ONE WEEK IN SEOUL

Summary :

Liburan Xiao Luhan, namja asal China di Seoul Korea Selatan berubah suram dengan adanya rentetan kejadian mengerikan yang membuatnya ketakutan sekaligus penasaran akan seseorang yang berada dibalik semuanya. Sampai akhirnya Ia bertemu Oh Sehun, seorang detektif yang menyamar menjadi mahasiswa kedokteran dan mereka pun bergabung untuk mengungkap semuanya.


Anyyeong, aku author baru di sini….

Sori kalau banyak typo atau kata-katanya kurang enak dibaca…

Selamat membaca Chingudeul….


Xiao Lu Han, namja tampan sekaligus cantik, bermata rusa, bertubuh mungil, bibirnya semerah Cherry, kulitnya putih mulus tanpa cela dan rambutnya dicat merah menyala yang sangat mencolok sehingga tak sedikit orang-orang meliriknya saat Ia lewat.

Kini Ia tengah bersusah payah menyeret koper pink hello kittynya menuju ke lantai 3, flat sepupunya, Kim Minseok.

Luhan memang berencana untuk berlibur di Seoul selama seminggu dan Ia akan menginap di flat sepupunya yang berpipi chubby itu. Kebetulan Minseok sedang berlibur di pulau jeju bersama kekasihnya, Kim Jongdae. Jadi, sekalian saja Luhan dititipi untuk menjaga flatnya.

"Huft, akhirnya sampai juga." Ucapnya sambil menyeka keringat di pelipisnya.

Tanpa Ia sadari, 2 orang di sudut berbeda sedang memperhatikannya dengan intens.

XXX

Pukul 8 malam…

Luhan baru saja selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan piyama baby blue bergambar rusa. Sungguh imut.

Ia pun bergegas ke dapur dan memasak ramen untuk makan malam.

Pukul 10 malam…

Luhan sudah menyelesaikan makan malamnya dan kini Ia sedang bersantai menonton televise di ruang tengah. Memang flat sepupunya itu sederhana, hanya terdiri dari 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur minimalis dan ruang tengah seadanya. Untung saja masih ada televise, kalau tidak luhan bisa mati karena bosan.

"AAAAAAAAAAA….."

Tiba-tiba saja terdengar jeritan seorang yeoja. Luhan mengecilkan suara televisinya. Tapi hening, taka da suara apapun. Ia pun mengedikan bahunya tidak peduli.

"Mungkin hanya perasaanku saja." Gumamnya lalu bergegas ke kamar tidur karena besok Ia harus bangun pagi untuk mulai berkeliling korea selatan bersama kenalannya yang berwajah imut dan sangat heboh bernama Baekhyun.

XXX

Hari Pertama…

Sinar matahari sudah menembus ke celah-celah gorden kamar Xiao Luhan, membuat mata rusanya mengerjap karena silau. Namun, bukan itu yang membuatnya terbangun, tapi suara ribut di luar flat.

Dihinggapi rasa penasaran, Ia pun segera keluar dan langsung disambut kerumunan orang dan bau aneh memuakan yang menusuk hidung. Ia pun menghampiri mereka sambil menutup hidung mungilnya.

"Ada apa sih?" tanyanya sambil berusaha menerobos. Tapi tak satu pun menghiraukannya.

"Aishhh…." kesalnya lalu memutuskan untuk berdiri di depan pintu flatnya menunggu seseorang lewat dan mengorek informasi.

Tiba-tiba pintu flat tetangganya terbuka dan tampaklah namja tampan, tinggi dan berkulit seputih susu dengan ekspresi datar. Penampilannya sangat rapi dan formal dengan stelan kemeja dan celana bahan juga sepatu yang mengkilap. Namja itu benar-benar terlihat serius ditambah beberapa buku tebal dan kamus kedokteran yang dibawanya.

"Anyyeong…"

Namja itu hampir saja terjungkal karena kaget melihat sosok Luhan berdiri tepat di hadapannya secara tiba-tiba. Namun ekspresinya tetap saja datar. Tanpa memperdulikan Luhan, Ia pun berjalan melewati Luhan begitu saja.

"Ya! Kau!" teriak Luhan dengan kesal karena selalu diabaikan.

Namja itu pun memutar tubuhnya ke arah Luhan masih dengan ekspresi datar namun menyiratkan tatapan ada apa? Dan menunggu Luhan berbicara.

Luhan makin kesal dengan respon namja itu. Namun rasa penasarannya lebih besar.

"Ish kau itu jutek sekali. Aku kan hanya mau tanya apa yang terjadi di sana?" tanya Luhan sambil menunjuk ke kerumunan di depannya.

Namja itu menghela napas kesal karena Luhan menanyakan sesuatu yang tidak penting dan menghabiskan waktunya dengan percuma.

"Seorang yeoja mati dengan mengenaskan. Seseorang membunuhnya." balas namja itu tetap datar.

"MWOOO? Seseorang mati dibunuh dan kau tetap pergi tenang seolah-olah tidak terjadi sesuatu yang sangat buruk!"

"Lalu aku harus apa? Sudahlah, kau mengganggu saja. Kusarankan padamu jangan melihat mayatnya." Tambahnya lalu pergi meninggalkan Luhan yang masih mengangakan mulutnya.

"Kurasa namja itu benar-benar tidak waras." Batinnya lalu memilih masuk ke flatnya dan bersiap-siap bertemu Baekhyun.

XXX

"Baekhi, kau tau tidak? Ada pembunuhan di flat sepupuku. Tempat ku menginap." Ungkap Luhan pada Baekhyun yang sedang menyetir.

Saat ini mereka sedang berada di mobil Baekhyun. Mereka berencana untuk Lotte world, namsan tower dan terakhir ke cheongdamdong untuk berbelanja.

"Tentu saja. Berita itu sudah sangat menyebar. Bahkan aku melihat mayatnya." Jawab Baekhyun penuh semangat.

"Jinja?"
"Neee. Kau tau? Mayat itu full naked, kepalanya terpisah dari badan dan seluruh tubuhnya penuh sayatan. Aish itu sangat mengerikan. Aku saja mual melihatnya." Cerita Baekhyun panjang lebar dengan penuh ekspresi membuat Luhan semakin ngeri.

"Untung saja aku tidak melihatnya. Bisa-bisa aku muntah." Batin Luhan sambil bergidik ngeri membayangkan mayat tersebut.

XXX

Pukul 9 malam…

"Gomawo Baekhi. Hari ini aku senaaaaaaang sekali." Ungkap Luhan sambil tersenyum lebar.

"Cheonma Lulu. Besok jangan sampai telat yaa!" balas Baekhyun lalu menghentikan mobilnya di halaman flat Luhan.

"Papay Baekhi. Hati-hati yaa…" pamit Luhan lalu turun dari mobil Baekhyun dan melambaikan tangannya.

"Papay Lulu."

Mobil Baekhyun pun langsung melesat meninggalkan Luhan yang masih berdiri dengan senyum terpatri di bibirnya.

Luhan hendak kembali ke flat sepupunya namun tiba-tiba Ia menepuk kepalanya. Ia baru ingat kalau persediaan makanan di flat Minseok sudah kosong. Ramen kemarin malam adalah ramen terakhir yang ada di lemari dapur.

Dengan langkah malas, Luhan pun berjalan menuju toko terdekat.

XXX

Pukul setengah 11 malam…

"Sepi sekali sih. Aku jadi merinding. Tidak mungkin kan ada yang tega membunuh namja imut sepertiku." Monolognya sambil mempercepat laju kakinya.

Ia tidak peduli dengan belanjaannya yang berat dan peluh yang sudah membanjiri tubuhnya. Ia hanya ingin cepat sampai di flat sepupunya.

Tiba-tiba…

BUGH… BRAK… CRAKKKK…

"Suara apa itu?" gumam Luhan semakin ketakutan. Namun untuk kedua kalinya, rasa penasarannya lah yang lebih kuat.

Dengan segenap keberaniannya, Luhan pun menelusuri asal suara tersebut.

Semakin dekat…

Semakin dekat…

Terdengar suara benda menggelinding yang mendekat ke arah Luhan.

DUK

Benda tersebut berhenti tepat di samping kaki Luhan. Luhan pun memberanikan diri untuk melihatnya.

"KYAAAA…."

"Huekkk.. Huekkk" Luhan langsung muntah-muntah setelah melihat benda tadi yang ternyata sebuah kepala tanpa tubuh tergeletak begitu saja di saping kakinya.

Dengan tenaga yang tersisa, Luhan pun lari terbirit-birit dengan belanjaan ditangannya yang untungnya masih ingat untuk Ia bawa. Ia tak mau tahu apa yang terjadi pada orang tanpa tubuh tadi. Yang jelas sekarang Ia harus menyelamatkan diri.

BRUKK

"Aw…" ringis Luhan saat pantatnya mendarat dengan keras di jalanan dan belanjaannya tercecer dimana-mana karena menabrak sesuatu atau…. Seseorang?

"K..Kau?"

"Ck, sudah ku duga kau memiliki kelainan. Orang gila mana yang berlari tengah malam begini?" Ucap orang yang ditabrak Luhan yang ternyata si namja datar tetangga flatnya tadi pagi.

"Ya! Jangan sembarangan… tadi itu aku… itu.. kepala.. aish.."

"Bicaralah yang jelas!"

"Huwaaaaa…."

Bukannya menjawab, Luhan malah menangis kencang dan refleks berdiri lalu memeluk namja tadi.

Namja itu hanya diam. Tidak menolak maupun membalas pelukan Luhan.

5 menit kemudian…

Tangisan Luhan mulai mereda. Hanya terdengar isakan kecil dari mulutnya.

"Sudah puas menangisnya? Bajuku sudah basah dan kakiku pegal. Tidak bisakah kau melepaskanku?"

Luhan pun langsung melepaskan pelukannya dan menunduk malu.

"Ne. Mi..Mianhe….mmmm…?"

"Oh Sehun."

"Ah ne, mianhe dan gomawo sehun-sii. Aku Luhan."

"Mmm. Sudah kan? Aku pergi." Pamit Sehun lalu pergi meninggalkan Luhan begitu saja.

"Ya aish tunggu aku. Kau ini selalu pergi begitu saja." Gerutu Luhan sambil cepat-cepat membereskan belanjaanya dan berlari menyusul Sehun yang berjalan dengan tenang.

Mereka pun berjalan beriringan tanpa sepatah kata keluar dari mulut mereka.

"Mm Sehun-sii. Sebenarnya tadi aku melihat kepala menggelinding dan berhenti tepat di kakiku. Kau tau betapa takutnya aku saat melihat itu. Bahkan aku sempat muntah tadi." Tutur Luhan membuka percakapan.

"Oh."

"YA OH SEHUN! Ku bilang ada kepala dan responmu hanya begitu?"

"Lalu aku harus apa? Itu sudah biasa terjadi di sini."

"Ji..Jinja?"

"Hmm. Kau saja yang terlalu berlebihan."

"Ish. Aku kan baru pertama kali melihatnya. Wajar kan aku panik. Memangnya kau, tidak punya ekspresi."

Sehun hanya mendelik sebal ke arah Luhan.

"Kalau sudah sering terjadi, kok pelakunya belum ditangkap?" lanjut Luhan yang masih penasaran.

"Pelakunya sangat hebat, jadi tidak ditemukan jejaknya sama sekali. Sampai sekarang aku berusaha menyelidiki tapi hasilnya masih nihil."

"Menyelidiki? Kau seorang detektif?"

"Hmm. Bisa dibilang begitu."

"Bukankah kau mahasiswa kedokteran?"

"Itu juga bisa."

"Ya! Jawablah pertanyaanku dengan benar!"

"Terserah pemikiranmu sajalah. Aku masuk." Balas Sehun dengan cuek lalu membuka pintu flatnya.

"Ah ternyata sudah sampai." Gumam Luhan yang baru sadar.

Luhan baru saja akan masuk, namun Ia ragu. Ia takut saat Ia tidur ada orang yang masuk dan membunuhnya. Apalagi cerita Sehun tadi membuat Luhan semakin paranoid.

"Emm, Sehun-sii." Panggil Luhan pada Sehun yang hendak masuk ke flatnya.

Sehun pun melirik dengan tatapan ada apa lagi?

"Bolehkah aku menginap di flatmu?"

"Andwe."

"Kumohon…. Pleasseee…"

"Tidak."

"Ayolah…" bujuk Luhan sambil mengeluarkan aegyo andalannya.

"Tidak. Orang sepertimu bisa membuat flatku berantakan."

"Kalau begitu, kau menginap di flatku saja? Ya ya ya…aku sangat takut sehuuunn"

"Hhh.. baiklah." Ucap Sehun pada akhirnya.

XXX

Pukul 12 malam…

"Sehuunnn… Hunnn…" panggil Luhan untuk yang ke sekian kalinya namun tidak dihiraukan oleh Sehun yang sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

Kini mereka sedang duduk di karpet yang berada di ruang tengah.

"Sehunniieeee…"

"Tutup mulutmu atau aku pergi."

"Baiklah baiklah. Ck kau benar-benar tidak asik."

Tidak berhasil menggoda Sehun. Luhan pun pergi ke dapur untuk membuat milkshake coklat untuknya dan Sehun.

Pukul Setengah 1 malam…

"Sehun, ini sudah malam. Ayo tidur!" rengek Luhan yang sudah tidak kuat menahan kantuknya.

"Kau tidur duluan saja." Jawab Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Tidak mau. Aku takut jika sendirian."

"Umurmu berapa sih? Kenapa kau manja sekali?'

"Ish ayolah sehunniee, aku sudah tidak kuat."

"Arraseo arraseo. Aku akan mengerjakannya di kamar."

Sehun pun berjalan menuju kamar membawa laptopnya diikuti Luhan yang sudah setengah terpejam.

Sehun pun mendudukan dirinya di pinggir kasur dan bersandar pada dashboard tempat tidur sedangkan Luhan langsung merebahkan dirinya di samping Sehun dan langsung terlelap.

"Kau cantik, Luhan sayang." Gumam Sehun lalu segera menutup laptopnya dan ikut berbaring di sebelah Luhan sambil terus menatap Luhan yang tertidur dengan lelapnya.

Sehun pun tersenyum penuh arti sebelum akhirnya menyusul Luhan ke alam bawah sadarnya.

XXX


TBC/DELETE

Mind To Review