LEFTOVERS
.
Haikyuu! © Haruichi Furudate
This fanfic © Kiyoharu Gouriki
Hinata+OiKage, Romace/Hurt/Comfort
T
.
Happy reading!
.
Jemari yang biasa menjadi alat pemukul bola, kini meremas ujung pakaian berbahan rajutan. Memeras, seperti santan. Hingga buku-buku jarinya memutih. Hingga darahnya berhenti pada satu titik yang sama. Hingga pembuluh venanya tercetak biru dibalik kulitnya.
Sepasang kaki mungil yang biasa menjadi senjata paling ampuh dalam serangan cepatnya, kini terasa bersatu dengan tanah. Berat sekali. Tak bisa digerakkan. Tak mampu untuk berpindah selangkahpun.
Bibir yang biasa berteriak menyerukan kekaguman, kini merekat satu sama lain. Menahan sesuatu yang akan keluar dari pita suaranya disertai dengan gigitan pada bagian dalam birai eloknya. Meninggalkan secarik tinta merah yang perlahan menyeruduk keluar dari persinggahannya dan memberikan rasa khas yang tertelan bersama dengan liur.
Kedua pasang akik yang biasa berbinar merefleksikan kekaguman secara tersuratpun kini hanya mampu melihat lurus ke depan tanpa berkedip. Tak terdefinisi apa arti tatapan tersebut, sebab dia hanya memandang lurus, hingga lelehan air mengalir melewati pelupuk matanya secara perlahan.
Hatinya nyeri. Mencelos. Perasaannya ngilu. Berdenyut. Jantung berdetak bertalu-talu. Mendobrak keluar kandang. Perutnya seakan terkilir oleh sesuatu yang fana. Kerongkongannya seakan berkerak. Kering. Sulit untuk menelan ludah. Ah.. rasanya asing.Batin Hinata.
Sekarang di hadapannya, ia melihat dengan jelas potongan-potongan adegan yang telah ia prediksi setelah ia menjalin sebuah hubungan dengan seseorang. Oikawa Tooru sedang berciuman dengan Kageyama Tobio, kekasihnya. Dan Kageyama tampak sangat menikmati sentuhan yang diberikan oleh setter Aoba Jousai tersebut. Seperti sedang bernostalgia ke masa-masa dimana pemuda itu menjadi kekasih seorang Tooru.
Hinata tak marah sama sekali melihat adegan itu. Sungguh. Sebab selama ia menjadi kekasih Kageyama, dia tak pernah memberikan rasa cintanya sedikitpun pada partnernya itu. Bukan tidak, tetapi belum.Ya, belum. Sebab Hinata sadar bahwa perasaan yang seringkali ia tepis itu perlahan-lahan sudah membelenggu sukmanya.
Kau datang di saat yang tidak tepat, cinta.Batin Hinata. Mengapa kau datang ketika dia sudah memutuskan untuk kembali lagi pada mantan kekasihnya? Mengapa kau tiba-tiba datang dan membuat benteng pertahananku hancur begitu saja? Mangapa kau tak membiarkanku untuk tetap bertahan pada pendirianku? Bertahan pada status yang seharusnya terjaga sedari dulu. Menjadi sahabat Kageyama. Tidak lebih.
Dikala Hinata tengah berdebat dengan batinnya sendiri, lumatan pada bibir Kageyama oleh Oikawa sekarang beralih pada hisapan diatas leher jenjang Kageyama yang membuat si empunya leher mengerang dengan deru napas yang tak teratur. Memancarkan sehela kenikmataan tiap hembusan napas.
Hati si pemuda mungil makin nyeri tiap detiknya. Namun, dengan segala kekuatan batin yang tersisa, ia menarik kedua sudut bibirnya secara bersamaan. Lagi-lagi membatin, Kageyama tak pernah menampilkan ekspresi seperti itu jika sedang melakukannya dengan ku. Dia benar-benar masih sangat mencintai Oikawa-san, ya.Kemudian terkekeh, kalau begitu, mengapa dia menyatakan cintanya padaku?
"Tentu saja untuk menjadi pelampiasan," lirih Hinata pada dirinya sendiri. Kemudian berbalik meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu hancurnya perasaannya.
Kalau perasaan cinta hanya akan menyisakan kepedihan seperti ini. Hinata bersumpah atas nama dunia, kalau dia tidak akan membiarkan siapapun membuka pintu hatinya lagi. Dia akan mengahapus perasaan cintanya hingga tak bersisa.
Republish dari akun wattad saya : kiyoharu28
