Title : Winter Memories
Cast : DBSK, dll.
Pair : Yunjae, dll
Disclaimer : This character is not mine, they belong to themselves. But this story is mine.
Warning : Yaoi, typos, dll. DON'T LIKE DON'T READ…
-WINTER MEMORIES-
PROLOG
Hari itu sudah sangatlah larut bagi setiap orang yang ada di Kota Seoul ini untuk menjalankan aktivitasnya. Pada jam seperti ini ditambah dengan dinginnya udara musim dingin yang mencapai suhu minus derajat, umumnya orang-orang akan memilih bergelung di dalam hangatnya selimut dan kamar sambil mengarungi dan berpetualang dalam mimpinya masing-masing. Namun sayangnya suasana ini hanya berlaku untuk sebagian besar orang saja, ya SEBAGIAN besar. Sebagian kecil lainnya terpaksa harus mengalahkan ego masing-masing yang menginginkan untuk menikmati hangatnya kasur di tengah musim dingin ini dengan berbagai alasan. Kondisi inilah yang sekarang menimpa seorang namja tampan yang sekarang ini terlihat sedang berdiri di sebuah gang kecil di pinggiran Kota Seoul. Mata musangnya sedari tadi mengamati sesuatu dengan cermat.
"Changmin-ah, bagaimana keadaan di sana?" Tanya namja tampan tersebut setengah berbisik melalui alat komunikasi wireless yang terlihat menempel di telinganya. Setelah mendapat jawaban dari namja yang dipanggil Changmin tadi, namja bermata musang tersebut terlihat menganggukkan kepalanya walaupun temannya itu tidak dapat melihatnya.
"Ne, arraso," jawab namja bermata musang itu akhirnya agar temannya mengetahui kalau dia mendengarkan penjelasannya.
Sampai beberapa menit setelahnya, namja bermata musang itu tetap diam dan mengamati objek yang sedari tadi diamatinya tanpa kelengahan sedikitpun. Setelah merasa keadaan cukup memungkinkan, dia berbisik untuk memberi kabar atau tepatnya perintah melalui alat komukasi wirelessnya.
"Baiklah, sekarang saatnya. Pada hitungan ketiga kita keluar dan segera laksanakan rencana A, arraso?" tanyanya memastikan agar teman-temannya segera bersiap. Setelah memastikan jawaban dari teman-temannya, sang namja memulai hitungannya.
"Oke. Hana. Dul. Set," sontak setelah hitungan kegita dilontarkan dari bibir berbentuk hati milik namja bermata musang tersebut, beberapa orang termasuk namja tersebut keluar dari tempat persembunyiannya sambil mengacungkan pistol kearah objek yang sedari tadi diamati. Posisi mereka saat ini adalah sang objek berdiri bersandar di tembok gang dan dikelilingi oleh empat orang yang sedang mengarahkan pistol kepadanya.
"Jangan bergerak, kau sudah terkepung," kata namja selain yang memiliki mata musang tersebut. Namja tersebut terlihat memiliki wajah yang bias dikatakan imut dan paling tinggi diantara namja lainnya. Sementara objek yang sedari tadi diamati, yang ternyata adalah seorang manusia itu hanya bisa menganggkat tangannya pasrah mengingat posisinya yang kurang menguntungkan.
Menyadari targetnya sudah tidak bergerak, namja tampan ini kemudian melirik kearah temannya, seorang namja dengan jidat yang lumayan lebar. Merasa mendapat respon karena namja tersebut juga meliriknya, sang namja bermata musang tersebut menganggukkan kepalanya pelan, bermaksud memberi perintah dengan isyarat yang hanya dimengerti oleh orang-orang itu. Kedua orang lainnya yang juga melihat itu juga segera bersiap. Sayangnya, pergerakan namja berjidat lebar tersebut terlambat sepersekian detik dan hal ini tidak disia-siakan oleh si target yang sejak tadi terkepung oleh empat orang bersenjata ini. Dengan cepat dia berlari, bermaksud menerobos kepungan itu. Sayangnya, sang namja tinggi tadi mempunyai refleks yang sangat bagus. Dengan cepat, dia menangkap target yang berusaha melarikan diri tadi dan seger mengunci pergerakannya di tanah.
Melihat itu, namja yang lain segera mendekati orang yang sedang meronta-ronta dalam kekangan sang namja tinggi tadi. Tangan namja itu terlihat memegang borgol dan dengan segera memborgol tangan orang yang sedang meronta-ronta tersebut.
"Seungho-ssi, kau ditangkap atas tuduhan pembunuhan terhadap istrimu dan perampokkan bank senilai 50 juta won," kata namja yang membawa borgol tadi dengan suara lumba-lumbanya yang khas.
Setelah melakukan aksinya tersebut, segera saja keempat orang itu membawa si pelaku ke Kantor Polisi Pusat Korea Selatan agar pelaku tersebut mendapat ganjaran atas perbuatan yang dilakukannya. Setelah itu, keempat namja tadi segera kembali ke markas untuk melaporkan pekerjaan mereka barusan pada pimpinan mereka.
"Bagus sekali. Tim Shinki kalian benar-benar bisa diandalkan. Sekarang istirahat dan tidurlah sejenak. Aku tahu sejak seminggu yang lalu, kalian belum tidur yang layak karena mengejar si tersangka,"
"Ne, gomawo Seung Hyun-ssi," kata keempat namja tadi kompak seraya membungkukkan badannya. Kemudian keempat namja tersebut keluar dari kantor pimpinan mereka yang bernama Choi Seung Hyun tersebut.
Mungkin sebagian besar dari kalian mengira bahwa pekerjaan orang-orang ini adalah polisi. Namun, kalian salah besar jika mengira seperti itu. Mereka adalah anggota Badan Intelijen Khusus. Tugas organisasi ini memang sama dengan polisi, namun dalam skala yang lebih besar yang bahkan tidak dapat ditangani oleh polisi biasa. Sebagai bayangan, jika di Amerika Serikat terdapat Federal Bureau of Investigation, maka di Korea Selatan ada lembaga ini.
Identitas orang-orang yang bergabung dalam lembaga ini juga sangat dirahasiakan dan dijaga ketat. Memang, masyarakat mengetahui adanya lembaga ini, hanya saja mereka tidak tahu anggota-anggotanya. Hal ini untuk memudahkan anggota lembaga ini dalam menjalankan tugasnya, terutama tugas-tugas khusus yang memang membutuhkan kerahasiaan, seperti pengintaian dan sebagainya. Selain itu, lembaga ini juga difasilitasi oleh peralatan super canggih yang juga dapat memudahkan pekerjaan mereka. Selain itu, orang-orang dalam lembaga ini juga terpilih melalui seleksi yang sangat ketat dan masing-masing harus menguasai ilmu bela diri dasar dan kemampuan memegang senjata.
Namun, diantara pohon-pohon yang berada di hutan, pasti ada pohon yang tumbuh menonjol melebihi pohon-pohon lainnya dan situasi ini juga tejadi di lembaga ini. Di antara orang-orang hebat yang bekerja di lembaga ini, ada empat orang yang menonjol. Melihat situasi ini, sang pimpinan lembaga atau orang yang bernama Choi Seung Hyun itu, membentuk sebuah tim khusus yang beranggotakan keempat orang tersebut, yang diberi nama Shinki Team. Tentu saja keberadaan tim ini juga sangat dirahasiakan. Bahkan dalam tubuh lembaga itu sendiri saja dapat dihitung dengan jari orang-orang yang mengetahui keberadaan lembaga ini. Pekerjaan tim ini sudah berlangsung selama 3 tahun.
Daripada itu, lebih baik sekarang kita melihat orang-orang dengan kemampuan di atas rata-rata yang tergabung dalam Shinki Team tersebut. Mereka adalah :
Kim Junsu, 23 tahun. Namja dengan suara khasnya yang menyerupai suara lumba-lumba ini sangat ahli dalam hal menganalisa situasi di tempat kejadian. Hasil analisa dan kemampuan penarikkan kesimpulannya yang akurat ini membuatnya dipercaya untuk bergabung dengan anggota tim khusus ini.
Park Yoochun,23 tahun. Namja berjidat lebar ini adalah kekasih Kim Junsu. Keahliannya bergaul dengan semua orang dari lapisan masyarakat membuat jaringan informasi yang dimilikinya sangatlah luas. Hal ini sangat dibutuhkan untuk mencari informasi mengenai kasus-kasus yang sedang ditangani oleh timnya.
Shim Changmin, 22 tahun. Namja ini adalah anggota termuda dalam tim ini. Namun walaupun demikian, dialah namja yang paling tinggi diantara semuanya. Keahliannya adalah programming. Dengan kemampuannya ini dia bisa saja melakukan hack pada sistem komputer di istana presiden yang terkenal ketat sekalipun. Kemampuannya ini juga dibutuhkan untuk melacak tersangka maupun mencari informasi yang susah untuk didapatkan.
Jung Yunho, 24 tahun. Namja bermata musang ini adalah ketua dari tim khusus ini. Keahliannya dalam mengatur strategi menjadikannya pimpinan tim yang dapat diandalkan. Ditambah dengan wibawanya yang membuatnya dihormati oleh timnya. Namun, walaupun demikian, dia menganggap anggota tim lainnya adalah dongsaengnya dan begitupun sebaliknya. Junsu, Yoochun, dan Changmin juga menganggap Yunho sebagai Hyungnya.
Mendapat istirahat sejenak dari pimpinan, tidak lantas mereka sia-siakan. Mereka semua segera membereskan barang-barang mereka yang digunakan untuk menangkap tersangka tersebut, mengemasinya, dan segera berjalan pulang.
"Ahhh, aku lelah sekali. Aku benar-benar ingin tidur sekarang ini," kata Changmin sambil merenggangkan otot-ototnya yang kaku akibat pekerjaannya sekarang. Gurat kelehahan tercetak sangat jelas di wajahnya dan juga di wajah ketiga orang lainnya.
"Kau benar, Changmin-ah. Hoahm, aku ngantuk sekali. Aku akan segera pulang ke apartemenku dan tidur sebelum Seung Hyun-ssi memberikan tugas selanjutnya," kata Yunho menyetujui perkataan Changmin sambil setengah menguap. Rasa kantuk akibat kurang tidur selama seminggu ini benar-benar menguasainya sekarang ini.
"Ne, kami juga. Tapi aku akan mengantar Su-ie pulang terlebih dahulu. Ah, tidak, lebih baik aku menginap di rumahmu saja. Bagaimana, Su-ie?" Tanya Yoochun pada kekasihnya tersebut setelah beberapa saat lalu meralat ucapannya.
"Terserah kau saja, Chunnie," jawab Junsu dengan suara seraknya. Tampaknya namja bersuara lumba-lumba ini sudah setengah tidak sadar akibat rasa kantuk luar biasa yang menderanya.
"Huh, kau menginap sih boleh saja. Asal kau tidak mengeluarkan kemesumanmu itu, Yoochun-ah. Istirahatlah karena setelah ini pasti Seung Hyun-ssi memberi tugas kepada kita lagi. Jangan sampai jika ada tugas tiba-tiba Junsu tidak bisa berjalan karena ulahmu," ejek Yunho.
"Ya Hyung. Aku masih tahu tempat dan waktu untuk melakukan hal yang seperti itu. Lagipula aku tidak akan melakukannya di rumah Junsu karena ada saudaranya yang bernama Junho itu," elak Yoochun. Junsu yang mendengarkan perbincangan keaksih dan Hyungnya itu hanya bisa menundukkan kepalanya dengan muka yang sudah memerah sempurna. Rasa kantuk yang beberapa saat lalu menderanya tiba-tiba hilang mendengar perkataan kekasihnya itu.
"Hahaha, aku hanya bercanda. Sudahlah, sekarang kita pulang, kajja," suruh Yunho sambil tertawa karena sukses mengerjai Yoochun.
"Ne, Hyung," jawab mereka bertiga serempak dan kemudian meninggalkan Yunho.
Sambil berjalan di lorong, Yunho melihat suasana yang ada di luar jendela. Hari sudah cukup terang. Matahari sudah mulai menampakkan sinanya untuk menghangatkan orang-orang yang akan beraktivitas. Namun, tampaknya hangatnya sinar matahari ini yang seharusnya dirasakan oleh orang-orang tersebut harus tertutupi oleh dinginnya udara pada pertengahan musim dingin ini. Hal ini seolah adalah pertentangan hidup yang selalu diciptakan untuk manusia.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan situasi yang dialami Yunho. Di saat orang-orang seusianya sedang menikmati kehidupan, Yunho harus berkali-kali menantang maut akibat pekerjaannya itu. Tidak hanya sekali atau dua kali nyawanya terancam, namun sepertinya dewi fortuna masih berpihak padanya. Namun, hal ini sama sekali tidak disesalinya. Ini adalah pilihan hidupnya yang sudah dicita-citakannya sejak kecil.
Masih berjalan di lorong yang akan membawanya ke tempat parkir, Yunho mengeratkan mantel dan syalnya untuk melindungi tubuhnya dari terpaan angin dingin pagi ini. Sesampainya di tempat parkir, ia segera melangkahkan kakinya menuju tempat audi hitamnya. Segera saja namja tampan bermata musang itu masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin, dan menghidupkan penghangat. Sebelum berangkat, diliriknya sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi. Yunho berpikir sejenak, mungkin tidak ada salahnya juga dia mampir sejenak ke tempat itu.
Yunho segera mengarahkan mobilnya menuju ke tempat yang dmaksud tersebut. Setelah sampai di tempat tersebut, ia memarkirkan mobilnya di tempat yang tersedia. Kemudian namja tampan tersebut segera turun dari mobil dan melangkahkan kakinya memasuki tempat tersebut. Dilangkahkannya kakinya melalui jalan setapak yang memang tersedia di tempat tersebut. Sejauh mata memandang hanya terdapat hamparan rumput dengan gundukan-gundukan tanah di tempat itu. Setelah melewati gundukan demi gundukan tanah, akhirnya ia berhenti. Perlahan ia berjongkok, mencium batu nisan di gundukan tanah yang ada di depannya, dan kemudian mendudukkan dirinya di depan batu nisan tersebut. Ya, saat ini Yunho memang sedang berada di pemakaman.
"Appa, Eomma. Aku datang. Apa kabar kalian di sana?" Tanya Yunho. Seulas senyum terukir di bibir berbentuk hatinya. Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah hembusan angin yang juga menerpanya.
"Mianhae kali ini aku dengan tangan kosong. Tidak dengan bunga lili kesukaan eomma. Ini masih terlalu pagi untuk membeli bunga," katanya lagi. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Namja tampan itu membiarkan keheningan menyelimutinya seolah hanya dia yang dapat mendengar jawaban dari appa dan eommanya.
Sampai beberapa menit, namja tampan tersebut hanya membiarkan keheningan menyelimutinya. Mata musangnya memandang nisan kedua orangtuanya yang telah meninggal saat dia berusia 10 tahun. Sejak saat itu, dia tinggal dengan diasuh oleh teman-temannya ayahnya yang memang tergabung dalam Badan Intelijen Khusus itu.
"Appa, aku berhasil lagi dalam pekerjaan kali ini. Aku berjanji akan meneruskan pekerjaan appa dan membuat appa bangga padaku. Seperti janjiku pada appa waktu aku masih kecil dulu," katanya lagi, namun kali ini ditujukan pada appanya. Ya, Yunho memang bercita-cita masuk ke dalam Badan Intelijen Khusus ini karena appanya. Appa yang selama ini selalu menjadi panutannya.
Lagi-lagi namja tampan itu membiarkan keheningan menyelimutinya. Sampai beberapa menit kemudia, dia tetap pada posisinya. Setelah merasa cukup bertemu dengan kedua orangtuanya, Yunho pun berpamitan pada orangtuanya.
"Baiklah. Appa, Eomma, aku pulang. Kalian baik-baiklah di sana. Saranghae," kata Yunho sembari mencium kembali nisan appa dan eommanya.
Setelah berziarah ke makam orangtuanya, Yunho segera mengemudikan mobilnya menuju ke apartemen tempatnya tinggal. Diparkirkannya mobil audi hitamnya di basement dan ia pun segera menuju ke apartemennya dan membuka pintu. Perlahan Yunho masuk dan mengunci pintunya dari dalam. Kemudian dilepaskanlah mantel dan syal yang melindunginya dari udara dingin di luar tadi dan menggantungnya di tempat yang seharusnya. Kemudian, ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya, dilihatnya kasur empuknya yang seolah-olah sudah memanggil-manggil dirinya. Sebelum itu, dia melepaskan jas kerjanya, melonggarkan ikat pinggang dan melepaskan dasinya, serta membuka dua kancing teratas kemejanya. Setelah itu, dia segera merebahkan dirinya di kasur yang empuk itu. Dirinya sudah sangat lelah akibat pekerjaannya. Tanpa menunggu lama, Yunho pun akhirnya tertidur.
TO BE CONTINUED
Halo semua. Saya kembali dengan repost ff Winter Memories ini.
Btw, sebelumya saya pake account bernama Kim Ji Hee, berhubung saya hiatus udah sekitar 1 tahun, terus lupa passwordnya account itu, jadi saya buat account baru.
FF ini udah pernah di post di account sebelumnya sampe chapter 3 kalo ga salah.
Saya akan post kembali ff ini dan ff saya yang lain beserta lanjutannya di account ini.
Terima kasih atas perhatiannya. Selamat membaca.
