Our Story

Title: Our Story (1/3)

Disclaimer:

-Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi

-Plot © Akashitetsuya3

Main Cast: -Kuroko Tetsuya –Akashi Seijuurou

Other Cast: -Generation of Miracle (for this chapter)

Genre: Supranatural, Friendship, Sci-Fi

Rating: K+

Type: Fanfiction

Length: Three chaptered

Warning: OOC, Typo(s), AU

Dedicated for #1stAnnivKfIndo^^

Happy reading . . .

November…

Festival Budaya. Siapa siswa dan siswi sekolah di Jepang yang tidak mengenal istilah itu? Event yang sangat dinanti-nanti oleh para siswa siswi seluruh sekolah, dimana orang-orang boleh berdatangan ke sekolah tersebut, tempat dimana berbagai acara yang menyenangkan diselenggarakan, serta kegiatan-kegiatan fun lainnya.

Begitu pula dengan Akashi Seijuurou, kapten klub basket Teikou Koukou yang kini tengah menunggu kalau-kalau ada siswa datang ke gym basket dan membeli 'dagangan' klub-nya. Ia tengah duduk diatas sebuah meja yang disiapkan khusus, dengan berbagai keperluan untuk bermain basket, yang menjadi 'dagangan'nya. Anggota-anggota lain tengah sibuk berkeliling sekolah untuk mengikuti event-event klub lain, sekaligus mencari kesempatan untuk mempromosikan barang-barang yang dijual oleh klub basket itu sendiri.

Dan disanalah Ia, saat Ia menangkap sesosok siswa yang tengah berjalan sambil membaca sebuah novel. Akashi tidak tahu pasti novel apa yang tengah dibaca orang tersebut. Ia dengan spontan memanggilnya.

"Hey!"

Siswa yang dimaksud menoleh ke arahnya. Ia memiliki rambut berwara aqua blue yang sewarna dengan iris matanya.

"Maksudmu Aku?" Tanya siswa tersebut.

"Ya. Bisa kesini sebentar?" Tanya Akashi lagi. Orang itupun menurut, lalu mereka bercakap-cakap sebentar.

Ternyata, namanya Kuroko Tetsuya. Ia merupakan murid pindahan, pantas Akashi merasa asing saat melihatnya. Sudah dua tahun Akashi bersekolah ditempat ini, setidaknya Ia mengetahui wajah-wajah para siswa-siswi yang ada ditempat itu walaupun Ia tidak tahu siapa namanya. Yang jelas Ia tahu wajahnya. Satu lagi, ternyata Kuroko tengah berkeliling sekolah itu untuk mencari klub mana yang akan Ia ikuti.

"Jja, bagaimana kalau kau ikut basket?"

"Eh?"

Jujur, Akashi merasa tertarik dengan orang dihadapannya ini. Wajahnya yang datar tana ekspresi, kulitnya yang pucat, dan satu lagi, dengan emperor eye miliknya bisa menebak kalau Kuroko menyimpan bakat tersembunyi didalam kemampuan basketnya. Ia yakin itu.

"Aku akan mengajarimu. Nanti, sepulang sekolah."

Dan begitulah akhirnya. Ia berlatih setiap hari dengan Kuroko Tetsuya. Pertama-tama, Ia sangat terkejut saat mengetahui kalau Kuroko SANGAT LEMAH. Ia tahu kalau fisik Kuroko akan lemah, tetapi Ia tidak menyangka kalau seandainya Kuroko akan selemah ini. Tetapi, akhirnya Ia menemukan system 'light-shadow' yang pada akhirnya membuat Kuroko masuk menjadi pemain regular tim basket itu.

5th December

Bel tanda akhir pelajaran telah berbunyi. Akashi memandang keluar jendela. Hujan. Tetapi Ia harus cepat pulang. Ia tidak mau terlambat. Akhirnya Ia nekat menerobos hujan. Tepat pada saat itulah Ia melihat seseorang dengan rambut Aqua blue yang tengah berteduh dibawah atap sekolah. Orang itu adalah Kuroko Tetsuya. Kenapa ia tidak menunggu dibawah pohon saja?

"Tetsuya…", sapa Akashi.

"Ah, Akashi-kun. Domo", sapa Kuroko balik.

"Kenapa kau menunggu disini? Kenapa kau tidak menunggu dibawah pohon itu?"

"Aku disini saja, Akashi-kun."

"Kau mau ikut menerobos hujan bersamaku?" , tawar Akashi.

"Sumimasen, Akashi-kun. Aku…tidak bisa", tolak Kuroko.

"Kau tahu kan kalau perintahku absolute?" , balas Akashi-kun sambil menarik tangan Kuroko. Tetapi yang dipaksa tetap tak bergeming. Ia memandang Akashi dengan wajah datarnya. Tetapi, Ia terlihat ketakutan.

"Kumohon jangan paksa Aku, Akashi-kun. Aku ….takut basah", pinta Kuroko dengan suara memelas. Tetapi tatapannya tetap sama. Datar. Hanya suaranya yang berbeda.

"Baiklah kalau begitu. Aku duluan", ucap Akashi. Ia mengalah karena pada Kuroko. Pertama kalinya Ia mendengar suara Kuroko selirih itu.

20th December

Ini merupakan hari ulang tahun Akashi. Teman-temannya sesame anggota regular hadir. Ada Kise Ryouta, Midorima Shintarou, Aomine Daiki, bahkan Murasakibara Atsushi. Tetapi satu orang –yang sangat diharapkan kehadirannya- tidak hadir. Ada apa gerangan? Apa karena cuaca hujan ini?. Akhirnya Ia mengambil jam tangan ponselnya. Zaman sudah canggih, Ia cukup menekan satu tombol terlihat wajah Kuroko Tetsuya disana. Ia masih memasang wajah datarnya.

"Akashi-kun…"

"Tetsuya, Kau telat 20 menit!"

"Sumimasen, Akashi-kun. Disini hujan. Aku benar-benar tidak bisa keluar. Aku benar-benar mohon maaf Akashi-kun. Aku janji, setelah hujan berhenti Aku akan langsung kesana."

Akashi menghela nafas. Kalau berhubungan dengan hujan, Ia memang tidak bisa memaksa seorang Kuroko Tetsuya.

Malam tiba. Teman-teman Akashi sudah pulang. Hujan pun sudah reda. Sesuai janjinya, Kuroko sudah tiba dirumah Akashi.

"Akashi-kun, ini hadiah untukmu", ucap Kuroko sambil menyerahkan kotak kado.

"Arigatou, Tetsuya".

"Akashi-kun, kau tinggal sendiri?", Tanya Kuroko sambil memegang gelang tangan coklatnya. Ia terlihat tengah mengutak-atiknya.

"yah, begitulah. Ia bekerja di Amerika, sebagai agen FBI. Jangan beritahu siapa-siapa", balas sekaligus ancam Akashi.

Tiba-tiba, aktivitas Kuroko terhenti. Ia menengok kea rah Akashi. Walaupun Ia masih memasang wajah datarnya, Akashi bisa membaca mimic Kuroko yang terlihat panic.

"FBI? Ma.. maksud Akashi-kun mata-mata yang bekerja menyelidiki organisasi jahat?"

"Well, kau benar. Kenapa kau sekaget itu?"

"Ah… iie (tidak). Nandemo nai desu (tidak apa-apa). Aku hanya kaget Akashi-kun ternyata orang tuanya pekerjaannya sehebat itu", jawab Kuroko.

31th Janruary

"Kurokocchi, otanjoubi omedetou gozaimasu^o^", ucap Kise Ryouta, pemuda berambut kuning yang terkenal sebagai Copy-cat di klub basketnya.

"Otanjoubi omedetou nanodayo. Jangan salah sangka! Aku hanya disuruh Oha-Asa untuk memberikan kado ke orang yang berulang tahun hari ini!", ucap Midorima Shintarou, pemuda berambut hijau yang dikenal sebagai Number one Shooter di klub basketnya.

"Yo Tetsu. Otanjoubi omedetou", ucap sang light, Aomine Daiki, pemuda berambut biru tua yang dikenal sebagai Ace di klub basketnya.

"Kuro-chin, otanjoubi omedetou~", ucap pemuda berambut ungu, Murasakibara Atsushi, yang dikenal karena defense nya yang tangguh.

"Tetsuya, Otanjoubi omedetou", ucap Akashi.'

"Arigatou gozaimasu, minna-san", balas Kuroko.

Hari ini memang hari ulang tahun Kuroko. Para anggota Kiseki no Sedai merayakannya di gym basket klub basket itu. Tadinya mereka mau merayakannya di rumah Kuroko, tetapi Kuroko bersikeras menolaknya.

"Kalian pulang duluan saja, Aku tadi dipanggil coach", ucap Akashi sambil meninggalkan mereka.

Akashi tiba didepan gerbang rumahnya. Ia baru pulang seusai berdiskusi dengan Coach. Saat Ia hendak membuka gerbang, tiba-tiba matanya sempat menangkap sosok seseorang yang sangat familiar baginya.

"Tetsuya? Ada apa?"

"Sumimasen, Akashi-kun. Bolehkah Aku tinggal bersamamu?", pinta Kuroko tiba-tiba.

"Ye-yeah, Aku tidak keberatan. Tapi, kenapa?", heran Akashi.

"Aku mohon…Aku tidak bisa tinggal dirumahku lagi", kini suara Kuroko terdengar lirih lagi.

Tadinya Akashi masih ingin bertanya ke Kuroko,tetapi ia urungkan niatnya. Terbesit ide di kepalanya.

"Tapi ada syaratnya…"

"Nan desu ka?"

"Kau harus tersenyum."

"Eh? "

"Sudah sekian lama Aku mengenalmu, tetapi sekalipun Aku tak pernah melihat ekspresi selain wajah datarmu itu."

"Aku tidak bisa senyum, Akashi-kun."

Karena kesal, Akashi menarik kedua pipi Tetsuya. Membuat ia memasang pose tersenyum. Manis, pikirnya. Ia melepas cubitannya. Kuroko kembali memasang wajah datarnya.

"Melihatmu tersenyum sekali saja Aku sudah bahagia, Tetsuya", ucapnya. "Dan juga…", Ia menggantung kalimatnya dan berbisik ke telinga Kuroko. "You are mine."

February

"Kau tidak makan, Tetsuya?"

"Aku masih kenyang, Akashi-kun".

Ini aneh, sangat aneh. Sudah sebulan Ia dan Kuroko tinggal bersama, tetapi Akashi tidak pernah sekalipun melihat Kuroko makan bersamanya. Saat ditanya kapan Ia pernah makan, Kuroko selalu menjawab "wajar Akashi-kun tidak tahu, kita kan beda kelas". Tetapi itu memang jawaban yang wajar, karena selain itu ini tahun 2074, cukup dengan menelan sebutir pil, itu sudah seperti persediaan untuk makan selama 2 hari.

21th March

"Tadaima…", ucap Akashi sepulang sekolah. Hari ini Ia pulang telat karena ada kegiatan klub shogi. Saat itu, Ia tidak mendengar Kuroko membalas salamnya. Ia pun menuju ke kamar Kuroko. Disana, Ia melihat Kuroko tengah duduk sambil menutup kedua matanya.

"Hey, Tetsuya. Sedang apa kau disana?". Kuroko tak menjawabnya.

"Hey, Tetsuya!", ucap Akashi lagi dengan sedikit menambah volume suaranya.

"TETSUYA!", akhirnya Ia mengguncang-guncangkan tubuh Kuroko. Tiba-tiba, Ia membuka matanya.

"Ah, Akashi-kun. Okaeri nasai", balas Kuroko.

"Kau sedang apa tadi?", Tanya Akashi.

"Sumimasen, Akashi-kun. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu", jawab Kuroko sambil bersiap meninggalkan tempat itu. Tetapi Akashi menahannya.

"Cepat beritahu Aku kau sedang apa!", titah Akashi. Ia menekankan setiap perkataannya.

"Aku akan memberitahu Akashi-kun. Tetapi besok. Aku janji", balas Kuroko tetap memasang ekspresi datarnya. Ia tidak terlihat takut. Akashi pun hanya bisa mengalah.

22th March

Terlihat siswa-siswi Teikou Koukou bersembunyi dibawah kolong mejanya dengan ekspresi kepanikan. Bagaimana tidak? Saat pelajaran tadi tiba-tiba terdengar ledakan diluar sekolahnya. Dan tiba-tiba, ada sebuah roket kecil meluncur ke lapangan nya. 5 orang keluar dari sana. Ada lelaki yang rambutnya berwarna merah, ada yang matanya terlihat berbeda, ada yang berkacamata, serta ada yang bertubuh tinggi dengan rambut berwarna kecoklatan. Dan satu-satunya wanita, terlihat berambut coklat pendek. Para guru langsung memerintahkan siswanya agar bersembunyi di kolong meja. Mereka semua mengenakan wrist band yang mirip seperti milik Kuroko.

Akashi merasalan firasat buruk. Ia keluar dari kolongnya dan melihat ke lantai dasar, tepat satu lantai dibawah kelasnya. Dan benar saja, ternyata disana Ia melihat seorang siswa keluar menuju lapangan itu. Dan orang itu adalah Kuroko Tetsuya! Ia segera berlari menyusulnya.

"Tetsuya! Mau apa kau kesana! Cepat kembali ke kelasmu!", perintah Akashi sambil menghadang jalan Kuroko.

"Sumimasen, Akashi-kun. Kau harus membiarkanku lewat", ucap Kuroko tetap dengan ekspresi khasnya.

"TIDAK! Perintahku mutlak!", tolak Akashi.

Tiba-tiba, Kuroko mendorong Akashi. Akashi langsung tersungkur. Ia langsung terkejut. Sejak kapan tenaga Kuroko sebesar ini?.

"Maafkan Aku", sesal Kuroko.

Tiba-tiba Kuroko membuka wrist band nya. Ada beberapa lilitan kabel disana. Ia menekan suatu tombol, terlihat kulit-kulit diantara pergelangan tangan dan sikunya melepas, dan mengeluarkan sesuatu yang mirip seperti laser. Akashi membelalakkan matanya.

"Ja… jadi… ternyata kau…" Akashi menggantung kalimatnya. Ia tiba-tiba mem-flashback kenangannya dengan orang itu.

Ia tahu kalau fisik Kuroko akan lemah, tetapi Ia tidak menyangka kalau seandainya Kuroko akan selemah ini

"Kumohon jangan paksa Aku, Akashi-kun. Aku ….takut basah"

"FBI? Ma.. maksud Akashi-kun mata-mata yang bekerja menyelidiki organisasi jahat?"

"Aku mohon…Aku tidak bisa tinggal dirumahku lagi"

"Aku tidak bisa senyum, Akashi-kun."

"Aku masih kenyang, Akashi-kun".

"Aku akan memberitahu Akashi-kun. Tetapi besok. Aku janji"

Karena… Ia adalah seorang robot?

"Aku harus melawan teman-temanku", ucap Kuroko.

Akashi masih terpaku. Ia sangat shock. Kuroko tetap melangkahkan kakinya menuju 'orang-orang' itu, yang kini juga sudah memperlihatkan sosok asli mereka.

"Oi, Kuroko. Osashiburi", ucap robot yang berambut merah seperti Akashi.

"Osashiburi desu, Kagami-kun. Osashiburi desu, minna san", balas Kuroko.

"Baiklah, Kuroko. Langsung saja. Aku mau kau kembali ketempat kami." pinta robot yang berkacamata.

"Sumimasen, tetapi Aku tidak kuat lagi tinggal ditempat itu", sesal Kuroko.

"Sou ka. Tidak ada cara lain. Maafkan kami, Kuroko-kun. Mungkin sekolahmu akan hancur. Kami harus membawamu kembali atas perintah orang itu", jawab robot wanita berambut coklat.

"Kalian tidak akan bisa, kalau kalian belum bertempur melawanku", jawab Kuroko.

Dan tiba-tiba, robot-robot itu ikut mengeluarkan senjata rahasianya.

Pertempuran masih terjadi. Akashi bingung, apakah Ia harus membiarkan Kuroko bertenpur seorang diri? Selama ini Ia sudah membohongi Akashi. Tetapi, Ia pasti punya alasan kenapa harus berbohong dari Akashi. Tidak, Ia yakin 100% Kuroko adalah orang baik! Akashi selalu benar. Tiba-tiba, Ia mendapat sebuah ide. Ide ekstrim. Ia segera menghubungi rekan setim basketnya.

"Aku tidak menyangka kalau Kurokocchi teryata seorang robot", ungkap Kise setiba di gymnasium, tempat Akashi meminta berkumpul.

"Aku juga, padahal selama in Tetsu selalu baik padaku", ungkap Aomine.

"Selarang bukan waktunya untuk bersedih", ucap Akashi.

"Aku yakin Tetsuya adalah orang baik", lanjutnya.

Tiba-tiba, Akashi memejamkan matanya, sambil memegang jam tangan miliknya. 2 menit lamanya, Akashi membuka matanya.

"A-Akashi! Matamu!", ucap Midorima terkejut.

Memang, ada yang aneh. Tiba-tiba salah satu mata Akashi yang semula bermanik merah, berubah warna menjadi kuning.

"Mata keluargaku. Ia bekerja sebagai FBI. Mata khas untuk menyusun strategi melawan komplotan penjahat", jawab Akashi.

"Tapi… Apa benar robot-robot itu komplotan penjahat?", Tanya Murasakibara.

"Sekarang dengar. Mungkin ini diluar kemampuan kalian, tetapi kalian akan bertarung melawan mereka", perintah Akashi.

Percuma. Satu melawan lima terlalu berat sebelah. Kuroko sudah hampir kehabisan tenaga. Kini, tubuh Kuroko (kecuali wajahnya) sudah sepenuhnya berbentuk besi. Terlihat beberapa goresan ditubuh itu. Kuroko jatuh tersungkur.

"Kuroko, sayang sekali. Kau harus pulang", ucap robot yang matanya berbeda.

"Bawa dia, Izuki", perintah robot berkacamata.

Robot yang dipanggil Izuki itu sudah berjalan ke tempat Kuroko. Ia sudah siap membawa Kuroko. Tiba-tiba…

"TUNGGU!", terdengar suara Aomine berteriak. Semua menoleh kearah Aomine, termasuk Kuroko. Ternyata Aomine, Midorima, Murasakibara, dan Kise sudah berganti kostum. Ingat, ini tahun 2074. Sudah canggih. Mereka memakai baju zirah.

"Kami lah lawanmu!", lanjut Aomine.

Akashi dengan cekatan menarik Kuroko dan mengungsikannya.

"A-Akasi-kun", terdegar suara Kuroko lemah.

"Aku sudah menyusun strategi untuk melawan mereka", ucap Akashi.

"Sekarang, seperti janjimu kemarin…" Akashi menggantung kalimatnya.

"Kau harus menceritakan semuanya padaku", lanjutnya. Ia menatap tajam kea rah Kuroko.

Kuroko menghela nafas. Ia memang harus menepati janjinya. Tetapi ekspresi wajahnya tidak berubah.

"Aku akan menceritakan semuanya"

-TBC-

Review please?