Seorang wanita bergelung di balik selimutnya. Lelaki kekar di pelukannya ini memberinya begitu banyak kehangatan yang ia tidak bisa temukan dari tubuh laki-laki lainnya. Entah kenapa, elusan dari tangan besar yang kasar itu membuat kulitnya meremang, ada sebuah getaran yang sampai ke dasar hatinya.
Pria pucat itu mengecup bibirnya, lalu pergi ke balkon. Udara begitu dingin di luar, wanita itu ingin sekali memeluknya, tapi lelaki itu keburu berjalan keluar dari pintu. Mata hitam wanita itu melirik ke jendela, lelaki itu tengah menghisap rokok elektrik di tangannya. Sungguh seorang lelaki sejati.
Telepon genggam wanita itu berdering. Ada nama yang familiar muncul di layar smartphonenya. Ditekannya tombol decline. Lalu ditulisnya sesuatu di chat room itu, dan ditekannya tombol send.
Lelaki itu kembali ke kamar, bau cappuccino dari e-juice rokoknya tercium begitu semerbak, tapi wanita itu tidak sedikit pun mengernyit. Ia suka cappuccino,atau tepatnya ia suka lelaki itu. Wanita itu membuka laci nakasnya, dan mengeluarkan satu sachet kondom yang dilemparnya ke lelaki itu sambil tertawa.
Seringai tersungging di bibir lelaki itu. Disobeknya sachet kondom, dan dipakaikannya ke junior besar kebanggaannya itu. Wanita itu menyibakkan selimutnya dan melebarkan kedua kakinya, siap menyambut kedatangan lelaki itu di dalam dirinya. Diselipkannya rambut hitam panjangnya dibalik telinganya, menggoda lelaki itu lebih panas lagi.
Tanpa basa basi lagi, lelaki itu menindih wanita itu di ranjang. Tawa lembut wanita itu memenuhi gendang telinganya, begitu merdu, tidak seperti suara terompet tahun baru yang ia dengar satu jam yang lalu. Ditatapnya wajah cantik wanita di bawah tubuhnya itu, ia ingin merekam paras ayu yang tengah tertawa ini. Sungguh, ia tak ingin hanya merekamnya.
Ia ingin memilikinya.
Tawa di bibir mungil itu.
Binar di mata hitam itu.
Tubuh yang begitu pas di dalam pelukannya itu.
Dan juga, suara wanita itu ketika menyanyikan Auld Lang Syne dalam perjalanan mereka kembali ke apartemennya.
Wanita ini membuatnya kecanduan.
Dada lembut wanita itu bersentuhan dengan dadanya yang bidang. Wanita itu semakin mengeratkan dirinya dengannya, dan merangkul pinggulnya dengan kaki-kaki mungilnya. Suara desahan wanita itu semakin memburu, seakan tidak sabar untuk bisa menikmati keindahan surga dunia bersama lelakinya. Sang lelaki begitu terpana, seakan melihat sang dewi bulan menjelma menjadi seorang mortal yang bisa ia genggam.
Detik demi detik berlalu, dan tubuh mereka pun mencapai puncak kenikmatannya. Wanita itu menengadahkan kepalanya, seakan tidak dapat lagi menampung ledakan hasrat itu di dalam kepalanya. Dada mungil wanita itu naik turun, penuh keringat, membuat lelaki itu tidak tahan menggunakan lidahnya untuk bermain disana.
Lelaki itu terengah. Cinta yang tadinya tersimpan di dalam dirinya kini tumpah, walaupun tak akan sampai ke tubuh sang wanita karena sudah dibentengi dengan latex yang kuat. Namun cinta yang ia ingin sampaikan, telah mencapai hati sang wanita.
Kedua pasang mata itu saling beradu pandang. Lalu keduanya tertawa. Dalam kesunyian mereka, terdengar suara gempita kembang api di jalanan, dan suara terompet tahun baru. Lelaki itu berdiri, lalu menggendong wanita itu untuk menonton kembang api bersamanya dari jendela. Tak akan ada yang melihat mereka dari jendela lantai dua puluh tiga. Wanita itu tak peduli dengan perayaan tahun baru, yang ia pedulikan adalah kekasih baru. Diciumnya lelaki itu, dan lelaki itu menurunkannya. Dengan gagahnya, sang lelaki menempelkan punggung bidangnya di jendela kaca yang dingin, supaya sang wanita bisa tetap hangat dalam pelukannya.
Beberapa jam kemudian, ketika matahari terbit untuk pertama kalinya di tahun yang baru, lelaki itu bangun dari tidurnya. Ia tak rela matahari lebih dulu memandangi kecantikan wanitanya. Dengan lembut disisirnya rambut hitam wanita itu, lalu dikecupnya puncak kepalanya.
Namun sesuatu menarik perhatiannya. Smartphone wanita itu menyala, menunjukkan layar chat room. Ini pelanggaran privasi, namun ia tetap ingin tahu.
Bastard
Izuna, where are you?
Izuna?
Me
Goodbye forever
Bastard
Izuna Im sorry
(9)Missed Calls
Lelaki itu melihat ada tulisan yang belum sempat dikirim sang wanita.
Ive found the one, and he is not you
Lelaki itu menyeringai, lalu kembali ke ranjang, dan melakukan selfie dengan bibirnya yang berada di leher wanita itu. Dikirimnya foto itu, beserta tulisan dari sang wanita. Setelah tulisan delivered muncul, di blokirnya nya pengirim chat itu.
Ia berjanji akan memberi tahu Izuna soal chat yang ia balas dengan foto selfie itu. Itu pun kalau dia ingat.
Karena yang ia ingat untuk saat ini adalah, bagaimana cara memiliki Izuna selamanya.
