TITTLE: ANOTHER CHANCE
SEQUEL OF BAD BOYS? OR INNOCENT BOYS?
RATED T UNTUK EP INI
CAST: LUHAN, SEHUN, BAEKHYUN..
ENJOYED
AND DONT BE SIDERS~
Desember 2010.
Udara dingin di malam hari lebh ekstrim di bandingkan pada siang hari. Bahkan udara dingin ini bisa menusuk hingga ujung kulit terdalam. Pakaian berlapis-lapis bahkan tak mampu untuk sekedar menghangatkan tubuh pria cantik bernama Xi Luhan. Pria ini baru saja mencari pekerjaan saat mendengar perusahaan orang tua angkatnya bangkrut karena di tipu oleh seseorang, teman dekat ayahnya. Ia terpaksa mencari pekerjaan tambahan untuk sekedar membantu orang tua angkatnya. Ia mengeratkan pakaian hangatnya untuk lebih menghangatkan tubuh kecilnya. Mulutnya terus mengeluar kan asap dingin, pipinya merah dan hidungnya yang terus mengeluarkan air. Ia masuk kedalam sebuah kedai makanan untuk sedikit menghangatkan tubuhnya dengan hot choco. Di pintu masuk ia bertubrukan dengan seorang pria tinggi dengan membawa bubble tea.
"Yack.. kau menghancurkan minumanku" bentak pria itu saat melihat minumannya mencium lantai
"maaf..maaf.. aku akan menggantinya" luhan terus membungkukan tubuhnya meminta maaf, ia buka dompet tapi uang di dalamnya hanya tinggal sehelai. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu siap untuk memberikan selembar uangnya
"tak usah, simpan saja" pria tinggi itu lalu melenggang pergi dari kedai itu. Luhan menatap punggung pria itu, walau tubuhnya tinggi, ia yakin bahwa pria itu lebih muda darinya. Ia memasukan tubuhnya kedalam memesan miuman lalu membawanya pulang untuk sekedar membaginya dengan adiknya
"baekhyun pasti menyukainya" luhan tersenyum manis, mata rusanya menyipit kecil. Ia menggandeng dua buah cup pulang ke rumah.
"selamat datang hyung" adik kecilnya langsung memeluk erat kakaknya. Luhanpun membalas pelukan adiknya. Tak ada yang paling berharga selain adik kecilnya. "kau bawa apa hyung?" baekhyun melirik tangan kiri kakaknya
"hot choco kau mau?" tanya luhan
"aku mau.. terima kasih hyung" baekhyun yang baru saja menginjak bangku menengah pertama kelas 2 itu langsung menyambar minumannya. Luhan bahagia walaupun keluarganya sedikit mendapatkan masalah, baekhyun tidak terlalu memikirkannya. Luhan memperhatikan adiknya di dekat perapian menyeruput minumannya. Ia membuka laptopnya kembali berkutat dengan lowongan pekerjaan. Ia mencatat berbagai alamat yang ia dapatkan di internet. Ia memang baru saja menginjak kelas 3 SMA tapi sungguh ia ingin membantu keluarganya.
...
Ibunya membuat sarapan pagi sescukupnya setidaknya ia memiliki cukup uang sampai dua bulan kedepan. Baekhyun melahap makananya sambil terus bersenandung kecil, luhan melihat adiknya sangat bahagia.
"luhan kau harus sekolah sekarang" ucap sang ayah "aku akan mengusahakan untuk tetap menyekolahkanmu" luhan sedikit terharu mendengarnya, ia memang bukan anak kandung keduanya tapi kedua orang tuanya sangat menyayanginya.
"iya ayah.. aku akan tetap sekolah" luhan menyantap sarapannya. Lalu kedua adik berkakak itu berpamitan pada kedua orang tuanya. Baekhyun menggenggam tangan kakaknya
"hyung.. kita naik bus?" tanya baekhyun
"tentu, kau harus menghemat ya.. " luhan mengacak-acak rambut adik kecilnya
"aih hyung, ini sudah rapih. Kau memberantakinya lagi nanti aku tidak tampan lagi" ucap baekhyun merajuk
"haha maaf" .
...
Luhan sudah bersiap untuk memulai pencariannya setelah pulang sekolah. Baru saja ia melangkah keluar kamarnya ia sudah mendapati baekhyun dengan keadaan yang tidak menyenangkan. Tubuh kecilnya berantakan dengan luka dimana-mana. Bibirnya robek, bercak ungu di seluruh wajahnya, baju yang robek dan lutut yang terluka
"apa yang terjadi?" dengan wajah kaget dan panik luhan menatap adiknya iba
"mereka semua menghinaku dan keluarga kita" ucap baekhyun datar
"kau berkelahi?" tanya luhan hati-hati
"hanya memberikan mereka sedikit pelajaran" baekhyun memegang pipinya sakit
"aku sudah bilangkan jangan pernah berkelahi, ayo ku obati" luhan mengurungkan niatnya untuk mencari kerja, ia memilih untuk mengobati luka sang adik.
"auchh, sakit luhan-hyung" ringis baekhyun, luhan memelankan olesan di lukanya.
"jika kau berkelahi lagi, aku akan memukulmu" luhan dengan tampang geramnya siap untuk memukulnya
"aku akan sangat sakit dan tak berdaya saat hyung memukulku hahahh...ahh sakit" baekhyun tertawa terbahak-bahak tapi tawanya terhenti saat lukanya kembali sakit. Luhan merapihkan semua perlatan obatnya, lalu siap untuk pergi
"hyung mau kemana? Di luar sangat dingin" baekhyun muncul di balik selimutnya
"aku ingin mencari udara segar" luhan menutup pintu kamar sang adik, ia melangkah turun ke lantai dasar
"apa yang harus kita lakukan?" luhan menghentikan langkahnya saat menangkap suara kedua orang tuanya sedang berdiskusi
"uang kita tak sanggup untuk membiayai kedua anak kita, bahkan rumah ini akan segera di sita oleh bank" ucap sang ibu hati-hati
"tapi aku tak ingin kedua anak kita terlantar begitu saja, mereka butuh pendidikan" sang ayah berusaha untuk tetap mencoba berusaha membiayai keluarganya
"kenapa kau tidak bantuan tuan Kim?" tanya sang ibu
"tidak, aku menolongnya murni karena ikhlas, jika aku meminta bantuanya sama saja aku meminta pamrih darinya" sang ayah masih berkutat dengan berkas-berkas di tangannya
"aku akan berhenti untuk sekolah, aku akan bekerja" luhan muncul dari balik tembok, kedua orang tuanya menoleh
"tidak, yang harus kau lakukan adalah selesaikan pendidikanmu" sang ayah berdiri
"aku berterima kasih atas semua kerja keras ayah padaku, dan perhatian padaku. Walau aku tau aku bukan lah anak kandung kalian, kalian tetap menyayangiku sepenuh hati. Saat ini saatnya aku membalas semuanya" tanpa mendengar jawaban kedua orang tuanya luhan melenggang pergi dari tempatnya berdiri. Ia mengeratkan mantelnya sambil menghela nafas panjangnya, ia mulai berjalan menuju tempat yang sudah ia catat di agendanya. Ia sudah berkeliling tapi tak ada yang mau menerimanya terlebih ia hanya membawa ijazah SMPnya. Mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan asap kedinginan. Ia terduduk di sebuah ayunan taman, memainkan salju-salju di kakinya. Dingin ini terlalu dingin,
"apa yang harus aku lakukan, aku tak ingin melihat keluargaku sengsara, aku adalah anak paling besar" gumamnya, matanya sayu badanya beku—ia terkena hypotermia, tubuhnya terjatuh ke tanah.
Hangat, hawa hangat yang di rasakan luhan. Aroma makanan yang terus masuk ke dalam rongga hidungnya, tapi matanya masih sulit terbuka.
'hangat sangat hangat, aroma makannya sangat lezat. Apa sekarang aku sudah di surga? Jangan dulu aku tak ingin mati dulu, aku masih mau membahagiakan keluarga kecilku. Aku ingin melihat baekhyun tumbuh menjadi pria yang tampan dan lugu. Tuhan aku belum siap'
"sampai kapan dia tertidur seperti itu?" ucap seseorang yang sedang duduk di dekat tungku perapian sambil menyeruput minuman hangatnya. Luhan perlahan membuka matanya, membiasakan matanya dengan ruangan serba putih. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan mendapati seorang pria yang duduk di depan perapian.
"ano..." luhan ragu
"kau sudah bangun?" tanyanya tanpa membalikan tubuhnya
"terima kasih kau telah menolongku" luhan menundukan kepalanya
"makanlah makananmu dulu, hangatkan tubuhmu. Dokter bilang kau terkena hypotermia" luhan menoleh ke meja nakas mendapti bubur dan teh hangat di sana, ia meraih nampan itu lalu mulai menyantapnya
"orang bodoh mana yang membiarkan tubuhnya di tengah badai salju" ucap si pria sarkatis, membuat luhan sedikit tersedak.
"itu aku" ucap luhan lirih
"siapa namamu?" tanya pria tadi
"luhan, namaku Xi Luhan" luhan meminum tehnya lalu kembali menaruh nampan ke meja nakas.
"aku Sehun, Oh Sehun" pria itu membalikan tubuhnya
"kau kan pria yang kemarin" luhan tersipu malu
"aku menemukamu saat sepulang sekolah" sehun mendekat tubuh yang terduduk di kasurnya
Tok tok tok.. sebelum ia sampai di kasurnya pintu kamarnya berbunyi nyaring
"tuan, tuan besar memanggilmu" ucap seorang wanita di balik pintu yang tertutup
"aku akan kembali" sehun melenggang pergi dari kamarnya segera menghampiri ayahnya. Ayahnya sedang duduk di tempat kerja sambil memeriksa berkas-berkas perusahaannya.
"ada apa ayah memanggilku?" tanya sehun
"kau sedang apa" pria yang sudah menginjak 40 tahun itu membenarkan letak kacamatanya
"aku sedang di kamar"
"aku ingin kau mengelola bisnisku yang di seoul" ucap sang ayah
"ayah... aku baru menginjak kelas 2 SMP, mana bisa aku mengelolanya jangan bercanda" rajuk sehun "kenapa tidak kakak saja?"
"kakakmu sudah aku kirim ke jepang untuk mengelola perusahaan disana, dan aku harus ke paris untuk membangun perusahaan baru disana
"'ah ayah, aku tak mengerti sama sekali" sehun merajuk seperti perempuan lalu meninggalkan sang ayah. Sang ayah memijat pelipisnya.
"apa-apaan dia? Tidak tahukah dia aku masih SMP" sehun membanting pintu kamarnya kasar
"kau masih SMP?" sehun lupa jika ada pria lain di rumahnya. Sehun malu, wajahnya merah padam. Padahal sedetik lalu ia menjadi pria keren dan dewasa
"haha aku kira kau sudah SMA" luhan menahan tawanya agar tak meledak "nae dongsaeng" panggil luhan meledek
"sudah cukup, harusnya kau berterima kasih padaku" sehun membusungkan dadanya
"iya maaf, dan terima kasih" luhan berdiri lalu memakai mantelnya
"mau kemana?" tanya sehun
"aku harus segera mencari pekerjaan lagi" luhan menggunakan sepatunya
"kau sedang mencari kerja?"sehun mengerutkan kulit dahinya
"perusahaan ayahku bangkrut, aku ingin mencari kerja untuk membantu keluarga angkatku. Setidaknya aku bisa membalas perlakuannya dengan uang hasil kerja kerasku" luhan beridiri di dekat kasurnya
"kau bukan anak kandung ayah dan ibumu?" sehun lagi-lagi bertanya
"iya" sehun berfikir sejenak lalu mendapatkan sedikit ide
"kau mau bekerja padaku? Kau bisa bisnis?" tanya sehun antusias
"aku kebetulan sekolah di Senior High School of Business"ucap luhan "jadi setidaknya aku mengerti sedikit tentang bisnis perusahaan" luhan menggunakan syalnya
"tunggu di sini" sehun lagi-lagi pergi meninggalkan luhan. Ia berlari menuju ruang kerja sang ayah.
"aku akan mengelolanya, tapi ada syarat" ucap sehun sambil nafasnya terengah-engah
"apa itu nak?"
"aku tidak akan pergi ke kantor, aku akan bekerja di rumah. Jika ada berkas yang harus ku tanda tangani, kirimkan berkasnya lalu aku akan mempelajari berkas baru aku akan menandatangani. Dan aku akan tinggal di apartemen, jadi belikan aku apartemen dan mobil" sehun berbicara panjang lebar dan hanya mendapatkan anggukan kecil dari ayahnya
"oke Call" sang ayah tersenyum manis pada sang anak, ia bisa meninggalkan anaknya untuk beberapa saat. Ah tidak saat lebih tepatnya bertahun-tahun. Sehun kembali ke kamarnya, lagi-lagi nafasnya terpengal pengal
"hoshh.. hosh.. kau dapat pekerjaan" sehun memegang lutunya sakit
"eh? Maksudmu?" luhan merasa aneh, ia takut salah dengar
"kau dapat pekerjaan, tapi ada syaratnya" sehun berdiri sempurna sambil tangannya di lipat di depan dadanya
"syarat apa itu?"
"kau harus tinggal bersamaku di apartemen, aku akan menggajihmu tiap bulan setimpal dengan hasil kerjamu. Aku sudah menyiapkan mobil untukmu, ah tidak maksudku untukku."
"ha? Lalu aku harus meninggalkan rumah dan keluargaku?" tanya luhan
"iya, kau kan bisa memberikan uang gajih bulananmu untuk membiayai keluargamu tanpa perlu bersama mereka kan?, kau juga bisa bersekolah lagi tapi aku memindahkanmu ke sekolah milik keluargaku"
"lalu apa pekerjaanku?" luhan menarik nafas panjangnya
"kau akan membantuku mengelola perusahaan ayahku."...
...
Sehun berdiri tengah ruangan yang penuh dengan berbagai buku yang tersusun rapih—perpustakaan. Ia masih memikirkan, kenapa ia meminta pria yang baru saja ia kenal untuk bekerja di perusahaan ayahnya?.
"aku menyukainya saat pandangan pertama" gumam sehun sambil mengedarkan pandangannya pada deretan buku-buku di ruangan itu.
Sehun tersenyum sesaat lalu duduk di bangku sambil membaca buku yang ia ambil di salah satu deretan buku
"matanya indah seperti rusa, ia bukan seperti pria tepatnya wanita yang menjelma sebagai seorang pria" gumam sehun lagi lalu membuka lembaran berikutnya
"suaranya bahkan tak seberat pria kebanyakan" seperti membaca sebuah buku yang mendeskripsikan luhan, ia selalu membalik lembaran buku setelah mendeskripsikan luhan.
...
Paginya luhan terbangun di kasur sehun, ia tidur sendiri. Kemana sehun pergi pikir luhan. Ia melirik meja nakasnya mendapati sarapannya di sana, denga note yang tertempel di gelas
makanlah jangan turun sebelum aku menjemputmu—Oh Sehun
luhan tersenyum aneh, ia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan air hangat.
Sehun sedang sarapan bersama sang ayah, ayahnya sudah rapih dengan koper yang banyak di belakangnya.
"kau akan pergi hari ini?" tanya sehun
"kau sudah menyetujui mengelola perusahan di seoul, maka aku harus segera mengelola perusahaan di Paris" sang ayah menyeruput kopinya "tenang saja, semua persyaratan sudah aku sanggupi, ini kunci apartemen dan kodenya dan ini alamatnya" sang ayah memberikan kunci dan secarik kertas bertuliskan alamat dan kode apartemennya.
"terima kasih ayah, aku akan memindahkan barang-barangku kesana" ucap sehun ia menyupkan roti panggangnya
"tak perlu, bawa saja bajumu dan perlatan sekolahmu, aku sudah menyiapkannya kemarin" sehun tersenyum senang pada sang ayah. Sang ayah berpamitan pada sehun, sehun tak bisa mengantar ayahnya ke bandara karena harus bersekolah.
..
Baekhyun membuka pintu kamar kakaknya, hanya ada kasur yang tertata rapih dan barang-barang yang tertata sama seperti saat di tinggalkan
"hyung kemana?" baekhyun lirih, ia menatap kosong kamar kakaknya. Ia tak bersekolah karena ayahnya bilang untuk beristirahat, walaupun sebetulnya ia malas untuk bersekolah lagi. Ia malas untuk berurusan dengan orang tua murid karena beberapa temannya telah di hajar habis-habisan oleh baekhyun. Baekhyun kembali ke kamarnya, sebelumnya ia mendengar telepon rumahnya berbunyi. Ia bersembunyi di balik tangga mendengar percakapan ibunya di telpon
"iya ini kediaman keluarga Byun,"
"..."
"ini ibu baekhyun"
"..."
"apa? Tidak mungkin anak saya melakukan itu, anak saya sangat lugu" ibunya tak tau jati diri baekhyun yang sekarang yang ia tahu hanya baekhyun yang polos
"itu benar bu" baekhyun muncul di balik tangga "aku memukul mereka semua" baekhyun menghampiri ibunya lalu mengambil paksa gagan telepon lalu menutupnya
"kenapa kau menjadi seperti ini? mana baekhyun yang polos?" tanya ibunya menangis
"aku disini bu, aku hanya kesal saat mereka meremehkan kita, mereka yang dulu mengagungkan kita kini hanya seenaknya menghina kita. Aku hanya memberi mereka balasan yang setimpal" ucap baekhyun lalu memeluk ibunya "maaf bu, aku tidak akan melakukannya lagi"
...
TBC
REVIEW JUSEYO~
