Ichigo : sent a pic.

Ichigo : Ru, mimpi apa inii.

Ichigo : Bisa-bisanya aku ngegas dia:")

Ichigo : Besok kalau kita ketemu jadi canggung gimana nih?

Ichigo : Woi, Ru.

Ichigo : He anak ayam cepetan bales elaahh.

Me : Goblo:)

Me : Seketika aku terharu, punya temen kok nggak ada yang beres:")

Me : Yaudah langsung jedor aja repot. Jangan jadi laki lemah dong, siapa yang ngegas siapa yang ambyar. Cuih.

Me : Dah gitu aja, aku mau belajar.


Rukia menatap ponsel pintarnya, nanar.


Hei hati,

Sampai kapan kau mau terus berharap?


Hello, Sunshine

Bleach belongs to Tite Kubo

Warning(s) : ya begitulah, maklumi apabila sama ancurnya dengan yang sebelum-sebelumnya

Satu hal, jangan lupa siapkan obat mata

Enjoy, minna-san:)


Jatuh cinta dengan sahabat sendiri, rasa-rasanya sudah sangat familiar. Namun, percayalah, meski sudah banyak membaca novel yang menceritakan kisah-kisah klise seperti itu, Rukia masih saja belum familiar dengan perasaan yang dia miliki untuk sahabatnya dari kecil.

Dia bingung.

Ingin menghapusnya, tapi dia tak kuasa. Ingin mengungkapkannya, tapi dia terlalu takut.

Jadi, satu-satunya cara adalah menutupinya dan bersikap seolah tak ada apa-apa.

Entahlah, sampai kapan.

Rukia sendiri tak tahu.

Dan lagi, yang sungguh dia sesali adalah hatinya, yang begitu keras kepala. Hatinya, yang tak kunjung lelah mengharapkan sesuatu, yang hampir tidak mungkin untuk dia miliki.

Mengapa Tuhan menganugerahinya hati yang begitu optimistis disaat dia adalah seorang yang pesimis?

Mengapa bisa hatinya begitu sabar menanggung luka yang tak sengaja di torehkan Ichigo, saat laki-laki bersurai oranye itu justru bercerita tentang orang yang disukainya padanya?

Kalau pada akhirnya, hatinya hancur tak bersisa, bagaimana?

Dia hanya punya satu hati. Memangnya dimana lagi dia bisa membeli hati yang baru?

Sungguh, logikanya merasa begitu kasihan pada hatinya yang masih saja setia menanti orang yang tak pernah menantinya.

'Ini benar-benar sudah melewati batas pemikiranku,' pikir logikanya.

Namun, tetap saja, hatinya selalu punya jawaban lain.

'Aku tak mau menyerah pada pilihanku, karena nantinya, aku juga tak mau mendapat hati yang mudah menyerah untuk mendapatkanku, sebagai tambatannya.'


Pffttt..:v

Entahlah apa ini gaes, aku pun tak tahu:") ternyata sebesar ini efek USBN untukku, hiks:")

Huhuu, doakan aku ya readers sekalian:")

Btw, ini cerita absurd, dilanjutin nggak nih enaknya?:vv