Jaejoong dan Changmin mengedarkan pandangannya ke segala arah. Langkah demi langkah mengikuti Baek-sam yang menyambut mereka dengan baik. Barang-barang bernilai sejarah tinggi terpampang di tempat itu dengan jelas. Ratusan artefak hasil penggalian dan penelitian selama bertahun-tahun berjajar dengan rapi di sana—sebuah museum benda-benda bersejarah Ancient Egypt—London, Inggris.
Sejenak Jaejoong tertegun saat matanya menangkap sebuah gambaran nyata belasan mayat yang dimumifikasi terpajang di dalam etalase kaca. Langkahnya tanpa sadar membawanya mendekat menuju tempat benda-benda berusia ribuan tahun tersebut. Penampakan sosok mumi yang sudah berwarna coklat tanah itu tak membuatnya gentar untuk mendekat. Diedarkannya kembali pandangan guna menemukan sebuah kereta kencana terbuat dari emas murni berusia puluhan abad sebelum masehi di dalam etalase yang diberi pembatas berupa tali-tali tambang yang saling teranyam.
"Pharaoh-.." gumam Jaejoong. Senyum perlahan mengembang dibibir ranum sang pemuda androgini.
Ssssrrrrhh-…
Hembusan angin pelan membelai permukaan wajahnya. Sebuah desisan tertangkap dalam indera pendengarannya. Seketika bulu roma Jaejoong menegang.
.
.
"Hyung, kenapa kau baru memberitahukannya padaku sekarang? Kau tahu 'kan, kalau Amun Ra itu hanya mitos! Para pakar arkeologi saja sulit untuk menemukannya. Bagaimana-"
"Karena aku memiliki ini-…" potong Jaejoong. Pemuda androgini itu memperlihatkan sebuah benda logam berbentuk segi delapan pada Changmin. "Kalung Anubis? Bagaimana bisa-"
Jaejoong menggenggam erat benda logam segi delapan yang ternyata merupakan benda sakral para pendeta Mesir kuno. "Kau tidak perlu tahu dari mana aku mendapatkan ini. Yang pasti-" Jaejoong pun memutar benda itu dua kali searah jarum jam. "-Kita akan menjadi salah satu arkeolog yang tercatat dalam sejarah arkeologi."
.
.
"Kau yakin di sini tempatnya, Junsu-ya?" Jaejoong meneduhkan kelopak mata dan pandangannya menggunakan telapak tangan.
"Umm.. Ini alamat yang ditulis polisi tadi, hyung-" cicit Junsu. Mereka bertiga—Jaejoong, Changmin dan Junsu dibuat tercengang dengan pemandangan yang tersuguh di depannya. Baru saja turun dari bis, mereka sudah disambut dengan sebuah pagar kawat yang menjulang tinggi mengitari bangunan-bangun tinggi tak terawat. Suasana gersang di perbatasan memperkeruh keadaan, membuat kerongkongan mengering seketika. "Apa di sini semua penjahat dikumpulkan?"
Junsu menggeleng, matanya masih terpaku pada sepotong kertas bertuliskan alamat penjara yang ia yakini memuat keberadaan sang kakak. "Tidak semua. Menurut keterangan, penjara ini hanya diperuntukkan bagi penjarah-penjarah gurun dan para pencuri unta. Penjara tertua di Kairo-.."
Secara bersamaan, ketiga pemuda itu menoleh dan menatap besarnya bangunan berwarna pasir tersebut.
.
.
Pria bertubuh tinggi kekar itu merapatkan tubuhnya pada jeruji besi. Tangannya yang berkulit kecoklatan terbakar sinar matahari terjulur keluar. "Kemarilah. Hal itu adalah pembicaraan yang sangat sensitif di sini-.." ucap pria tersebut sambil menggerak-gerakkan jari telunjuknya menyuruh Jaejoong agar mendekat.
"Tapi 'kan-.."
"Kemari!"
Dengan terpaksa, pemuda androgini itu pun semakin menipiskan jarak di antara mereka. Jujur saja, bentakan pria itu tadi sedikit menciutkan nyalinya. "Hamunaptra-.."
Jaejoong makin merapatkan kepalanya pada pria itu agar dapat mendengar suara pria tersebut lebih jelas. Kakak dari Jung Junsu itu menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri—seperti memastikan bahwa tidak ada satu orang pun yang menguping pembicaraan mereka perihal keberadaan tempat harta karun terpendam.
Pria itu menggerakkan dagu lancipnya. Jaejoong makin mendekat karena penasaran. Kedua tangan kekar kakak Junsu yang semula menggenggam jeruji tiba-tiba saja terangkat dan meraih kepala sang pemuda androgini. Menariknya ke arahnya cepat dan-…
CUP
Mengadukan bibir bentuk hatinya dengan bibir buah ceri ranum milik si cantik.
Jaejoong membeku. Pria bermata serupa mata rubah itu ditarik oleh para petugas yang masih berjaga di belakangnya lalu memukuli si pria dengan brutal.
"Ehem. Sepertinya dia sudah terlalu bersenang-senang. Bawa dia ke tiang gantungan!"
.
.
"Tak kusangka ternyata dia mempunyai kekuatan yang besar," gumam Yunho sebelum kembali meringis karena perih yang dideritanya. Junsu memutar matanya jengah, "Dia juga laki-laki, hyung."
Bukannya kapok, Yunho malah tertawa renyah mendengar penuturan sang adik. "Ya-.. Dan dia adalah lelaki tercantik yang pernah aku lihat."
.
.
"Orang Mesir kuno biasanya memumifikasi seseorang yang patut untuk dikenal sepanjang hayatnya. Entah itu orang-orang besar ataupun pengkhianat dinasti. Mereka akan memotong lidahmu, mengeluarkan semua organ dalammu, lalu mengoleskan balsem khusus di sekujur tubuhmu-" Jaejoong dengan semangat mengayunkan sebuah tongkat besi kecil—yang entah ia peroleh dari mana—di udara, mencontohkan gerakan menusuk lalu berputar-putar.
"-Kemudian mereka akan mengaduk-aduk isi kepalamu menggunakan sebuah alat khusus yang sengaja dimasukkan melalui lubang hidungmu—itu semua dilakukan setelah kau mati."
.
.
"Kembali 'lah. Banyak hal yang tidak perlu kau tahu tentang kami. Meski aku tahu kau memiliki sebagian roh ibuku, tapi kau hidup di dunia yang berbeda," ucap pemuda tampan itu tanpa mengalihkan tatapannya dari upacara sakral yang sedang berlangsung di altar.
"Kau-.. Siapa?" Suara Jaejoong bergetar dalam gugup dan kebingungan yang ketara. Lidahnya terasa kelu.
"Horus, kau bisa memanggilku dengan sebutan itu." Pemuda itu tetap mengulas senyuman manis dibibirnya. Ditambah wajah tampan yang memesona dan aura kepemimpinan dari pemuda tersebut mau tak mau membuat Jaejoong terpukau.
"Horus? Bukan 'kah Horus itu-.."
"Sampai jumpa, ibu-"
.
.
"Setelah membaca Kitab Kematian. Kerja yang bagus, Kim Jaejoong. Dan kau telah berhasil membangkitkan makhluk itu kembali ke dunia."
.
.
" Amon Ra, Amon Dei. Suei ahara maktubs. Imatsisi baia Imhotep isupi insitsuei-..
Iahtuei, iahtuei, iahtuei! "
.
.
Pembalasan yang didasari dengan rasa cinta yang mendalam tak akan pernah berakhir sampai kapan pun.
Goresan luka yang mulai bernanah dan membusuk, tak jua mencapai hati.
Kematian hanyalah sebuah awal, batas awal dari ketiadaan.
.
.
Disclaimer: God, Their parents and Themselves (GTT).
Adventure, Fantasy, Tragedy, Spiritual, Romance, Friendship and Ancient Egypt.
Amburegul. Ini hanya oneshoot yang (sebenarnya) masih dalam tahap penyelesaian dan edit di mana-mana. Untuk penjelasan lebih lanjut ada di chap yang sebenarnya. Deadline akhir tahun. Hhhe :D *apadah*
Vans' Proudly Presents
Ark
