Naruto tetap punya om Masashi Kishimoto.
Maafkan typo-typo yang masih banyak bertebaran.
Enjoy it~
Suasana kelas XI-Science A jauh berbeda dengan kelas-kelas lainnya, bukan karena merupakan kelas unggulan, tapi absennya kehadiran sang guru membuat suasana kelas itu tidak terkendali. Para penghuni kelas itu lebih memilih menghabiskan waktu jamkos itu untuk hobi mereka –bermain sepakbola (yang tentunya telah melanggar peraturan sekolah yang melarang para siswanya bermain bola di kelas), bergosip di dekat pintu, tidur siang, mendengarkan musik, dan sebagainya– padahal sang guru yang absen telah memberi wejangan untuk mengerjakan tugas yang wallahi susahnya.
BRAK!
Suara bantingan pintu membuat para penghuni kelas menghentikan kegiatan mereka dan menatap si pelaku pembanting pintu yang hanya menunjukkan cengirannya.
"Minna! Disuruh tanda tangan kehadiran hari kemarin!" teriak si pembanting pintu –Sakura Haruno, gadis berambut gulali yang menjabat sebagai wakil ketos sekaligus ketua kelas XI-Science A, sambil meletakkan kertas daftar nama diatas meja untuk guru.
Sontak hampir semua orang yang berada dikelas itu berebut untuk tanda tangan, untuk menghindari tradisi 'yang terakhir pegang dia yang ngumpulin' yang sudah turun temurun itu. Ya, hampir semua siswa berebut unruk tanda tangan, karena ada seorang pemuda di pojok kiri belakang kelas yang masih tetap pada posisinya –tertidur di atas lipatan tangannya dengan headset yang tercantol di kedua telinganya.
Kertas yang semula mulus, dan tidak terlipat sedikitpun itu sekarang sudah menjadi lecek dan bahkan ada bagian yang hampir sobek akibat insiden rebutan tersebut. Manik emerald Sakura menelisik daftar nama tersebut, memastikan tidak ada siswa yang belum tanda tangan, sebelum ia menanda tangani kertas tersebut dan menyerahkannya ke wali kelas.
"Sakura Haruno, Sakura Haruno" Jari telunjuk lentiknya menelusuri kertas lecek itu dengan perlahan, dan membubuhkan tanda tangannya disamping namanya sesaat ia berhasil menemukan namanya.
Manik emeraldnya menangkap nama Uchiha Sasuke –nama pemuda yang telah mencuri hatinya sejak mereka duduk di kelas 8, dan hingga saat ini Sakura masih berusaha move on– belum menandatangani kertas tersebut. Menghela napas pelan, sang gadis bermarga Haruno itu mengambil kertas itu, dan melangkahkan kakinya menuju bangku si pemuda.
"Sasuke! Ayo cepetan tanda tangan!" Gadis berambut softpink itu menggoyang-goyangkan lengan si pemuda, membuat si empu pemilik lengan itu mengangkat kepalanya dan menatapnya tajam.
Tidak menghiraukan tatapan tajam Sasuke -pemuda berambut biru donker itu- Sakura meletakkan kertas lecek yang sedari tadi dibawanya di atas meja pemuda itu. "ini tanda tangan!" gerutunya tidak sabar.
"Hn, tidak."
Mendengar jawaban si pemuda, membuat perempatan kecil tampak di dahi Sakura yang cukup lebar. "Ayo tanda tangan Sasuke!"
"Aku tidak mau"
"Cepat tanda tangan!"
"Tidak!"
Sudah cukup! Batin Sakura kesal. Dengan bersungut-sungut ia mengambil Kertas yang sebelumnya ia letakkan di meja Sasuke, dan hendak berjalan menuju ruang guru, tempat dimana wali kelasnya berada. 'biarkan saja dia tidak tanda tangan, toh sekolah ini punya kakeknya' batin Sakura keki.
Baru saja hendak menjauh dari meja Sasuke, tangan Sakura ditarik paksa hingga membuatnya hampir terjatuh jika saja lengan Sasuke tidak sigap menahan pinggang sakura dan menariknya kedalam rengkuhannya.
"Aku tidak ingin menandatangani apapun, kecuali di surat nikah kita." bisik Sasuke rendah di telinga Sakura, membuat jantung gadis itu berhenti berdetak sejenak.
BRUK
"SAKURA!"
FIN
Tamat dengan gak jelasnya. Terinspirasi gara-gara kemarin di suruh tanda tangan absensi kelas, dan tadaa~ terciptalah fict gaje ini.
Review, Minna-san?
Nakashima Rie.
