UNFORGIVEN HERO

HAEHYUK

BOYS LOVE VERSION

FF ini di-remake dari sebuah Novel yang juga berjudul UNFORGIVEN HERO karya Shanty Agatha. Dibuat dalam versi Boys Love dengan sedikit perombakan, pengurangan dan penambahan disana- sini sesuai kebutuhan alur cerita.

Bagi yang kurang berkenan dengan sesuatu yang berbau Remake dan Boys Love, harap untuk tidak melanjutkan membaca demi kebaikan bersama ^.^

No bash, please ^^

Thank You~

..

..

Enjoy~~

..

..

..


"Even if everything is just a lie. But my love for you is real. There is no meaning whether it all for you? I lied to you because I love you, because I love you so much! "


..

..

..

"Kau sangat menyedihkan"

"Bukan urusanmu."

Krystal mendengus, gadis itu menyesap minuman kalengnya lalu meletakkannya di dashbor mobil.

"Sampai kapan kau mau begini terus? Sampai dia menjadi orang tua jompo dan tetap tidak menyadari keberadaanmu?"

Donghae bahkan tidak menoleh ke arah Krystal yang duduk di sebelahnya, tatapannya lurus ke depan, ke pintu keluar sebuah gerbang Unniversitas.

Tak lama sosok yang dicarinya itu keluar, dengan senyum manis yang sudah dihafalnya, sedang bercanda bersama teman-temannya.

"Lihat. Dia tersenyum"

"Tentu saja dia tersenyum, dia berhasil lulus dengan peringkat terbaik. Dan kau ingat itu karena siapa?"

"Aku tidak mau membahasnya..."

"Karena kau! Semua karena perjuanganmu."

Krystal tidak mempedulikan peringatan Donghae dan terus melanjutkan ocehannya.

"Dan sekarang kau bahkan tidak bisa memberi selamat kepadanya, malah mengintip dari jauh seperti ini. Benar-benar menyedihkan!"

Donghae terus menatap sosok itu sampai menjauh, menghilang di dalam bus yang dikendarainya.

"Dia bahkan masih naik bus. Aku harus mengusahakan kendaraan untuknya supaya dia tidak perlu capek berpanas-panasan dan berdesakan karena harus naik bus lagi"

Perkataan Donghae barusan semakin membuat Krystal gusar karena Donghae tidak memperhatikan kata-katanya.

"Kau sudah gila! Mau sampai kapan kau menghukum diri sendiri seperti ini ?"

Hening. Tampaknya Donghae mengganggap pertanyaan Krystal itu tidak perlu dijawab. Mereka terus terdiam di dalam mobil mewah yang sengaja di parkir agak jauh dari gedung Unniversitas, agar tidak mencolok. Donghae sibuk dengan pikirannya sendiri, pikirannya melayang ke masa sepuluh tahun lalu, saat usianya masih 18 tahun. Kaya, tampan, berkuasa dan sama sekali tidak tahu tentang apa arti dari sebuah tanggung jawab...

...

...

"Ini mobil hadiah ulang tahunku, baru ada dua di negara ini"

gumam Donghae bangga pada teman-temannya. Semua temannya mengagumi mobil sport warna merah yang diparkir Donghae di garasi rumahnya.

"Sial! Mobil ini sangat cocok untuk balapan!"

"Tentu saja! Ini mobil sport keluaran terbaru"

"C'mon Let's try!"

DOnghae tertawa bangga dengan kesombongan masa mudanya waktu itu. Malam itu mereka mabuk-mabukan dan berpesta pora.

Dan malam itu pula Donghae belajar bahwa kesenangan sesaat kadangkala bisa merenggut nyawa orang yang tidak bersalah. Mobil yang dia kendarai dalam keadaan mabuk, menabrak sebuah taksi yang berjalan pelan di jalur berlawanan.

Pengemudi taksi itu, lelaki tua yang tidak tahu apa-apa, tewas seketika.

Tentu saja semua permasalahan dapat dibereskan dengan cepat. Ayah Donghae adalah pengusaha yang sangat berpengaruh karena harta dan kekuasaannya yang melimpah.

Tidak ada yang mempermasalahkan kenapa Donghae mengendarai kendaraannya dalam kondisi mabuk berat, uang jaminan sudah disiapkan. Donghae sendiri waktu itu lebih mencemaskan keadaannya daripada memikirkan supir taksi tua yang tewas itu. Toh supir taksi itu lebih beruntung langsung tewas, tidak merasakan sakit seperti dirinya.

Limpanya terbentur keras, bengkak, sehingga memerlukan perawatan dan pengobatan serius, dan rasa sakitnya sungguh tidak terkira. Bahkan Donghae sempat menyalahkan supir taksi yang menurutnya kurang ajar. Kenapa bisa ada di jalan yang berlawanan dengan dirinya sehingga membuatnya tertabrak.

Semua permasalahan dibereskan dengan cepat oleh ayahnya. Donghae langsung di kirim ke luar negeri untuk menjalani pengobatan. Sampai 6 bulan kemudian setelah kecelakaan itu, dia kembali ke Korea.

Ibunya, dengan penuh kelembutan mencoba mengingatkan Donghae, seberapa fatal akibat yang didapatkan akibat kesalahan dan sifat bagaimanapun tidak ada seorang ibu yang akan membiarkan anaknya menjadi seorang yang tidak memiliki belas kasih dan tanggung jawab.

"Kau tidak pernah ingin tahu tentang mereka?"

Donghae yang saat itu merasa bosan karena masih harus beristirahat di rumah dan tidak bisa keluar rumah menatap ibunya dengan marah.

"Buat apa? Bukankah Aboeji sudah memberikan tunjangan yang sepadan untuk mereka? Mungkin lebih banyak dari yang bisa dihasilkan supir taksi itu ketika dia hidup"

Kesombongan membuat suaranya terdengar keras dan angkuh.

"Supir taksi itu memiliki isteri yang berduka dan seorang anak yang masih membutuhkan biaya sekolah. Apa kau tidak menyesal atas kehilangan yang dialami anak kecil itu, Donghae?"

"Sebenarnya apa yang Eomma inginkan?"

"Eomma hanya ingin merasa sedikit lega, Eomma ingin kau kesana dan meminta maaf secara langsung. Bahkan selama ini hanya pegawai ayahmu yang datang kesana dan mengurus semuanya"

Ibunya menatap Donghae dengan tatapan penuh harap. Berharap putranya yang angkuh bisa sedikit memiliki belas kasih.

"Mereka itu hanya keluarga miskin, jika aku datang kesana dan menunjukkan penyesalan, mungkin mereka akan meminta tambahan tunjangan lagi"

"Kalau begitu beri saja. Kau sudah mengambil nyawa seorang ayah, Donghae. Berapapun harta yang kau berikan, itu tak akan tergantikan"

Hingga akhirnya Donghae menyerah karena ibunya yang terus membujuknya tanpa henti. Bahkan ibunya itu menangis dihadapannya. Donghae datang kesana keesokan harinya, dengan diantarkan sopir dalam mobil mewah. Tentu saja tak lupa membawa se-bouquet bunga di tangannya.

Ternyata mobil tidak bisa masuk ke dalam perumahan kumuh itu, Donghae masih harus berjalan melewati gang sempit dan rumah-rumah tak terurus dengan bau yang mengganggu indra penciumannya. Dengan jijik dipandanginya lumpur di sepatu mahalnya, dia akan membuang sepatu ini, putusnya jengkel.

Rumah itu sangat kecil, tetapi tampak paling bersih di antara semua rumah yang berdesak- desakan di sana. Kelihatannya seseorang berusaha meletakkan pot-pot mungil berisi bunga mawar untuk menutupi pagar jelek yang menyedihkan di depan rumah itu.

Ketika Donghae masih berdiri kaku didepan rumah itu, seorang anak laki- laki remaja, mungkin usianya beberapa tahun di bawahnya muncul di hadapannya dan menatapnya curiga.

Anak laki- laki itu sangat kurus tapi wajahnya terlihat sangat manis. Manis. Itulah yang Donghae pikirkan saat pertama kali melihatnya. Dengan tatapan mata yang cerdas, dan meskipun hanya berpakaian sederhana, tetap saja tidak bisa menahan ketertarikan Donghae padanya.

"Siapa?"

Donghae memasang senyumnya yang paling mempesona, selama ini tidak ada yang pernah bisa menolak pesona dari senyumannya.

"Aku- aku datang kesini untuk minta maaf atas kecelakaan itu, maaf aku baru bisa datang kesini. Aku baru pulang dari luar negeri setelah menjalani perawatan medis karena luka setelah kecelakaan itu"

Hanya kalimat itu yang bisa ia keluarkan. Karena setelah kalimat itu, Donghae bahkan tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

Yang bisa diingatnya adalah jeritan histeris penuh kemarahan anak laki- laki itu, tetangga-tetangga yang berdatangan untuk memisahkan mereka karena anak laki- laki itu tiba- tiba menyerangnya dengan pukulan bertubi-tubi. Anak laki- laki itu juga menghancurkan Bouquet bunga yang Donghae bawa hingga berserakan tak berbentuk. Matanya menyala marah dengan ancaman penuh kebencian keluar dari mulut anak itu.

"Jangan pernah kau menampakkan wajahmu di hadapanku! Kau manusia hina yang bersembunyi di balik kekuasaan ayahmu, manusia pengecut, tidak bertanggung jawab! Kau pikir nyawa manusia bisa diganti semudah itu dengan uang? Kami memang miskin, tapi kami punya harga diri! Jadi sebelum kau bisa menunjukkan kalau kau punya harga diri, jangan berani-berani menunjukkan mukamu di depanku! Dasar manusia menjijikkan!"

Setelah itu, Donghae diberitahu oleh seorang tetangga, ibu dari anak itu meninggal tadi malam, menyusul ayahnya. Ibunya jatuh sakit karena tidak kuat menahan kesedihan ditinggal suaminya.

Hari itu, Donghae menyadari, bahwa perbuatannya telah menghancurkan hidup sebuah keluarga.

"Mereka sama sekali tidak mau menerima uang tunjangan dari kita, itulah yang mengganjal di hati Eomma"

"Anak itu membenciku. Baru kali ini aku menerima tatapan kebencian seperti itu"

Donghae masih terpekur shock dengan kejadian yang baru di alaminya. Hatinya seperti diremas- remas melihat tatapan anak laki- laki itu yang begitu penuh dengan luka dan kesakitan. Juga kebencian yang begitu dalam padanya.

"Anak itu kehilangan ayahnya dengan tragis, lalu ibunya. Apalagi yang bisa dilakukannya selain menumpahkan kebencian kepadamu, penyebab semua ini?"

Ibunya hanya bisa menatap Donghae dengan sedih. Bagaimana pun, Donghae telah menerima akibat dari sifat keras dan angkuhnya.

"Dia sebatang kara, dan dia tidak mau menerima bantuan dari kita, lalu aku harus berbuat apa? Beritahu aku, Eomma. Apa yang harus kulakukan?"

"Mungkin kau harus memulainya dari dirimu sendiri dulu Donghae..."

...

...

"Mau sampai kapan kita parkir di sini? Dia sudah pergi sejak tadi. Kau melamun lagi? Akhir- akhir ini kebiasaanmu melamun semakin parah"

Suara Krystal memecahkan keheningan, hampir membuat Donghae berjingkat karena kaget. Setelah menarik napas layaknya orang frustasi, Donghae lalu memundurkan mobilnya keluar dari parkiran.

"Terima kasih sudah menemaniku menunggunya"

Krystal menatap Donghae seksama, lalu tatapannya berubah penuh sayang. Kejadian kecelakaan itu sudah lama, tetapi Donghae menanggung beban rasa berdosa itu di pundaknya tanpa henti. Hingga seolah-olah Donghae sudah lupa bagaimana caranya tersenyum.

"Aku menyayangimu, Oppa. Aku tidak tahan kalau harus terus-terusan melihatmu dalam kondisi seperti ini"

Donghae diam tidak menanggapi. Tatapannya tetap lurus kedepan, entah apa yang ada di dalam fikirannya.

"Dia sudah lulus kuliah dengan nilai yang sangat bagus, dia pasti akan dengan mudah diterima di perusahaan yang telah susah payah kau siapkan untuknya"

Krystal menatap Donghae penuh arti, lalu mendesah ketika Donghae tidak mengatakan apa-apa.

"Bukankah ini sudah waktunya kau berhenti?"

"Berhenti?"

"Berhenti memikul tanggung jawab ini seolah-olah kau tidak akan pernah termaafkan"

"Aku memang tidak akan pernah termaafkan"

Cengkeraman tangan Donghae pada kemudi semakin erat, tatapan matanya menyendu sarat akan perasaan bersalah dan luka yang amat dalam.

"Kejadian itu sudah lama berlalu, mungkin dia sudah kehilangan kesedihannya dan menjalani hidup dengan bahagia..."

Donghae mengernyit menggelengkan kepala, membantah apapun yang berusaha diucapkan Krystal.

Tidak mungkin! Luka yang ia torehkan begitu dalam dan tidak akan sembuh dengan semudah itu.

"Tidak! Aku yang merenggut semua kebahagiaannya. Sebelum semua bisa aku kembalikan padanya dalam kondisi utuh, aku tidak akan berhenti!"

"Kau benar- benar menyedihkan!"

Krystal menatap Donghae dengan pandangan jengkel sekaligus kasihan. Gadis itu merasa dirinya seperti kaset rusak karena mengulang-ulang kalimatnya terus-menerus.

"Aku berdoa semoga suatu saat nanti dia tahu siapa yang berada di balik hidupnya yang berjalan dengan begitu mudah selama ini"


.::: UNFORGIVEN HERO :::.

.::: HAEHYUK :::.


"Surat panggilan untukmu"

Leeteuk menyerahkan surat yang terbungkus rapi dalam amplop yang sepertinya berbahan kertas mahal itu.

Eunhyuk mengernyitkan kening, lalu membaca kop di amplop surat itu yang ditulis dengan tinta emas elegan dengan emblem bang perusahaan yang sangat bonafit. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa konstruksi dan sangat terkenal.

Eunhyuk mengenal perusahaan ini. Sebuah perusahaan yang sering disebut-sebut oleh dosennya, dan juga sering muncul di berbagai media massa terutama yang menyangkut literatur bisnis dan keuangan.

Perusahaan ini benar-benar didirikan dari bawah, ownernya yang menurut gosip masih muda, memulai usaha ini setelah pulang dari sekolahnya di Amerika. Dia mendirikan perusahaan dengan sistem yang serupa dengan joint ventura dengan penanaman modal dari perusahaan asing yang bergerak di bidang sejenis. Dan kemudian dalam waktu lima tahun sudah merajai jajaran perusahaan konstruksi yang patut diperhitungkan.

Sebuah surat panggilan? Itu benar-benar membuat Eunhyuk bingung, dia tidak pernah merasa mengirimkan lamaran ke perusahaan ini. Perusahaan ini terlalu bonafit untuk seorang fresh graduate seperti dirinya.

Tapi bagaimana mungkin ada surat panggilan kalau dia tidak pernah mengajukan surat lamaran?

Leeteuk tersenyum melihat keragu-raguan Eunhyuk.

"Sudah buka saja, mungkin isinya benar-benar panggilan kerja untukmu"

"Tapi aku tidak pernah merasa mengirimkan lamaran ke perusahaan ini, Hyung"

Leeteuk sudah seperti keluarga baginya, saat dia sebatang kara dan kedua orang tuanya meninggal dulu, Eunhyuk memutuskan untuk berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Kebetulan waktu itu seorang tetangganya mengenalkannya dengan Leeteuk. Leeteuk adalah keponakan dari seorang pemilik panti asuhan yang saat itu sedang membutuhkan pembantu dan teman untuk mengurus panti asuhan tersebut.

Dan kehadiran Eunhyuk sangat membantunya. Bahkan kemudian Leeteuk mengusahakan beasiswa untuk Eunhyuk agar dia bisa melanjutkan sekolahnya. Dan kemudian semua terasa sangat mudah bagi Eunhyuk, beasiswanya terus berlanjut hingga Eunhyuk bisa lulus kuliah, tentu saja sebagian biaya hidupnya harus Eunhyuk tanggung sendiri. Dia sekolah sekaligus bekerja sebagai pelayan paruh waktu disebuah kafe.

"Mungkin itu rekomendasi dari Universitasmu, kau kan lulusan terbaik. Ayo dibuka, aku penasaran"

Dengan enggan dan sedikit takut-takut, Eunhyuk merobek amplop itu, sebelumnya dia memastikan kalau amplop itu benar-benar ditujukan padanya. Setelah yakin dia mengeluarkan kertas surat yang tak kalah mewah dengan amplopnya itu dan mulai membaca isinya berulang- ulang.

"Bagaimana?"

Leeteuk tampak sangat penasaran. Tapi raut wajah Eunhyuk yang berubah cerah membuatnya tersenyum lebar.

"Memang surat panggilan pekerjaan 'kan? Kau harus datang!"

"Tapi, Hyung...aku masih bingung..."

Leeteuk menggelengkan kepalanya, menelan semua bantahan Eunhyuk.

"Tidak semua orang mempunyai kesempatan sepertimu, kau harus datang memenuhi panggilan kerja itu, Hyuk"

Eunhyuk terdiam, mengerutkan kening, tapi pikirannya melayang. Hidupnya terasa begitu mudah, seolah-olah Tuhan mengulurkan tanganNya langsung dan membantunya. Dia mendapatkan semuanya dengan begitu mudah, panti asuhan yang menampungnya gratis, beasiswa demi beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya, Leeteuk yang berperan sebagai pengganti keluarganya. Pekerjaan yang memungkinkannya bekerja sambil sekolah. Dan sekarang, begitu luluspun, tawaran pekerjaan langsung datang kepadanya, dan tidak tanggung-tanggung, langsung di sebuah perusahaan bonafit berkelas tingggi.

Eunhyuk tersenyum dan otomatis memandang ke atas, ke titik khayalan yang dibayangkannya.

"Hei malaikat pelindungku" bisiknya pelan kepada langit.

"Kau pasti sudah bekerja sangat keras, bernegosiasi dengan Tuhan untuk membuat hidupku begitu mudah, terima kasih ya"


.::: UNFORGIVEN HERO :::.

.::: HAEHYUK :::.


Eunhyuk merapikan setelan kerjanya yang sedikit kusut dengan gugup. Bus yang dinaikinya sangat penuh dan sesak sehingga membuat penampilannya jadi tidak serapi ketika dia berangkat tadi. Dan sekarang disinilah dia berdiri, di lobi mewah perusahaan ini dengan keragu-raguan dan kecemasan yang tampak jelas.

Aku telah berbuat kesalahan dengan datang ke sini, ini bukanlah tempatku...

Eunhyuk mengusap bulir- bulir keringat di dahinya ketika petugas resepsionis yang ramah tersenyum kepadanya, mengundangnya mendekat.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Resepsionis itu mungkin kasihan melihat Eunhyuk yang gugup dan kebingungan seperti salah tempat.

"Eh... ini..."

Eunhyuk mengeluarkan surat panggilan interview yang diterimanya kemarin. Dia mengeluarkannya dengan hati-hati seolah benda itu harta karun berharga dan menunjukkannya kepada sang resepsionis.

"Saya mendapatkan panggilan interview di perusahaan ini hari ini"

Resepsionis itu menerimanya dan mengerutkan kening, dia adalah pegawai berpengalaman dan tahu, bahwa surat panggilan ini tidak main-main, dikirimkan langsung oleh sekretaris sang owner. Bahkan ditandatangi langsung oleh owner mereka... Ini bukan surat main-main, ini surat penting...

"Sebentar, saya akan tanyakan terlebih dahulu"

Sikap resepsionis yang ramah itu langsung berubah serius dan dia meninggalkan Eunhyuk untuk mengangkat telepon.

Eunhyuk merasakan jantungnya langsung berdegup kencang, pikiran- pikiran buruk langsung menerpanya, apakah dia salah? Apakah surat itu surat palsu, mungkin sekedar lelucon untuk mengerjainya? Astaga! Kenapa tak pernah terpikirkan di benaknya tentang kemungkinan itu?

Eunhyuk memandang sekeliling dengan gelisah, apakah dia akan diusir? Apakah dia akan dipermalukan?

Rasanya lama sekali ketika resepsionis itu akhirnya selesai dengan urusannya. Resepsionis itu sepertinya sudah berhasil menguasai diri dan kembali tersenyum ramah.

"Interview akan dilakukan di lantai lima, saya akan meminta petugas untuk menemani anda ke atas"

Seorang petugas entah muncul dari mana dengan ramah menemani Eunhyuk melangkah masuk ke lift menuju ke lantai lima.

"Silahkan duduk di situ, saya akan memberitahukan kedatangan anda"

Eunhyuk duduk di sofa sambil tetap mengerutkan kening, memberitahukan kedatangannya? Kenapa seolah-olah dia adalah tamu yang sudah ditunggu dan bukannya salah satu calon pegawai yang akan menghadapi test? Dan dimana yang lainnya? Eunhyuk memandang ke sekeliling yang sepi. Dia menyangka akan di interview bersama calon-calon pegawai lainnya, tetapi ternyata dia cuma sendirian.

"Silahkan. Beliau berkenan menemui anda"

Masih dengan bertanya-tanya Eunhyuk melangkah memasuki ruangan itu, sebuah ruangan rapat kecil yang mungkin difungsikan untuk mewawancarai calon pegawai.

Seorang perempuan berambut panjang yang terlihat sangat elegan dan cantik menunggunya di sana. Cantik sekali seperti model, dengan setelan kantornya yang terlihat mahal dan menarik.

"Selamat siang, silahkan duduk"

Dengan canggung Eunhyuk duduk di hadapan perempuan itu.

"Aku Krystal, HR Manager di perusahaan ini. Mungkin kau bertanya-tanya kenapa kau bisa mendapat panggilan di perusahaan ini. Kami memperoleh rekomendasi dari Unniversitasmu. Kau adalah lulusan terbaik di sana"

Rupanya kata-kata Leeteuk ada benarnya, dia dipanggil karena rekomendasi dari Unniversitasnya.

"Baik, pekerjaan yang akan ditawarkan padamu adalah staff inti dari direksi. Maksudku, kau akan bekerja sebagai bawahan langsung dari Owner kami..."

Otak Eunhyuk serasa dicubit. Staff Direksi? Yang benar saja?! Kenapa untuk jabatan sepenting staff direksi, perusahaan ini mengambil seorang lulusan baru sepertinya? Bukankah untuk jabatan seperti itu, biasanya sebuah perusahaan akan mengambil dan mempromosikan pegawainya yang sudah lama mengabdi untuk naik jabatan?

Tapi pertanyaan-pertanyaan di otak Eunhyuk langsung terabaikan ketika dia berusaha berkonsentrasi penuh atas wawancara resmi yang mulai dilakukan oleh HR Manager yang cantik itu.

Wawancara itu berlangsung lama, dan sangat resmi. Eunhyuk menjawab semua sesuai kemampuannya, dan setelah pertanyaan terakhir dijawab, Krystal terdiam agak lama dan menatap catatan di mejanya.

Perempuan itu lalu menatap Eunhyuk lama seolah-olah ingin membaca isi hati Eunhyuk.

"Kalau kau diterima, seberapa cepat kau bisa mulai bekerja di perusahaan kami?"

Eunhyuk tergagap, tidak menduga akan ditanya selugas itu. Biasanya mereka akan menyalamimu, kemudian mengatakan akan melakukan evaluasi dan akan menghubungi beberapa waktu nanti, bukan?

"Saya bisa kapan saja"

"Kau diterima. Aku ingin kau siap dan mulai bekerja Senin depan. Apa waktu itu cukup untuk mempersiapkan semuanya? Dalam tiga hari?"

Eunhyuk menganggukkan kepalanya meski masih merasa seperti mimpi baginya.

"Baik"

Krystal berdiri dan mau tak mau Eunhyuk ikut berdiri juga, perempuan itu lalu menyalami Eunhyuk dengan senyum aneh.

"Semoga sukses di perusahaan ini. Sampai bertemu lagi, kau bisa keluar sendiri kan?"

Dan dengan langkah cepat dan tegas, setegas pembawaannya, wanita itu meninggalkan Eunhyuk sendirian.

Meninggalkan Eunhyuk yang masih terpaku di tengah ruangan itu, menahan keinginan kuat untuk mencubit pipinya sendiri.

Secepat ini prosesnya? Apakah ia baru saja bermimpi...?

..

..

"Sudah beres"

"Terima Kasih. Bagaimana dia?"

"Dia kebingungan. Semua ini terlalu mudah, Kalau aku jadi dia, pasti juga akan sebingung dia, dan kau sudah membuatku melanggar aturan perusahaan dalam merekrut pegawai"

Krystal mendengus saat melihat Donghae justru tersenyum mendengar perkataannya.

"Perusahaan ini punyaku, dan aku juga yang berhak menentukan penerapan aturan itu"

"Terserah kau sajalah. Lagipula siapalah aku? Kau memang merintis perusahaan ini demi dia... sekarang keinginanmu sudah tercapai, Donghae"

"Panggil aku Aiden kalau berada disini!"

Krystal meringis saat Donghae menatapnya tajam penuh peringatan. Aiden? Dasar bodoh! Menyembunyikan identitas demi seseorang yang bahkan sama sekali tidak mengetahui beradaannya.

"Dia pasti akan tahu suatu saat nanti. Aboeji adalah seorang pengusaha dengan nama besar. Suatu saat nanti dia pasti akan menyadarinya dan identitasmu pasti akan terbongkar"

Dan kiamatlah untukku

Donghae diam, tidak membantah kebenaran yang terasa jelas di ucapan Krystal, matanya menerawang.

"Dia akan tahu, tapi nanti. Setelah aku bereskan semuanya"

"Dan kau pikir dia akan berterimakasih padamu nantinya?"

"Ini bukan tentang pemberian dan rasa terima kasih... ini tentang hutang yang dibayar, Krystal. Dan tidak pernah ada orang yang wajib berterimakasih atas hutangnya yang dibayarkan. Yang ada, yang berhutang itulah yang wajib mengucapkan terima kasih"

Krystal mendesah, menatap Donghae dengan sedih. Pria itu terlihat begitu tertekan dan terbebani atas rasa bersalahnya.

"Aku cuma bisa mendoakanmu, semoga semua baik-baik saja"

Dan menyerahkan semuanya pada Tuhan, sambung Krystal dalam hati. Meskipun dia mulai merasa tidak yakin, sebab kalau seperti kata orang-orang bahwa Tuhan itu Maha Pemaaf, kenapa Dia membiarkan Donghae menanggung dosa dan rasa bersalahnya selama bertahun-tahun?


.::: UNFORGIVEN HERO :::.

.::: HAEHYUK :::.


"Ini ruanganmu"

Seorang karyawan yang lebih tua dari Eunhyuk menunjukkan sebuah ruangan kecil di sudut yang terletak di lantai paling atas gedung megah itu.

"Seluruh staff direksi berjumlah delapan orang - termasuk dirimu, kami bertugas untuk memfasilitasi kegiatan owner perusahaan ini, yaitu Lee Sajangnim. Tugasmu adalah membantu Lee Sungmin, sekretaris direksi terutama karena dia akan cuti hamil beberapa bulan lagi. Kau harus bisa memback up semua pekerjaannya selama dia cuti nanti. Jadi sekarang dia yang akan menjadi mentormu"

Kata karyawan itu yang ternyata bernama Heechul. Ia mengedikkan bahu ke arah seorang yang tadi tidak sempat dilihatnya.

Lee Sungmin, yang katanya menjabat sekretaris direksi itu tersenyum padanya, dan Eunhyuk merasa lega karena mentornya itu kelihatannya sangat baik dan ramah.

"Heechul Hyung memang kelihatan ketus, tapi dia sangat baik, dia bisa dibilang wakil direktur utama disini. Dia yang menghandle semuanya kalau Lee Sajangnim sedang tidak ada di tempat"

Sungmin menjelaskan sambil tersenyum ketika mereka duduk bersama dan mulai menerangkan mengenai tugas- tugas apa saja yang akan Eunhyuk kerjakan selama bekerja di perusahaan ini.

"Pemilik perusahaan ini namanya Aiden Lee"

Eunhyuk sudah tahu sebenarnya, karena penasaran kemarin dia membeli dan membaca berbagai majalah bisnis yang menyangkut perusahaan ini. Dia juga membaca berbagai artikel di internet. Dan sesuai dengan keterangan dosennya sewaktu mencontohkan perusahaan ini sebagai materi kuliahnya, pemilik perusahaan ini masih muda. Muda dan cemerlang karena bisa membangun bisnis sesukses ini dalam waktu yang begitu singkat.

"Kau akan sering bertemu dengannya nanti, apalagi saat aku cuti melahirkan nanti. Bisa dibilang pekerjaanmu adalah mengatur seluruh jadwal dan keperluannya"

Sungmin tersenyum dan matanya menerawang.

"Jangan khawatir, Lee Sajangnim tidak seketus Kim Heechul. Dia sangat baik dan tenang, tidak pernah meledak marahnya. Lee Sajangnim juga sangat tampan dan juga... sexy"

Sungmin mengedip nakal,

"Biarpun Lee Sajangnim sangat pendiam dan terlihat sedikit murung, seperti ada sesuatu yang selalu tersimpan di benaknya, membuatnya susah tersenyum. Tapi walaupun begitu, dia adalah pria paling diincar disini, kesan misteriusnya malah membuatnya semakin memiliki banyak penggemar. Sayang dia begitu penuh rahasia, tidak pernah terlihat dia dekat dengan siapapun"

Eunhyuk mengernyit. Muda, kaya, sukses, dan cemerlang, tetapi tidak pernah dekat dengan siapapun?

"Sebenarnya ini rahasia, tapi aku pernah mengatur beberapa pertemuan beliau dengan beberapa orang dari kalangan atas. Tapi hubungan mereka sambil lalu saja. Lee Sajangnim tidak pernah menjalin hubungan lama dengan seseorang"

Sungmin mengehela napas dengan dramatis, seolah- olah sesuatu yang sedang mereka bahas ini menyangkut hidup dan mati seseorang.

"Lee Sajangnim benar- benar sangat tampan dan sexy. Tapi aku peringatkan padamu, Hyuk... kau tidak boleh jatuh cinta padanya! Daripada kau nanti patah hati seperti yang dialami beberapa karyawan di sini yang berani memendam perasaan pada Lee Sajangnim. Mereka semua berujung patah hati, karena Lee Sajangnim sedikitpun tidak pernah melirik mereka"

Aku tidak akan jatuh cinta kepada Aiden Lee atau Lee Sajangnim, atau siapapun namanya itu.

Eunhyuk tersenyum, berpikir dan bertekad dalam hati. Dari ceritanya, lelaki itu terdengar terlalu sempurna. Sempurna tapi pemurung, ralatnya. Sama sekali bukan tipe seseorang idamannya, karena kekasih yang diimpikannya adalah seorang yang biasa, yang ceria dan bisa membuatnya tertawa setiap saat.

Dan Eunhyuk yakin jika lelaki itu bukan seorang Aiden Lee.

Meskipun keyakinan manusia kadangkala bisa bertentangan dengan kehendak Tuhan….


.::: UNFORGIVEN HERO :::.

.::: HAEHYUK :::.


Dia ada disini. Eunhyuk ada disini!

Donghae menelan ludahnya, merasa konyol karena kegugupannya. Astaga! dia yang selama ini menghadapi begitu banyak orang dengan percaya diri sekarang merasa gugup hanya karena seseorang yang bahkan tidak akan mengenalinya.

Donghae berdehem menenangkan diri.

Tetapi seseorang itu bukanlah sekedar orang biasa. Seseorang inilah yang entah sadar atau tidak, telah mengubah seluruh kehidupannya, telah mengubah seluruh cara pandangnya terhadap kehidupan. Seseorang inilah yang sekarang telah menjadi tujuan hidup Donghae. Kebahagiaannya adalah tujuan hidup Donghae.

Setelah menarik napas panjang, Donghae melangkah masuk ke ruangan kantor staff direksi. Heechul sedang berdiri di dekat pintu dan langsung mengangguk kepadanya.

"Selamat pagi, Sajangnim"

Donghae mengangguk singkat, matanya berputar ke sekeliling ruangan. Dimana Eunhyuk? Seharusnya dia mulai bekerja hari ini kan?

Heechul sepertinya menyadari apa yang dicari oleh Donghae, dia termasuk orang kepercayaan Donghae yang tahu rencana bosnya itu ketika memasukkan Eunhyuk keperusahaan ini.

"Dia sedang di toilet, Sajangnim"

Donghae mengangguk, merasa sedikit malu karena wakil direksinya ini menyadari apa yang dicarinya.

"Suruh dia datang ke ruanganku nanti"

Di dalam ruangannya, Donghae merasa begitu susah berkonsentrasi, berkali-kali dia melemparkan pandangan ke pintu dengan gelisah. Kenapa Eunhyuk lama sekali?

Donghae merasa bahwa detik pertemuan inilah nanti yang akan menentukan langkah ke depannya. Dia harus memastikan bahwa Eunhyuk tidak akan mengenalinya. Tentu saja dia tetap harus menghadapi resiko bahwa Eunhyuk tetap akan mengenalinya. Siapa yang bisa mengukur kekuatan ingatan seseorang? Apalagi ingatan tentang kejadian buruk biasanya akan lebih kuat melekat. Dan jika Eunhyuk mengenalinya, maka selesailah sudah semuanya. Kiamatlah baginya!

Donghae merasakan jantungnya berdenyut, dia belum siap. Dia tidak akan siap jika Eunhyuk mengenalinya sebagai seseorang yang telah menyebabkan kematian ayahnya dan menghancurkan kebahagiaan keluarganya. Donghae belum siap jika Eunhyuk kemudian membencinya dengan kebencian yang sama seperti yang ditunjukkan di pertemuan pertama mereka di masa lalu atau mungkin lebih.

Semoga Eunhyuk tidak mengenalinya

Donghae masih merapalkan doa singkat itu berulang-ulang bagai mantra, ketika sebuah ketukan pelan di pintu mengalihkan perhatiannya.

..

..

..

..

..

TBC

..

..

..

..

..


Haiii...

Saya terkena virus remake novel Santhy Agatha, dan akhirnya saya me- remake salah satu novel karya Santhy Agatha yang berjudul UNFORGIVEN HERO.

Maaaaaaaff...bukannya ga kreatif, tp apalah daya... saya hanyalah seorang pecinta HaeHyuk yang ngebet(?) banget pingin baca novel itu tapi dalam bentuk yg sedikit berbeda, yaitu versi Boys Love... tentunya dengan sedikit perombakan, pengurangan dan penambahan disana- sini..^^

Gimanaaa? Ada yg minat gaaaaaa? Klo ada yg minat saya lanjuuuuuut sampe tuntas tas tas taaaasss!

Klo ga ada yg minat tetep saya lanjut walaupun yg baca cuma saya sendiri TT_ TT

Monggo dikasih tanggapannya, readerku sekaliaaaaaaann...^_^

Betewe, makasih yaaaa buat ESMERALDA- KU TERCINTA yg udah dukung saya sedukung- dukung buat bikin ff remake ini... Marimar syelalu padamu, Esmeraldaaaaa...*civokbasah*

..

..

..

DeSTORIA