Di sebuah cafe pusat kota, terlihat gadis berambut panjang yang tengah duduk sendirian di salah satu kursi. Gadis yang diketahui bernama Hyuuga Hinata itu tengah mengetuk-ketuk jari tangannya ke punggung meja dengan raut wajah kesal. Ini sudah lebih dari satu jam, pikirnya, tapi sosok yang di tunggu-tunggunya tidak juga muncul untuk memperlihatkan batang hidungnya.

Hinata meruntuk pelan kemudian dengan cepat mengambil handphone di tasnya dan segera menghubungi orang yang bersangkutan. "Dimana?" tanyanya tidak sabaran, bahkan dia sengaja memotong kalimat basa-basi yang akan dilontarkan kekasihnya.

"Di kantor, tapi-"

Dan sekali lagi sebelum sang pemilik suara di seberang telephone melanjutkan kalimatnya, Hinata dengan cepat memotongnya. "Cepat datang ke sini dalam waktu 10 menit. Kalau kau terlambat, kau bisa cari calon istri lainnya selain aku." Dan tanpa menunggu lagi, Hinata langsung menutup telephonenya secara sepihak.

Mungkin ancaman Hinata terdengar kejam dan berlebihan, tetapi Hinata tidak perduli karena sampai sejauh ini dia sudah cukup bersabar menghadapi kelakuan kekasihnya yang super sibuk itu.

Hinata tahu betul kalau Namikaze Naruto, sang kekasih punya bertumpuk urusan yang harus segera diselesaikannya, tapi sampai kapan dia harus menunggu Naruto untuk mempersiapkan pernikahan mereka yang kurang dari satu bulan lagi? Apa dia kali ini harus mengalah untuk kesekian kali dan menunda pernikahan mereka untuk ke dua kalinya? Dan asal tahu saja, kalau bukan karena rasa cintanya yang amat besar pada Naruto, dia tidak mau melanjutkan pernikahan mereka yang sempat ditunda secara sepihak oleh Naruto beberapa bulan yang lalu.

Dan seperti perkiraannya, pemuda perambut pirang itu tiba tepat waktu, tepat 10 menit kemudian dengan nafas yang terengah-enggah. Tidak dapat dipungkiri kalau Hinata terkesan, tapi dia mencoba menyembunyikannya dengan raut wajah datar yang ditunjukkannya.

"A-ah Hinata-chan, syukurlah aku belum terlambat." Naruto menghebuskan nafas lega ketika mendapati gadis pujaannya masih berada di sana. Walaupun bisa dia tebak kalau sang gadis dalam keadaan mood yang sangat tidak baik, tapi setidaknya dia tidak perlu mencari calon istri baru, seperti yang dikatakan Hinata.

Sedangkan Hinata yang masih terlihat kesal semakin bertambah kesal setelah mendengar ucapan Naruto. Setelah dia menunggu hampir dua jam dan bagaimana Naruto bisa mengatakan kalau dia tidak terlambat?

"Ayo pergi!" Hinata segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu keluar. Gadis cantik itu melenggang pergi tanpa sekalipun memandang ke arah Naruto.

"Eeh? Aku bahkan belum minum setetespun Hinata-chan, padahal aku haus sekali setelah berlarian untuk sampai ke sini," rengek Naruto kepada Hinata. Tapi sepertinya usahanya percuma karena gadis itu sama sekali tidak mau menanggapi ucapan Naruto.

.

.

DON'T LIKE DON'T READ!

.

.

Wedding Preparation

Desclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: NaruHina

Genre: Romance, Humor

Rated: T

Warning: Garing, absurd, OOC, AU, gajeness, typo(s), abal, DLL

.

.

Dan butuh waktu 15 menit untuk sampai di tujuan pertama mereka dengan berjalan kaki. Mereka berjalan memasuki sebuah toko perhiasan ternama di kota ini. Hinata memasuki toko terlebih dahulu, sedangkan Naruto yang berjalan mengekor di belakangnya menghela nafas panjang. Dengan raut wajah lesu dia bergumam pelan, "dia benar-benar marah ternyata." Dan untuk hari ini sepertinya Naruto harus benar-benar menjaga sikapnya agar tidak membuat Hinata lebih kesal kepadanya.

Anak tunggal keluarga Namikaze itu berjalan mendekati Hinata yang tengah memilah-milih cincin pernikahan yang cocok untuk mereka. "Ah, apakah kau sudah menemukan cincin yang bagus Hinata-chan?" Naruto bertanya dengan riang, mencoba mengabaikan aura hitam yang menguar di sekitar tubuh Hinata.

Hinata yang masih sibuk mencari-cari cincin, mendengus kesal. "Belum. Dan bisakah kau berhenti memasang wajah bodoh seperti itu dan mulai membantuku mencarinya, Naruto-kun?!"

Naruto langsung saja pudung dengan aura gelap yang entah kapan muncul tiba-tiba di sekitarnya. Mungkin salahnya yang membuat Hinata begitu kesal padanya, tapi setidaknya tidak bisakah Hinata tidak menjatuhkan harga dirinya di depan pelayan tokoh yang saat ini terkikik pelan karena mendengar dia dikatai bodoh? "A-ah, baiklah."

Secepat kilat dia langsung menuruti perkataan Hinata. Pemuda pirang itu mondar-mandir untuk menemukan cincin yang sekiranya akan membuat Hinata senang dengan pilihannya. "Bagaimana kalau yang ini?" Naruto menunjuk sepasang cincin di salah satu display.

Hinata melotot tidak percaya. "Kau yakin?" tanyanya dengan nada mengejek. "Kau mau aku memakai cincin dengan batu akik sebesar itu dan membuat lelucon mengerikan di acara upacara pernikahan kita?" Dan sekali lagi Naruto menyulut api kemarahan Hinata yang belum sempat reda.

"Ta-tapi aku tidak pernah melihat pengantin manapun memakai cincin seperti ini. J-jadi, kupikir... Akan bagus kalau kita mempunyai sesuatu yang berbeda. Maksudku bukankah ini akan lebih spesial?" ucap Naruto takut.

"Dan asal kau tahu, para pengantin lain tidak akan segila itu untuk memakai batu akik sebagai cincin pernikahan, Naruto-kun!"

Naruto hanya bisa diam ketika mendengar para pelayan toko yang terkikik semakin keras. Dia bertambah malu ketika mereka melihatnya dengan tatapan seolah mengatakan, "kau saja yang terlalu gila, Tuan." Sampai-sampai Naruto harus menyembunyikan wajah malunya dengan berpura-pura seolah sibuk mencari cicin lain. "Em kalau ini, Hinata-chan?" ucapnya sedikit ragu karena sebenarnya Naruto takut kalau lagi-lagi dia melakukan kesalahan dan menanggung malu entah keberapa kalinya, tapi sepertinya kali ini cincin yang dipilihnya sudah benar.

Naruto menunggu Hinata mengamati cincin yang dipilihnya dengan seksama. Sepasang cincin berlapis emas putih dan dilengkapi berlian yang cukup besar. "Bagaimana?"

"Tidak, ini terlalu mahal."

"Eeh? Tapi ini benar-benar bagus. Dan kau tidak perlu khawatir soal harga, aku jamin aku bisa membayarnya."

Hinata menatap Naruto dengan alis tertekuk. "Aku tahu itu. Tapi kita tidak perlu membeli cincin semahal ini."

"Baiklah." Dan lagi-lagi Naruto harus memilih untuk mengalah. "Jadi, cincin yang seperti apa yang kau inginkan?"

"Ini." Hinata segera menunjuk sepasang cincin yang telah menyita seluruh perhatiannya. Cincin sederhana dengan sepasang manik blue shappire dan amethys yang terpasang indah dia atasnya. "Mereka sangat cantik bukan? Dan harganya juga tidak terlalu mahal." Hinata berucap puas ketika menunjukkannya pada Naruto.

Sedangkan tunangannya itu mengangguk setuju. "Ah, kau benar-benar pintar memilih Hinata-chan." Naruto berucap senang sembari mengusap puncak kepala Hinata. Mungkin dengan sikapnya yang manis ini, Hinata akan sedikit melupakan rasa kesalnya padanya.

Pelayan toko segera mengambil cincin itu dari display dan segera menunjukkannya pada mereka. "Apa perlu kami ukir nama masing-masing mempelai pada bagian dalam cincin?" tanya sang pelayan ramah.

"Tentu," jawab Naruto cepat. "Iyakan Hinata-chan?"

Hinata hanya menangguk setuju dengan menunjukkan raut wajah tidak percaya karena tidak biasanya Naruto setanggap itu.

"Tolong beri tulisan 'Istri-dari-Namikaze-Naruto-yang-Paling-Tampan' pada cincin Hinata-chan."

Walaupun sangat terdengar janggal, pelayan tokoh hanya bisa menggaguk patuh sembari menahan diri agar tidak tertawa.

Sedangkan sisi di lain, jangan terkejut apabila tiba-tiba muncul kerutan empat siku di kening Hinata, setelah gadis cantik itu mendengar kata-kata absurd dari Naruto. "Na-ru-to-kun," panggil Hinata dengan nada penuh dengan ancaman.

Tapi sepertinya Naruto yang terlalu tidak peka, sama sekali tidak menyadarinya. "Ya, Hinata-chan." Naruto memandang Hinata dengan wajah bingung, dan entah bagaimana, dia seolah menangkap maksud lain dari tatapan Hinata. "Baiklah," ucapnya seolah paham akan maksud dari Hinata.

Naruto kembali mengarahkan perhatiannya kepada pelayan toko. Pemuda berkulit tan itu sedikit mencondongkan tubuhnya agar bisa lebih dekat pada si pelayan, kemudian berbisik pelan, "ano, kau juga perlu menambahkan tulisan 'Suami-dari-Namikaze-Hinata-yang-Super-Unyu' pada cincinku, Hinata-chan terlalu malu untuk memintanya sendiri, hehehee." Naruto terkikik pelan. Dia tidak habis pikir kenapa Hinata merasa malu hanya untuk meminta hal yang sama sekali tidak memalukan. Pemuda berambut pirang itu berpikir, mungkin Hinata perlu bersyukur karena dia sangat beruntung memiliki pendamping yang tidak tahu malu seperti dirinya, bukan?

Dan jangan salahkan Hinata ketika tiba-tiba sebuah tangan dengan amat sengaja melayang menuju ke arah Naruto. "NARUTO-KUN NO BAKA!"

.

.

PLAK!

.

.

KABOOM!

.

.

WADDOOWW!

.

.

~To be Continue~

.

.

Rencananya mau buat fic untuk menyambut ulang tahunnya Hina-Hime, mungkin akan update setiap hari dan complete pas hari ulang tahunnya, semoga aja bisa nyelesaiinya...

Dan terakhir tanpa banyak cing-cong, saya mau ngingetin buat jangan lupa ninggalin jejak di kotak REVIEW...