Chapter 1 : Si Macan Manis, Cha Hakyeon
SWEET TIGER
.
TAEKWOON X HAKYEON (VIXX)
.
7D
WARNING! Disini saya menyesuaikan dengan keadaan pendidikan militer di Indonesia ya.
Gak sekalipun untuk menjelekkan pihak manapun, cuma fiksi saja.
Dan namanya gak saya ganti, soalnya gak akan ngefeel(?) aja gitu.
Selamat membaca :)
Pagi yang tenang dengan udara bersih disekitar. Matahari tampak masih malu-malu di ufuk sana, namun sinar kuning kejinggaannya begitu tajam dipandang mata. Embun-embun pagi yang menyelimuti rerumputan tampak enggan menghilang, masih menggantung di ujung rumput yang tinggi sebelum jatuh menyapa tanah.
Namun lain halnya dengan sebuah akademi yang orang-orangnya kini berkumpul di lapangan utama. Orang-orang berseragam loreng hitam-hijau yang ada disana, dengan berbagai alat musik tergeletak di tanah. Ada yang berlatih terompet, melakukan spin, bahkan ada yang duduk di lapangan tanpa melakukan apa-apa.
"HAI MANIIIS...GODAIN KITA DOONG~"
"GARUK AKU DENGAN CAKARMU, SAYAAANG~ RAAAWWRRRRR..."
Lolongan bak waria kurang belaian itu ikut menyemarakkan suara alat-alat musik yang dimainkan disana. Lelaki-lelaki gagah berseragam loreng hijau-hitam itu berteriak kemayu hanya untuk menyambut —lebih seperti menggoda— seorang lelaki manis semampai yang berada di barisan yang baru saja memasuki lapangan luas ini. Beberapa orang di rombongan tersebut hampir melepaskan tawa, namun ditelan kembali begitu mendengar deheman seseorang yang menjadi objek ejekan lelaki-lelaki tadi.
Begitu sampai di tengah-tengah lapangan, barisan tersebut berhenti. Sengaja Hakyeon —lelaki semampai tadi— menghentakkan kakinya ke tanah keras-keras. Berharap agar derap kakinya yang berselimut sepatu PDL terdengar gagah, untuk membungkam mulut-mulut ganjen yang tidak henti-henti menggodanya dengan siulan-siulan genit.
Dan, berhasil! Sorak sorai godaan itu berhenti juga. Hakyeon sontak memasang senyum pongkah sebagai bentuk kemenangan. Mengira mereka semua terdiam karena hentakan kakinya yang keras.
Ingatkan Hakyeon kalau sekarang ada 14 orang dalam rombongannya. Yang artinya ada 28 kaki yang terhentak bergantian. Percaya diri sekali kamu, Hakyeon?
"AH!"
"Sst... tak perlu mendesah seperti itu, bee. Tuh 'kan dilihatin."
Hakyeon menoleh ke kanan, tepat dimana suara lembut disertai hembusan nafas itu berasal. Hingga terpampanglah wajah datar bermata tajam, dengan kulit pucat dan bibir yang sengaja digigit kecil tepat di depan matanya.
Biar seksi gitu, ehem.
"Pergilah tembok! Untuk apa kau disini?" desis Hakyeon.
"Hmm? Untuk ini—" dan lagi-lagi remasan di bokong pun Hakyeon dapatkan, tertutup kulit Macan Tidar yang menjuntai di belakang, "—makanya, kalau jalan bokong bohaymu itu dikondisikan. Tak perlu sampai berlenggak-lenggok seperti itu. Kau sengaja menggodaku, manis?"
Hakyeon hanya bisa mendesis, tidak habis pikir dengan jalan pikiran si muka tembok ini. Sabar, ini masih pagi kok. Toh, latihan hari ini hanya sebentar.
"Kumohon, pergilah Taekwoon. Ini masih pagi, ya tuhan."
"Justru itu, kau harus mengawali harimu dengan bertemu dengan lelaki tampan sepertiku, sayang. Bagaimana kalau istirahat nanti—"
"AAARGGH! DIAMLAH TAEKWOON!"
Sontak riuh suara Bellyra, Tuba, dan beberapa Snare Drum berhenti, jadi sunyi senyap dalam sekejap. Semua perhatian terpusat pada Taekwoon dan Hakyeon. Bukan ekspresi kaget, tapi malah...
...
"CIEEE YANG BERANTEM! FIUWIIIT"
"KENAPA HAKYEON? TAEKWOON MINTA JATAH YA?"
"GASAK AJA, SENIOR TAEKWOON! BAWA KE KAMAR!"
Itu junior mereka yang barusan berteriak.
"IDE BAGUS, WONSHIK! SIAP LAKSANAKAN!"
Tawa renyah menggelegar, melihat interaksi dua penatarama populer itu. Taekwoon hanya tersenyum sedikiiit sekali, hanya sekitar 2 cm ditiap sisinya. Lalu kembali memasang wajah datar minta ditampar andalannya.
"Oke, manis—"
"Hakyeon, itu namaku, tuan Taekwoon."
"Terserah. Nanti siang kita makan bersama, oke? Jangan pergi kalau tidak kujemput."
"..."
"Ah, ini ada bunga. Dan selamat pagi, manis." Dan percakapan itu diakhiri dengan Taekwoon yang menoel dagu Hakyeon dan kedipan mata nakal.
Taekwoon melenggang pergi sambil memainkan tongkat major miliknya. Meninggalkan Hakyeon yang wajahnya sudah mejikuhibiniu dengan bunga matahari di tangan.
Tidak bisakah dia dianggap sebagai lelaki disini?
"Dasar muka temboook!" geram Hakyeon sambil mengunyah bunga matahari pemberian Taekwoon. Ow, ganas sekali.
..
Semua regu sudah bersiap dengan alat musik masing-masing dihadapan. Seperti pemain Tuba, yang kini sibuk melakukan aksi dengan cara memutar Tuba di sekeliling tubuh mereka. Dentingan merdu Bellyra terdengar harmonis kala mengudara di tempat terbuka seperti ini. Beberapa alat musik yang tergeletak di tanah —kebanyakan alat musik yang ditabuh— kini sudah diambil dan dipasangkan ke tubuh masing-masing Taruna.
Disaat semua sudah siap dengan alat musik mereka, Hakyeon justru sibuk sendiri kala memasangkan Harnes di depan dadanya. Ia ingin meminta bantuan Jae—terong—hwan, tetapi lelaki berhidung besar itu malah sibuk bertumpu dagu di atas Drum Bass sembari melihat aksi Wonshik—si pangeran Larva, kata Jaehwan— di depan sana . Itu artinya, Jaehwan tidak bisa diganggu. Titik.
"Hah, bagaimana ini —issh, susah sekali sih..."
Taekwoon terkekeh geli melihat tingkah seorang lelaki di tengah lapangan sana.
Iya, lelaki hitam manis yang sibuk menggerutu karena tak mampu meraih pengait Harnes di belakang tubuhnya. Tudung Macan yang ia pakai seringkali melorot kala ia tertunduk, dan dengan imutnya ia akan membenarkan letak tudung dikepalanya menggunakan kepalan tangan.
Melirik jam di tangan, Taekwoon berjalan menghampiri Wonshik, memerintahkan untuk segera memulai latihan mereka.
Perintah? Iya, karena Taekwoon adalah Penatarama Senior di Akademi Militer ini. Dan kebetulan ia dipercaya oleh Pelatih dan Mentor Corps untuk melatih mereka hari ini.
Langkahnya semakin dipercepat kala melihat seorang adik tingkatnya datang menyahuti panggilan Hakyeon. Mungkin saja ia disuruh untuk mengaitkan Harnes yang sedari tadi gagal ia pasang.
Aha! Taekwoon punya ide!
Sesampainya di belakang tubuh Hakyeon, Taekwoon melihat adik tingkatnya —kalau tidak salah namanya Hongbin— kini meliriknya dan tersenyum canggung. Dengan angkuh, Taekwoon menolehkan kepalanya ke kerumunan Snare Drum —tempat asal Hongbin. Mengangkat dagu dengan gestur seakan-akan mengusir lelaki itu. Tak perlu waktu lama Hongbin pun balik badan, maju jalan.
Selepas pengusiran Hongbin, kini Taekwoon tersenyum ganjil. Meraih pengait Harnes dan memasangkannya perlahan.
Klik!
"Ah, akhirnya. Terima kasih, Binnie."
Tak ada sahutan. Yang ada hanyalah gerak tangan yang seakan-akan menyesuaikan letak Harnes ditubuhnya dengan tepat. Meraba dari belakang punggung, hingga ke bagian dadanya. Namun ketika di bagian dada—
Nyuut~
"Uh.." Hakyeon melenguh tertahan karena dadanya diremas tiba-tiba.
Sementara pelaku peremasan hanya menarik kedua sudut bibirnya pendek sekali. Merekam baik-baik lenguhan Hakyeon untuk imajinasi ehem-nya.
Dan berlalu meninggalkan Hakyeon begitu saja.
"Dasar muka triplek!" geram tercekik Hakyeon menahan teriakannya untuk Taekwoon yang berlari kecil menjauhinya.
Latihan baru selesai tepat pukul 12 siang. Disaat matahari tepat di atas kepala, disitulah Hakyeon meringis kepanasan. Perut lapar, kerongkongan dahaga, Hakyeon jadi ingin cepat-cepat ke kantin rasanya.
Namun rasa laparnya hilang kala melihat Taekwoon mengedipkan sebelah mata dengan tangan kiri menengadah kearahnya dari depan lapangan sana. Gesturnya menunjukkan seolah ia sedang mengajak kekasihnya untuk berjalan bersama, bergandengan sepanjang jalan. Siulan dan cuitan godaan tak terelakkan, bersua begitu saja.
...
"YANG DIAJAK MAKAN BARENG CIEEEEE!"
"YUHUUUU! ENAK YA YANG DIAJAK MAKAN SAMA SUAMI!"
"HATI-HATI YA! NANTI KAMU YANG DIMAKAN TAEKWOON, HAKYEON SAYANG!"
Damn it! Suara cempreng Jaehwan benar-benar buat malu astaga -_-"
Dengan rasa dongkol berkedok menyelamatkan harga diri, Hakyeon memutar balik tubuhnya dan berlari meninggalkan Taekwoon yang termangu. Bukannya mendapat sambutan tangan hangat pujaan hati, yang ada terpaan angin yang mengisi.
Yang sabar ya, Jung.
Melihat si poker face yang ditolak pujaan hati, semua Taruna serempak meninggalkan lapangan dengan cepat. Takut mendapat tatapan dari orang yang terkenal sadis di akademi itu.
...
"MAU APALAGI KAU, MANUSIA KETUMPAHAN CAT TEMBOK?!"
Taekwoon meringis menanggapi panggilan sayang Haekyeon untuknya. Matanya masih memandangi wajah Hakyeon yang merengut sebal karena ulahnya.
"Aku mau jemur baju, memangnya kenapa?"
"Asramamu di gedung sana, bukan disini!"
"Kalau aku maunya disini, gimana?"
"KAU!"
"Apa, sayang?"
Hakyeon hanya memejamkan mata, berharap ada awan yang menaungi tubuhnya agar adem sekalian menurunkan tingkat emosinya.
"Senior Taekwoon yang terhormat, bisakah kau kembali ke tempatmu? Ini tempatku menjemur pakaianku, bukannya disana kosong?" Dengan sopannya Hakyeon menunjuk menggunakan kedua tangan, persis seperti petugas bandara menunjukkan arah kepada penumpang yang tersesat.
"..." Masih Taekwoon liatin nih, ihiiiy!
"Hal-looo, tuan— HEY! MAU KAU APAKAN CELANA DALAMKU? KEMBALIKAAAAN!"
Setelah merampas salah satu celana dalam Hakyeon di jemuran, Taekwoon berlari dan melompati tebing pembatas gedung asrama Haekyeon yang berada di bawah. Berlari sekuat tenaga dengan Hakyeon yang menyusul dibelakangnya.
Mereka berlari tak tentu arah. Kadang ke pinggir lapangan upacara (karena lapangan tidak boleh asal dipijak jika tidak untuk keperluan penting), ke asrama B (tempat para adik tingkat 3 yang terkenal sifat satannya —disinilah Wonshik dan Sanghyuk bersemayam), dan kemudian mengitari koridor asrama A, asramanya Taekwoon.
Hakyeon yang sudah kepalang emosi berlari kencang tanpa memandang suasana sekitar. Siul-siulan ganjen dan teriakan heboh memenuhi telinga Hakyeon. Ada yang memberikan semangat, sedikit gelengan kepala, dan banyak godaan serta tepukan tangan dengan jargon penyemangat. Namun salah satu teriakan teman asramanya membuat Hakyeon malu setengah mati,
"HAKYEOOON! PAKAI BOKSERMU! JANGAN PAKAI CELANA DALAM SAJAAA!"
...dan membuatnya kembali lari ke asrama dan menutup pintunya rapat-rapat, enggan melanjutkan kegiatan menjemur pakaiannya yang tertunda.
...
..
.
Dan Taekwoon?
Ia bersembunyi di belakang patung macan dan mengatur nafasnya yang tersengal. Berjongkok, masih dengan celana dalam merah di tangan. Di tengah nafasnya yang tersengal, Taekwoon sempat-sempatnya menghirup aroma celana dalam Hakyeon yang masih lembap sehabis dicuci.
"Hmmm...wanginya..."
Dasar gila.
TBC or END?
A/N : APA-APAAN INIII?! Maafkan saya yang lagi gabut malah bikin beginian, cast VIXX pula. Jadi nabrak gini, habis sayang kalau gak dibikin cerita. Jadilah mamih Cha sama Papih Jung yang kena sasaran. Lagian mereka tinggi-tinggi sih, siapa yang gak kegoda buat bikin mereka ala-ala Militer? Kan biasanya tinggi-tinggi orangnya *ngeles. Mind to Read n' Review?
