Osu! Minna-san, ogenki desu ka? Boku wa genki da yo! Na, minna, fic ini dipersembahkan untuk para reader tercinta. /UHUK. Oh ya, anggap aja fic ini sebagai gantinya Aishiteruuuuu! yang saya hiatus-in atau mungkin mendingan di-discontinued, soalnya udah gak ada ide buat lanjutin fic itu lagi. Gomenne!

Title: The Arrogant Prince and The Innocent Princess

Disclaimer: Semua chara di fic ini bukan punya saya. Tapi ide dan isi fanfic ini murni punya saya—kalau ada kesamaan harap beritahu saya lewat PM, atau review juga boleh.

Genre: Romance, dong! Ditambah humor (/not/ gomen kalo gak kerasa :3) sama friendship. Sama family juga. Ufufu~

Rate: Pastinya T

Pairing(s): Len x Rin

Summary: Kagamine Len adalah seeorang siswa dingin dan sombong yang sangat pintar, terbukti dari posisi rankingnya yang tidak pernah turun, ranking satu. Tetapi, walaupun dingin (dan kalem), apa reaksinya saat Kagamine Rin yang lugu, polos, dan blak-blakan yang hanya meraih ranking 32 dari 35 murid di kelasnya dengan lantang berkata, "Len-kun, pacaran itu apa? Sepertinya seru, kita coba, yuk!"?

Yosh! Mohon maaf kalau ada typo atau kesalahan lainnya—apalagi kalau ada kesamaan. Gomenne! Gak bermaksud gitu kok! Saa, happy read minna!

Kritik dan saran? Allowed, tapi jangan sampe flame, ya!


Kagamine Len, itulah namanya. Laki-laki shota super kaya yang sangat terkenal di sekolahnya, Crypton Academy. Walaupun sombong, banyak yang mengidolakannya. Maklum, kepintaran dan ketajiran itu kan rata-rata idaman semua orang. Apalagi, Len juga menjabat sebagai Ketua sekaligus Wakil Ketua OSIS. Maka tidak heran kalau hampir setiap hari loker sepatunya dipenuhi surat-surat pernyataan cinta—yang selalu berakhir di tempat sampah dengan keadaan yang sudah tidak jelas lagi bentuknya. Entah itu robek, menjadi potongan-potongan kecil, maupun lecek karena diremas atau diinjak-injak, dan bahkan terkadang dibasahi air. Dan setelah masuk tempat pembuangan akhir—tempat sampah—surat-surat itu akan merasakan panasnya nyala api merah yang menjulur senang kesana-kemari, membuat surat-surat malang itu menjadi abu.

Yah, selain pintar, sombong, dan tajir, bocah shota yang satu ini memang dingin banget—tergolong kejam, malah.

Tetapi sepertinya hidupnya mulai berubah saat sekitar dua minggu yang lalu murid baru bernama Kagamine Rin yang lugu, polos, sederhana, tergolong uhukbodohuhuk, dan blak-blakan itu masuk ke kelasnya—dan kehidupannya.

Awalnya, ia berpikir; memutar otaknya dengan cepat. Seingatnya, di keluarga ayahnya tidak ada yang bernama Rin. Adanya juga Rinto—dan itu pun nama adiknya. Dan awalnya pula, ia merasa bahwa Kagamine Rin bukanlah seseorang yang patut diperhitungkan. Jelas saja, dari penampilannya yang sederhana saja ia sudah tahu kalau gadis manis yang mirip dengan dirinya itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dia. Len juga merasa tidak perlu mengurusi gadis yang satu ini. Perlakukan saja ia seperti gadis-gadis lain, pikirnya.

Tetapi ia tidak menyangka bahwa kepolosan Rin dapat menimbulkan 'masalah'. Saat mendengar rumor tentang Shion Kaito dan Hatsune Miku—si Bendahara dan Sekretaris OSIS yang serasi—berpacaran, Rin yang (sangat) polos dan lugu tanpa ragu bertanya kepada Len—yang notabene ia anggap sebagai saudara sendiri. Maklum, faktor marga—dengan lantang (dan blak-blakan), "Len-kun, pacaran itu apa? Sepertinya seru, kita coba, yuk!"

Dan tentu saja seisi sekolah, mulai dari murid-murid, guru-guru, hingga satpam dan pengurus kebun dan OB, langsung gempar mendengar ucapan gadis manis itu. Mana ia duduk sebangku dengan Len, lagi. Sudah dipastikan, semua anggota Kagamine Len Fans Club langsung brokoro dan mengincar serta menjauhi Kagamine Rin yang telah denan polosnya mengatakan hal 'itu' (yang terdengar seperti menembak Len, sebenarnya, tapi dengan polos dan blak-blakan) pada Kagamine Len-sama mereka tercinta.

Reaksi Len? Matanya sempat membulat selama beberapa saat, lalu menatap tajam Rin. Kalau tatapan bisa melukai seseorang, pastilah tubuh Rin sudah bolong-bolong sekarang.

"Lho, Len-kun? Len-kun kenapa? Tidak apa-apa, kan? Oh ya, jadi, mau nyoba pacaran, nggak? Aku penasaran, lho! Len-kun juga pasti penasaran, kan?" cerocos Rin sambil melipat kedua tangannya di atas meja, lalu menidurkan kepalanya di atas tangannya, sambil menghadap ke arah Len. Oh ya, mereka sengaja disuruh duduk sebangku dikarenakan faktor marga dan nilai-nilai Rin yang bisa menjadi sangat mengkhawatirkan.

"Diamlah, Rin. Kalau mau pacaran, sama orang lain, sana!" ucap Len ketus sambil tetap memfokuskan matanya ke arah buku yang ia taruh di atas meja, dengan tangan yang meremas pulpennya erat. Ia membaca sambil sesekali mengerjakan buku yang berisi soal-soal supersulit itu dengan kesal. Ah, bagi yang belum tahu, Rin dan Len memanggil satu sama lain dengan nama kecil, karena keduanya merasa canggung dan aneh kalau harus memanggil marga sendiri.

Rin tidak diam saja. Ia menggembungkan pipinya, menatap Len dengan kesal. "Mou, Len-kun belajar mulu, sih! Jadi pasti nggak tahu betapa serunya pacaran, kan?" Tunggu, Rin, kau saja tidak tahu pacaran itu apa. "Lagipula, kalau kau memang pintar, coba sini jelaskan padaku apa arti dari pacaran! Kalau enggak, nanti aku..." Rin melanjutkan sembari menyerocos panjang lebar, tidak ada hentinya.

Catatan: selain blak-blakan, Kagamine Rin juga cerewet.

Sedangkan Len... ia merasa ditantang—padahal Rin sebenarnya cuma bercanda. Len memang sensitif banget, sih—dan membanting pulpennya kesal. Ia menoleh ke arah Rin, lalu mulai menjelaskan maksud dari 'pacaran' dengan membentak gadis manis polos lugu dan (memasang muka) tidak bersalah tersebut, "Dengar, ya, Kagamine Rin. Pacaran itu adalah di mana cewek dan cowok menjalin hubungan yang lebih dari pertemanan biasa, tapi berbeda dari hubungan semacam pernikahan. Ngerti?!" Sampai-sampai semua murid hingga guru yang baru masuk kelas pun mematung. Tidak lupa menonton duo Kagamine tersebut. Yah, Len jarang berteriak sih, jadi cukup menarik perhatian.

Len (sangat) berharap gadis yang seperti versi perempuan dari dirinya bakal mengerti penjelasannya yang bisa dibilang asal-asalan itu—toh sebenarnya Len juga tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata, sih. Tapi Rin malah dengan polosnya (atau lebih tepat dikatakan dengan bodohnya) menggeleng-geleng sambil tersenyum lebar yang terkesan polos. Ctik! Tingkat kekesalan Len naik ke dua level yang lebih tinggi, level 3.

"TERUS?! Kau mau aku menjelaskan padamu secara langsung, gitu? KITA PACARAN BENERAN, GITU?!" Ups. Awalnya Len mau bilang 'pura-pura pacaran', tapi sepertinya ia terlalu terbawa suasana sampai-sampai tanpa sadar mengganti kata 'pura-pura' menjadi 'beneran'. Ckckck.

"Pacaran... beneran? Ya udah, mau kok! Tapi aku masih nggak ngerti arti dari pa—"

"YA UDAH! MULAI HARI INI KITA PACARAN, TITIK!"

Krik krik krik. Keheningan pun tercipta. Rin dengan muka polos(baca: uhukbodohnyauhuk)nya malah berbinar-binar, sedangkan yang lain—teman-teman sekelas mereka serta guru yang masih terdiam di ambang pintu pun spontan berteriak,

"EH?!"


To Be Continued


Yak, segini dulu! Chapter 2-nya bakal dipublish setelah lebaran, mungkin. Tergantung sekolah juga sih. Hohoho. Oh ya, gomenne kalo alurnya terlalu ceoet. Maaf banget, ya! Hehehe... Ne, minna, thanks for reading, and...

Review, please?