmati uang suaminya dan juga warisan yang kami berikan. Tch, semua drama itu bahkan bermain dengan lancar dikepalaku. Tidak akan kubiarkan gadis seperti dia memiliki hubungan dengan anakku."
Keluh kesah seorang ibu dari Park Sehun selalu terdengar 'menyeramkan' ditelinga siapapun yang mendengarnya. Kalimatnya yang sadis kadang tak bisa disalahkan juga. Karena Baekhyun selalu mempunyai 'poin' atas tuduhan-tuduhan yang dia layangkan untuk para gadis dan carrier yang ingin mendekati putranya.
Baekhyun benci calon menantu yang memiliki bibit-bibit pemalas dan tidak berguna, karena dia sendiri adalah kebalikan dari semua itu. Dia tidak ingin anaknya menemui masa depan yang suram hanya karena salah memilih pasangan. Park Sehun harus mendapatkan yang terbaik, sudah sepatutnya dia meneruskan jejak Ayah-Ibunya yang sukses dalam membangun rumah tangga dan keluarga ini.
Kelak, Park Sehun akan menciptakan "kerajaannya" sendiri. Dan Baekhyun menginginkan kerajaan itu makmur dan semakin mengangkat tinggi derajat putranya. Hanya ada kebahagian yang boleh melingkupi kehidupan Park Sehun. Dan selama Baekhyun masih hidup, dia akan berusaha sebaik mungkin untuk memberikan kesempurnaan itu pada putra semata wayangnya.
Baekhyun menarik nafas jengah, merasa cukup dengan laporan yang diberikan oleh 'mata-mata' anaknya selama sebulan belakangan ini. Dia menarik cangkir tehnya lagi dan mengangkatnya malas. Kali ini ia tak ingin menghabiskan sisa tehnya itu, melainkan...
Prang!
Cangkir mewah buatan tangan yang nilainya jutaan itu jatuh berkeping-keping dilantai, mengejutkan sang ajudan dan juga beberapa maid yang berdiri dibelakangnya. Dengan segera, gadis-gadis berpakaian seragam renda itu bergerak untuk membersihkan pecahan itu agar tak sampai mengenai kaki sang Nyonya Besar.
"Kau lihat cangkir itu? Singkirkan dia seperti aku menyingkirkan benda ini. Jatuhkan, lalu buang ketempat sampah."
"Siapa lagi yang ingin Mommy buang ketempat sampah, hah?"
Satu-satunya suara paling agung selain milik Park Chanyeol dirumah ini tiba-tiba menyela perkataan Nyonya Park.
Park Sehun datang dari arah pintu utama.
"Sayang, kau sudah pulang?"
Ibunya yang bagai tertangkap basah itu mencoba bersikap biasa, bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri sang putra.
Begitu Baekhyun ingin memeluk, anak semata wayangnya itu menepis dengan pandangan datar yang tak ramah.
"Jawab aku, Mom."
Sehun sekali lagi menuntut, melihat Baekhyun yang sejak tadi enggan untuk angkat bicara.
"Bukan apa-apa, sayang. Mommy hanya membicarakan soal tikus kecil."
"Tikus kecil? Jadi dimata Mommy mereka adalah tikus kecil?"
"Apa maksudmu, nak?"
"Mommy tahu apa maksudku. Irene, dan gadis-gadis lainnya yang pernah dekat denganku. Mereka semua berakhir sama; menangis sambil memohon untuk tidak bertemu denganku lagi."
Baekhyun mengalihkan mukanya sejenak dan membuang nafas berat. Bibirnya dia gigit kecil. Memberi penjelasan pada Sehun bukanlah perkara yang mudah. Dia tahu betapa keras kepalanya anak ini, karena Sehun lahir dari rahimnya. Sifat kerasnya tak lain merupakan turunan dari ibunya sendiri. Sebagai anak dominan, Baekhyun berharap bahwa Sehun harusnya menuruni sifat ayahnya saja.
"Dengarkan Mommy. Mommy hanya berusaha memberitahu dimana tempat mereka seharusnya berada. Mereka tak pantas berada disisimu, sayang. Kau bisa mendapatkan yang lebih baik daripada itu. Kau Park Sehun. Kau putraku dan Park Chanyeol. Harus berapa kali Mommy jelaskan padamu, nak?"
"Mau berapa kali pun Mommy menjelaskannya, ini tetap terdengar tidak masuk akal."
Sehun membantah, membuat pening di kepala Baekhyun jadi bertambah kuat hingga berkali-kali lipat.
"Suatu saat kau akan mengerti apa yang Mommy maksud. Semua ini mommy lakukan semata-mata demi kebahagiaanmu, Sehun."
"Dengan apa? Dengan cara menyakiti orang lain terus menerus?"
"Mommy tidak peduli tentang orang lain. Yang Mommy pedulikan hanya dirimu. Jika memang itu yang harus dilakukan, maka Mommy akan melakukannya."
Sehun membisu, antara tak ingin percaya namun inilah kenyataan yang dia dengar. Dia sadar akan betapa besar cinta sang ibu terhadap dirinya. Dan tak ada satuan apapun yang dapat mengukur kasih sayang Baekhyun untuk anak semata wayangnya itu.
Sampai-sampai sang ibu terlalu buta untuk melihat, bahwa menyayangi buah hatinya tidak perlu dengan menyakiti orang lain.
"Aku tidak memahami jalan pikiran Mommy."
Sehun berucap final dan mengambil kembali kunci mobilnya, bergegas keluar kemanapun asal menjauh dari rumah ini dan mommy-nya yang kadang bertingkah melewati batas.
e)(o
Baekhyun melihat kearah jendela besar di kamarnya dengan was-was. Sekarang sudah pukul 10 malam, dan Sehun belum mau mengangkat telpon darinya apalagi memberi tanda-tanda bahwa dia akan segera pulang kerumah.
Mendengar istrinya yang terus merutuk cemas sejak tadi membuat Park Chanyeol mau tak mau harus ikut turun tangan. Dia menghembuskan nafas pelan, melepas kaca matanya dan menunda kegiatan membaca buku diatas tempat tidur untuk menghampiri sang istri.
"Ada apa lagi sekarang? Apa kau membuat anakmu kesal lagi, Baek?"
Chanyeol memeluk pinggang kecil Baekhyun dari belakang, berusaha bicara selembut mungkin agar tempramen istrinya tidak terpancing.
"Dia anakmu juga, ngomong-ngomong."
Jawab Baekhyun, yang sebenarnya tak terdengar seperti jawaban. Dia terlalu kesal untuk menanggapi pertanyaan suaminya yang seakan ingin memojokkannya. Lagi.
"Ayolah sayang, usia Sehun sekarang sudah 22 tahun. Tidak seharusnya kau mengekangnya terus seperti ini, Baek."
"Kau tidak mengerti, Chanyeol. Akulah ibunya. Hanya aku yang memiliki perasaan seperti ini. Sehun adalah bayiku, selamanya tetap akan menjadi bayiku."
Chanyeol jadi tak bisa menahan untuk tidak terkekeh tiap kali mendengar jawaban istrinya yang selalu sama setiap hari.
Dia meletakkan dagunya dipundak sempit Baekhyun, mengecupnya beberapa kali sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Iya, aku tahu kalau kau ibunya. Tapi aku juga ayahnya Sehun. Aku tahu dia sudah cukup dewasa untuk tahu mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya... Termasuk soal pasangan."
Beribu-ribu kali Chanyeol mencoba memberi pengertian pada Baekhyun perihal masalah ini, dan dia tidak akan pernah lelah untuk terus membimbing istrinya agar tak lagi salah mengambil jalan. Chanyeol masih berusaha, walau ia tahu usahanya ini tidak akan mudah. Sifat Baekhyun yang keras merupakan hasil didikan dari kejamnya hidup yang pernah mereka lewati dulu. Istrinya amat tangguh dan tak mudah dijatuhkan, begitu pula dengan pendirian yang dimilikinya.
Akan sangat sulit untuk membuat Baekhyun mengerti bahwa pilihan hati Sehun tidak bisa disamakan dengan pilihan yang menurut ibunya sempurna.
"Aku sedang tidak ingin membahas itu, Chan... Yang aku pikirkan sekarang hanyalah putraku harus segera sampai dirumah. Aku tidak bisa tidur jika dia belum masuk ke kamarnya dan meminum susu buatanku seperti biasa."
"Ey... Kau ini. Anak kita sudah sebesar itu masih saja kau beri susu tiap malam. Lebih baik kau susui aku dengan milikmu yang gemuk ini."
Chanyeol berusaha mencairkan ketegangan dengan menggoda istrinya, meremat-remat dada berisi milik Baekhyun dengan seduktif.
"Iihh... Sudah tua masih saja mesum."
"Biarpun sudah tua begini, tapi badanku masih tetap kekar dan gagah. Mau aku gagahi sekarang, hm?"
"Jangan sok. Nanti kalau sudah masuk ke lubang ketatku kau juga akan lemas."
"Iya kau benar. Aku paling lemah kalau sudah berurusan dengan tubuh kencang milikmu dan lubang yang masih ketat itu."
Chanyeol mengecup berkali-kali pipi istrinya dengan cepat sampai si mungil yang sudah berumur itu tertawa geli.
"Kau tidak akan dapat jatah sampai anakku pulang kerumah."
Baekhyun lanjut mengancam karena moodnya ini tidak akan pernah membaik selagi Sehun belum tampak didepan matanya.
"Aku sudah menghubungi ajudan Goo untuk mencari anak kita dan membawanya pulang. Kau tidak perlu khawatir, sayang."
Spontan perkataan Chanyeol seperti memberi angin segar bagi Baekhyun. Dia menoleh cepat kearah suaminya dengan mata yang berbinar. "Benarkah?"
"Ya, benar. Tapi janji, setelah ini kau harus segera menyelesaikan kesalahpahaman antara dirimu dan putra kita. Aku kasihan padanya, Baek. Dia kalau sedang patah hati selalu menunjukkan kesedihannya itu padaku, seolah ingin meminta bantuan. Aku sebagai ayahnya jadi tidak tega."
Baekhyun terdiam sejenak. Sebenarnya dia juga tahu soal itu, karena untuk urusan percintaan anaknya itu sudah tidak pernah terbuka lagi padanya sejak lulus SMA. Kemana lagi dia harus lari selain pada Ayahnya?
Tapi Baekhyun tetap saja tidak bisa berjanji untuk tidak ikut campur. Sehun sudah hampir mendekati tahun kelulusannya dan akan segera menjadi calon Dokter. Itu tandanya putranya itu juga sudah semakin dekat dengan usia pernikahan. Mencari menantu terbaik juga merupakan tugas utamanya sebagai ibu. Baekhyun tak ingin lepas tangan begitu saja jika itu menyangkut kebahagiaan putranya kelak.
"Iya, aku akan minta maaf pada anak kita setelah ini."
Chanyeol tersenyum menatap raut menyesal istrinya. Tentu saja, hati ibu mana yang tidak sakit bila mendengar anaknya sedang bersedih.
"Ya sudah, kita tidur yuk?"
"Kau tidak ingin 'ini'?"
Baekhyun memamerkan bokong sintalnya yang terbalut kimono satin merah sambil tersenyum menantang.
"Ck... Dasar. Minta diterkam rupanya."
Tubuh Baekhyun diangkat dalam gendongan dan Chanyeol segera membawa istrinya itu ke tempat tidur.
"Harusnya kita lebih sering melakukan ini karena anak kita sudah sangat besar sekarang. Tapi ibunya ini... malah tidak bisa berhenti memperlakukan Park Sehun seperti bayi. Ayahnya jadi kesepian."
Chanyeol pura-pura memasang raut sedih didepan istrinya. Tubuhnya sudah berada diatas Baekhyun sekarang.
Baekhyun tersenyum sambil menangkup pipi suaminya itu dengan kedua tangan, memainkan pipi itu agar berhenti pura-pura cemberut. Ia memajukan bibir tipisnya untuk mengecup bibir Chanyeol sesekali.
"Tidak boleh cemburu pada anak sendiri. Sudah kubilang kan, Sehun itu selamanya adalah bayi kesayanganku. Mau sebesar apapun dia, anak kita tetaplah bayi yang manja dimataku, Chan."
Chanyeol tersenyum dan mengangguk paham, tahu betul bagaimana istrinya itu selalu mencurahkan seluruh hati dan kasih sayangnya untuk putra semata wayang mereka. Baekhyun adalah ibu yang baik--dia yang terbaik.
"Tapi malam ini, saatnya memanjakan si Ayah. Katanya mau menyusu, hm?"
Baekhyun menawarkan dada sebelah kanannya didepan sang suami sambil tersenyum jahil.
"Aish... Park Baekhyun, awas kau!"
Chanyeol menggelitiki tubuh istrinya sambil menciumi perut datar itu dengan sayang. Mereka tertawa dan saling membalas menggelitiki satu sama lain. Dan Baekhyun selalu berakhir sebagai pemenang karena dia yang paling tahu dimana letak sensitif Chanyeol yang membuat pria itu merasa geli; pinggangnya.
Meskipun sama-sama hampir memasuki kepala 5, sepasang suami-istri ini tak pernah kehilangan hasrat kalau soal urusan bercinta. Chanyeol yang rajin berolahraga dan diet sehat membuat tubuhnya tetap bugar, masa ototnya juga tak jauh berbeda dibandingkan dulu. Sedangkan Baekhyun, dia juga rajin mengunjungi gym dan senam kebugaran. Itulah sebabnya, selain hasil perawatan, cara mendapatkan kulit halus dan kencang seperti ini juga harus melalui serangkaian olahraga serta makan makanan sehat.
Saat keduanya hampir menyelesaikan sesi persetubuhan mereka yang intim, suara mobil Park Sehun terdengar memasuki pekarangan mansion.
Dia pulang tepat waktu. Karena dengan begitu, ada kesempatan bagi ibunya untuk memberikan segelas susu hangat sebelum tidur seperti yang selalu dia lakukan setiap malam.
Putra tunggal Park itu memang selalu ingat untuk pulang kerumah, bahkan tanpa harus disuruh apalagi dipaksa oleh ajudan orangtuanya sekalipun.
e)(o
Baekhyun mengetuk pelan pintu kamar putranya sebanyak 2 kali. Di tangannya sudah ada segelas susu hangat yang baru ia buatkan dari dapur.
"Sehun, boleh Mommy masuk?"
Suara dengungan yang mengiyakan permintaan sang ibu seketika membuat Baekhyun tersenyum.
"Hai, anak Mommy."
Ibunya datang dengan senyuman teramat lembut, membawa segelas susu yang harus selalu Sehun habiskan setiap malam.
Tangan kurusnya meletakan gelas itu di meja nakas, kemudian mengambil tempat duduk ditepi ranjang Sehun. Wajah tampan putranya yang datar selalu membuat Baekhyun gemas bukan main. Bahkan saat dia mencubit pipi anaknya seperti ini, raut wajah Sehun tetap tak banyak berekspresi.
"Anak Mommy masih marah, hm?"
Sehun tak menjawab, membuat Baekhyun harus menghela nafas berat mencoba maklum.
"Maafkan Mommy, Sehun. Mommy sudah dengar semuanya dari Daddy. Sebenarnya Mommy juga tidak mau melihat anak Mommy sedih. Tolong maafkan Mommy..."
Anak laki-laki 22 tahun itu selalu luluh kalau ibunya sudah mulai memohon seperti ini. Dia bahkan merasa tak tega. Sehun melirik ibunya, lalu menghela nafas juga karena menyesal.
Diraihnya tangan lentik sang ibu untuk dia genggam. "Maafkan aku juga, Mom."
Senyum tipis khas milik anaknya selalu membuat hati Baekhyun menghangat dan terobati. Memiliki Sehun adalah anugrah terindah didalam hidupnya dan Chanyeol. Kadang sulit untuk percaya bahwa Sehun yang dulu manja dan menggemaskan kini telah tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat tampan dan pintar. Melahirkan, mengurus, dan membesarkan putranya sebagai seorang ibu adalah pencapaian terbesar dalam hidup Baekhyun selama ini.
Dan tugasnya sebagai ibu tidak akan pernah berhenti sampai akhir hayatnya nanti. Tujuan utamanya masih tetap sama, yakni memberikan kebahagiaan dan kesempurnaan bagi Park Sehun untuk selama-lamanya.
"Sekarang minum susunya, oke?"
Baekhyun mengambil gelas susu itu dari nakas dan memberikannya pada sang putra.
"Apa aku harus terus minum susu hangat seperti ini bahkan saat aku sudah menikah?"
"Tentu saja! Jika istrimu nanti tidak bisa membuatkannya untukmu, biar mommy saja yang melakukannya. Anak mommy tidak bisa tidur nyenyak kalau belum meminum susunya, benar kan?"
Sehun tidak menjawab, tidak juga menyangkal perkataan ibunya kali ini. Karena diam-diam dia juga menyadari, saat tidak meminum susu buatan ibunya, dia agak kesulitan untuk tidur pulas seperti biasanya.
Sehun terlalu tua untuk mengakui hal itu. Jadi dia memilih diam.
Sehun menenggak susunya hanya dalam waktu beberapa detik. Dia menyerahkan gelas kosong itu kembali kepada ibunya untuk dibawa keluar.
"Sekarang kau tidur, ya. Selamat malam, pangeran."
Setelah menepuk selimut yang menutupi kaki sang putra, Baekhyun mengecup kening Sehun dan bangkit untuk meninggalkan kamar.
"Mom,"
Panggilan dari Sehun membuat Baekhyun gagal menutup pintu.
"Ya?"
"Aku menyangimu."
Baekhyun tersenyum, sangat manis, sampai Sehun berpikir bahwa ibunya yang cantik itu tidak pernah berubah meskipun usianya sudah semakin tua.
"Mommy lebih menyangaimu. Selamat tidur."
Anggukan dari Sehun menutup percakapan diantara mereka. Sepeninggal ibunya, Sehun masih bertahan duduk bersandar pada headboard ranjang, melamun sambil menatap dinding kamarnya yang bisu.
Dia sudah memutus hubungan dengan Irene malam itu sebelum ibunya bisa berbuat macam-macam pada si gadis. Dia tak tega. Irene adalah gadis baik dan lugu. Entah apa yang bisa dia perbuat untuk mencegah tindakan ibunya yang terkadang bisa diluar kendali.
Sehun jadi sedikit takut untuk memulai hubungan dengan orang lain sejak saat itu. Mungkin satu-satunya cara agar "rantai" ini bisa terputus adalah dengan menemukan seseorang yang bisa tahan banting dalam melawan penindasan yang dilakukan oleh ibunya. Seseorang yang benar-benar sabar, tulus, pengertian, dan penyayang agar mampu memenangkan hati ibunya kelak.
Tapi siapa?
e)(o
A/N: Tolong review-nya ya, terutama yang isinya saran dan kritik yang membangun. Jangan lupa utk follow and fav juga.
Next? Aku kasih target sampe 40 review :) bakal fast update kalo targetnya sudah tercapai
