Seorang pemuda berambut pirang dengan rompi dan katana dipunggungnya, terlihat berdiri diatap sebuah gedung. Pandangannya lurus ke balkon sebuah rumah yang agak jauh darinya. Disana, terlihat seorang wanita berambut panjang berwarna Indigo dan bermata lavender sedang menyiram tanaman yang ada di balkon. Wanita itu tidak tahu kalau dia sedang diperhatikan. Sesungging senyum terlihat di wajah pemuda itu. Sebuah wajah kelegaan nampak jelas tergurat disana..

"My Hime," sebuah lirihan terdengar dari mulutnya.

"Kitsune, bisa kita pergi sekarang?" tanya seorang ANBU bertopeng macan pada pemuda itu.

"Baiklah,Tora!" jawab pemuda itu sambil memakai topeng berbentuk rubah. Sebelum pergi, sekali lagi si ANBU Kitsune melihat ke arah wanita itu.

"Jaga dirimu baik-baik, my Hime."

.

.

Diary of ANBU

.

Naruto by Masashi Khisimoto

Story by Benjiro 'ANBU Tora' Hirotaka

.

Warning : Alternate story line, Mist typo, DLL.

.

.

Pertarungan tak seimbang sedang terjadi. Dua orang ANBU Konoha sedang dikepung oleh 11 ANBU dari Iwa. Keadaan makin mendesak bagi kedua ANBU Konoha itu. Dalam suatu kesempatan, serangan musuh memaksa mereka saling merapatkan punggung.

"Tora, berapa lama lagi bantuan akan datang?" tanya Kitsune pada rekannya.

"Sepuluh menit lagi. Apa kau sanggup bertahan, Kitsune?"

"Berharaplah bantuan akan lebih cepat datang!"

Lalu keduanya pun segera menangkis serangan-serangan yang datang. Tora terlihat kewalahan menghadapi lima musuhnya. Beberapa kali serangan musuh mengenai tubuhnya. Membuat darah segar keluar dari mulutnya.

Ketika seorang musuh mau menyabetkan katana-nya ke arah Tora, Kitsune segera menghalanginya dengan punggung sebagai tameng. Sebuah sabetan menimbulkan luka yang memanjang di punggung Kitsune. Darah segar menetes dari luka itu. Dia sedikit terhuyung karenanya. Tora segera menahan tubuh rekannya.

"Kitsune, lukamu?" Tora terdengar khawatir.

"Tak apa, Tora! Kita harus bisa bertahan sedikit lagi. Lagi pula jumlah mereka sudah berkurang setengahnya."

"Jangan sampai kau terluka lagi, Kitsune!"

"Kau seperti tidak tahu aku saja. Lebih baik kau khawatirkan saja luka-lukamu!" dari balik topengnya Kitsune coba tersenyum.

"Mereka datang!" teriak Tora.

Kedua ANBU Konoha itu kembali mengangkat katana mereka. Pertarungan yang tak seimbang dan ditambah luka sebelumnya, membuat Tora kepayahan. Ketika seorang ANBU Iwa melancarkan jurus elemen tanah kepadanya, dia tak sempat menghindar. Kitsune mencoba membantu, tapi itulah yang diinginkan oleh musuh. Itu hanya jebakan. Ketika serangan kedua dilancarkan, tanah yang dipijak Kitsune dan Tora retak dan seperti menahan gerakan kedua ANBU itu. Kitsune yang mengerti akan hal itu, segera melemparkan tubuh Tora menjauh.

"Tora, pergi!"

"Kitsune, kau….," Tora tak menyangka rekannya akan melakukan hal itu.

"Jaga Hinata untukku!"

Itu kata-kata terakhir yang didengar oleh Tora. Ketika beberapa ANBU Iwa coba menyerbu Kitsune yang sudah terperangkap jurus musuh, yang terdengar kemudian hanya bunyi ledakan.

Para ANBU Iwa yang tadi menyerang Kitsune, terlihat terpental akibat ledakan. Mereka terlihat terluka parah. Yang tersisa, coba menyerang Tora yang kembali menyemburkan luka dari balik topengnya. Tora tak punya pilihan, dia pun mencoba bertahan dengan kembali mengangkat katana-nya.

"Kanashibari no jutsu."

Gerakan para penyerang terhenti. Dua sosok ANBU sekarang sudah berdiri didepan Tora. Dari pakaian yang digunakan, mereka juga adalah ANBU Konoha.

"Kalian datang juga. Bantuan, ya?"

"Bagaimana keadaanmu, Tora ?" tanya ANBU dengan topeng elang berambut raven.

"Aku…Tak apa-apa, Taka….uhuk."

"Neko, obati Tora !Aku akan menyelesaikan misi ini," kata Taka pada rekannya yang datang bersamanya.

"Baik!"

ANBU Taka pun lalu mengeluarkan katana-nya. Dengan beberapa tebasan, ANBU Iwa yang tersisa roboh semua.

Setelah membersihkan katana-nya dari darah musuh, Taka segera menghampiri Neko yang sedang mengobati Tora.

"Bagaimana?" tanya Taka pada ANBU Neko yang berambut pink.

"Aku sudah melakukan pertolongan pertama. Pendarahannya sudah kuhentikan. Tapi kita harus segera membawanya kembali ke Konoha untuk jaga-jaga."

"Uhuk…Tapi bagaimana dengan Kitsune? Apa kau menemukannya, Taka?" tanya Tora sambil terbatuk.

"Aku hanya menemukan topeng Kitsune yang sudah hancur. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Taka ingin tahu.

"Aku sedikit lengah saat itu. Ketika salah satu musuh melancarkan jurusnya, aku terperangkap. Kitsune coba datang membantu. Tapi itu yang diinginkan oleh musuh. Kitsune yang tahu itu, segera menjauhkan aku. Uhuk…Uhuk….Dan setelah itu aku hanya mendengar ledakan. Beberapa musuh terlempar. Dan Kitsune tak ku lihat lagi disana."

"Untuk sementara, kita kembali ke Konoha untuk mengobati lukamu Tora. Setelah itu, kita minta Hokage mengirimkan team pencari kesini."

Taka lalu memapah tubuh Tora. Setelah itu, ketiga ANBU Konoha itu melesat pergi.

.

.

Sementara itu, sesosok tubuh terbaring tengkurap di tepi sungai agak jauh dari tempat pertarungan para ANBU tadi. Beberapa bekas terbakar nampak di beberapa bagian tubuh itu. Sebuah luka sabetan melintang di punggungnya. Sosok tubuh itu sepertinya telah melalui sebuah pertarungan yang hebat.

Dua bayangan orang terlihat mendekat. Salah satunya kemudian berjongkok disamping tubuh yang terbaring itu. Sosok itu seperti memeriksa nadinya.

"Dia masih hidup. Kita harus membawanya!"

.

.

Yang pertama kali dilihatnya ketika membuka mata adalah ruangan yang serba putih. Mungkin ini di Rumah Sakit. Karena seingatnya, Taka membawanya ke sini. Matanya coba menyesuaikan pencahayaan yang ada di ruangan itu. Sebuah suara membuatnya menengok ke arah pintu.

"Kau sudah bangun, Tora?"

"Kapten Inu!" ANBU Tora mencoba untuk duduk, tapi sang kapten menahannya. Kapten ANBU berambut perak yang menantang gravitasi itu kemudian melangkah mendekati ranjang dimana Tora terbaring.

"Bagaimana dengan lukamu?" tanya Kapten Inu.

"Sepertinya para ninja medis sudah bekerja dengan baik," jawab Tora berusaha tersenyum. "Oh ya. Bagaimana dengan Kitsune, Kapten? Apa Hokage sudah mengirimkan tim pencari?" Tora balik bertanya.

"Tempat pertarungan kalian dekat dengan daerah musuh. Aku sendiri dan 4 ANBU yang lain sudah berusaha mencarinya. Bagaimanapun juga, Kitsune adalah mantan anak buah ku. Kemungkinan terburuk, tubuh Kitsune hancur akibat ledakan seperti katamu. Kami tak bisa mencarinya lebih jauh karena musuh sudah memperketat penjagaannya." Sang Kapten menjelaskan.

"Oh, begitu ya. " Sebuah nada penyesalan terdengar. "Kapten, apa aku bisa minta satu hal?"

"Apa itu? Akan ku kabulkan selama aku masih bisa."

"Aku ingin memiliki topeng Kitsune. Aku harus bertemu seseorang dengan membawa topeng itu."

"Gadis 'itu', ya? Baiklah! Terserah kau, Tora."

"Terima kasih, Kapten!"

"Berusahalah pulih lebih cepat. Aku tahu ini tidak bagus, tapi kita sedang kekurangan orang karena perang ini. Hokage juga ingin membicarakan tentang misimu dan Kitsune. Aku tugaskan seorang ANBU untuk menjaga di depan. Sekarang istirahatlah. Aku pergi dulu."

"Baik, Kapten !" kata Tora. Kapten Inu pun segera pergi menghilang.

.

.

Someone's POV.

"Naruto... Naruto... Bangunlah !"

Siapa? Suara siapa itu?

"Sampai kapan kau mau tidur? Bukannya kau sudah berjanji untuk mengajakku ke tempat itu?"

Siapa? Suara itu begitu familiar. Hei! Tunjukan dirimu!

Gelap. Gelap sekali disini. Apakah aku sudah mati? Aku harus segera keluar dari sini. Kegelapan ini terasa menyesakan.

"Naruto... Naruto... Ayo bangun!"

Saat ku coba melangkahkan kakiku, suara itu terdengar lagi. Ya, seperti suara seorang gadis yang memanggilku. Tapi siapa? Siapa gadis itu? Aku seperti mengenalnya. Tapi dimana? Pikiranku gelap. Segelap tempat ini. Ah, kepalaku!

.

.

Toko Bunga Hyuuga.

Seorang gadis bermata pucat terlihat sedang merapikan dan menyirami bunga-bunga yang berada di dalam toko. Senyum tak pernah hilang dari wajah gadis manis itu. Rambut indigo yang terurai sampai punggung, terlihat bercahaya terkena sinar matahari yang melewati jendela-jendela toko kecil itu.

Clinkkk!

Perhatian si gadis teralihkan ketika suara lonceng kecil yang dipasang di atas pintu berbunyi.

"Selamat datang!" Sapa si gadis ramah.

Seorang pemuda berambut hitam agak jabrik dengan dua tanda segitiga terbalik di kedua pipinya terlihat memasuki toko. Senyumnya mengembang menemukan seorang gadis berparas ayu di dalam toko.

"Tokonya kecil tapi rapi, ya." Katanya.

"Terima kasih, tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya si gadis tetap ramah.

"Panggil saja aku Kiba. Kiba Inuzuka namaku. Kalau kau?"

"Saya Hinata Hyuuga. Pemilik toko kecil ini."

"Ah... Hinata. Nama yang cantik. " Kata Kiba yang dijawab terima kasih oleh Hinata. "Aku sedang mencari bunga untuk ke pemakaman. Seorang rekanku tewas beberapa hari lalu. Bisa kau memberitahu aku bunga apa yang cocok?"

"Saya turut berduka cita, tu... eh... Kiba. Mungkin bunga lily putih pas untuk menghadiri pemakaman rekanmu."

"Boleh saja. Bungkuskan satu untukku."

Hinata dengan sigap segera membungkuskan bunga pesanan pembeli pertamanya hari ini. Setelah rapi, Hinata lalu memberikannya pada Kiba.

"Kau sangat menyukai pekerjaanmu ya, Hinata?" tanya Kiba sambil memberikan uang untuk membayar bunga itu.

"Ya. Aku sangat suka dengan bunga. Merawat mereka membuatku nyaman dan tenang." Hinata tersenyum.

"Begitu ya? Baiklah. Lain kali aku mungkin akan kembali ke tempat yang nyaman dan tenang ini. Terima kasih, Hinata."

Kiba tersenyum sebelum melangkah keluar dari toko. Hinata juga mengucapkan terima kasih lalu kembali sibuk dengan bunga-bunganya.

Tak jauh dari toko bunga itu, perkataan seseorang membuat langkah Kiba terhenti. Seorang pria berambut raven dengan mata onix-nya bersandar di sebuah tiang dengan kedua tangannya bersedekap.

"Kau seperti tidak sedang kehilangan partner, Tora?" tanya pemuda itu dengan kesan santai tapi serius.

"Apa kau cemburu, Taka? Aku hanya menjalankan amanat dari Kitsune." Jawab Kiba dengan memunggungi lawan bicaranya.

"Tidak! Tapi Kitsune adalah sahabatku. Aku percaya kalau Kitsune takkan mudah dikalahkan begitu saja."

"Jadi kau tidak percaya padaku? Tapi memang itulah yang terjadi. Tak ada untungnya aku berbohong."

"Hn. Hokage memanggilmu. Tapi ingatlah satu hal. Aku akan tetap mencari kebenaran tentang kematian Kitsune." Setelah berkata seperti itu, Taka pun kemudian menghilang.

"Huch! Semua Uchiha memang menyebalkan." Kiba ataupun ANBU Tora pun melangkah kembali.

.

.

Ruang utama Hokage.

Seorang wanita berambut pirang panjang dengan ukuran dada yang wah, terlihat duduk dibalik meja. Disampingnya, seorang gadis muda berambut hitam pendek berdiri dengan menggendong seekor babi mungil berwarna pink. Dihadapan mereka, sudah ada ANBU bertopeng macan.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan!" tanya wanita pirang itu yang bergelar Godaime Hokage.

"Baik! Seperti yang anda tugaskan, saya dan ANBU Kitsune mencoba mengintai daerah musuh. Mendekati perbatasan, kami melihat kalau musuh sudah banyak mendirikan tenda. Untuk mengetahui jumlahnya, kami mencoba berpencar. Setelah jumlah musuh bisa diketahui, saya pun kembali ke tempat yang sudah ditentukan untuk kami kembali bertemu. Lama Kitsune belum datang juga, saya berinisiatif menyusulnya. Ternyata dia sedang bertarung dengan beberapa ANBU musuh. Saya lantas ikut membantunya. Tapi karena jumlah musuh lebih banyak, kami terkepung oleh jebakan yang mereka pasang. Kitsune sepertinya coba menyelamatkan saya. Dia mendorong saya menjauh. Sedangkan dia sendiri tanpa bisa saya cegah, meledakan dirinya sendiri yang membuat beberapa musuh ikut tewas. Kalau bantuan terlambat datang, mungkin saya juga bisa menyusul Kitsune." ANBU Tora menjelaskan apa yang terjadi.

"Hm... Begitu ya? Aku sudah kehilangan salah satu ANBU terbaikku." Kata sang Hokage setelah mendengarkan laporan bawahannya itu. "Lalu berapa jumlah musuh yang sudah kau ketahui ?"

"Kurang lebih 50 orang, Hokage-sama. Tapi sepertinya mereka bukan pasukan utama. Dilihat dari tenda-tenda yang mereka dirikan, pasukan yang lebih besar sepertinya akan segera menyusul."

Sang Godaime terlihat berpikir sejenak. Dia pun berkata lagi pada ANBU didepannya.

"Baiklah. Tunggu perintahku selanjutnya. Aku akan merundingkan dulu laporanmu dengan para Kapten ANBU."

"Baik! Saya permisi." Sang ANBU undur diri.

Setelah kepergian Tora, Godaime berkata pada asistennya.

"Shizune, panggil segera para Kapten ANBU yang sedang tidak bertugas. Panggil juga 'dia'. Mungkin kita akan butuh masukannya."

"Segera, nona Hokage." Shizune bergegas keluar untuk melaksanakan tugas yang diminta oleh atasannya. Setelah kepergiannya, Hokage seperti berkata pada seseorang.

"Bagaimana menurutmu, Fukuro ?"

"Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Tora." Seorang ANBU bertopeng gagak terlihat berada di balkon diluar kantor Hokage.

"Taka juga berkata seperti itu. Tapi aku masih belum tahu apa. Tugaskan salah satu anak buahmu untuk mengawasinya."

"Baik, Godaime."

Sang Hokage bersandar di kursinya. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranya. Dia kini tinggal menunggu pendapat kapten ANBU yang lain dan 'dia'.

.

.

A/N : Fic ini sebenarnya sudah pernah dipublish sampai chap 3. Tapi berhubung chapter pertamanya banyak sekali human error, saya mencoba mengedit lagi dan mempublish kembali. Kali ini saya berharap fic ini dapat di apdet tiap minggu. Fic ini saya dedikasikan buat adikku Yuna Kusanagi Vellasius sama. Moga dia seneng dengan fic kali ini. Akhir kata, maukah anda mereview?

Catatan :

- Kitsune : Rubah

- Tora : Harimau/Macan

- Taka : Elang

- Neko : Kucing

- Fukuro : Gagak