Disclaimer : Hidekazu Himaruya- sensei :)

Warning : OC, OOC, typo, gaje, dll

Summary : Apa yang dilakukan Indo dalam kesendirian-nya sampai menangis? Check it out~

Rate : T

Tears in The Silent

Kau membuat 'ku berantakan..

Kau membuat 'ku tak karuan..

Kau membuat 'ku tak berdaya..

Kau menolak ku, hancurkan diriku..

Di sebuah ruangan, hanya ada aku. Aku menikmati suasana hening ini. Selain suara detik-detik jam yang terus berjalan, terdapat juga sebuah suara yang tak familiar.

TOK..

TOK..

TOK..

Aku tidak menghiraukan sama sekali suara itu. Tanpa sadar cairan berwarna bening memaksa keluar dari mataku. Menelusuri lekuk pipi. Aku menangis dalam diam.

Kau hancurkan aku dengan sikapmu..

Tak sadarkah kau telah menyakiti ku..

Lelah hati ini meyakinkan mu..

Cinta ini membunuh ku..

Perih rasanya. Disusul dengan cairan bening keluar dari hidungku. Sungguh, aku tidak mau seorang-pun melihat ku seperti ini. Memalukan.

"Indon. . ."

Ah.. Sebuah suara yang identik dengan suara milik-ku tiba- tiba membuyarkan imajinasi-ku.

"Y-ya Malay?" Jawabku.

"Indon.."

"..." aku-pun mengelap air mataku memakai baju.

"Sudah selesai memotong bawang merah-nya?"

"Belum.."

"Lama amat. Rasa-nya daritadi gue lihat lo cuma motong-in bawang doang lama-nya minta ampun! Dan lagi, lo nangis? Ada apa mas? Hahahaha!".

Mendengar adikku berkata seperti itu, aku menjadi naik pitam. "KALO MAU CEPET, MASAK SENDIRI! Udah minta tolong, bawel lagi! Ya iyalah gue nangis! Nih bawang perih banget, dodol!"

Saat aku sedang asyik berdebat ria dengan adik tersayang-ku, tiba- tiba suara bariton khas datang bagai tamu tak diundang. "Indo..."

"Ada apa lagi, tulip! Kau mau protes kenapa aku lama motong bawang? Mau nanya kenapa aku menangis? Semua-nya udah gue jawab!" Aku-pun menjawab sahutan-nya dengan nada menyebalkan.

"Bu-bukan, Indo.. A-aku..".

"Kenapa?".

"...".

"Neth, jawab aku.." nada-ku semakin melembut.

"Kenapa kau malah dengerin lagu galau kayak gituu? Khan gak seruuu!".

Lagi- lagi pertanyaan yang menyebalkan. Dan emosi-ku meluap- luap dan akhir-nya bertumpahan.

"T-terserah gue dong! Ini lagu-nya band D'Nasib yang lagi nge-hits buanget di negara gue, tulip dodol! Jangan bilang lo mau-nya lagu asal negara lo?"

"Nge-hits sih nge-hits! Tapi lagu-nya terlalu lemot plus galau! Lebih baik denger lagu-nya, eng... Siapa tuh gue lupa.."

Aku menaikan salah satu alis-ku tanda bahwa aku bingung.

"Ah! Aku inget! Yang itu tuh yang kalo gak salah nama-nya Ayu Teng Teng ya? Aku suka tuh lagu-nya! Dangdut abis boo!"

"..."

Aku-pun hanya bisa ber-sweatdrop ria melihat Neth, si tulip Belanda. Seorang Neth bisa- bisa-nya suka Ayu Teng Teng? Mungkin dia sudah 100% terpengaruh budaya negara-ku yang rada ALAY ini.

"Kepala tulip bodoh. Dasar bule blo'on bin alay. Ckckckck." Malay akhir-nya ikut nyambung lagi.

"Apa kata lo, bocah Malingshit? Daripada lo udah cebol, plagiat lagi!" Neth tidak mau kalah.

Dan akhir-nya, saking asyik-nya kami bertiga berdebat ria, acara memasak oncom plus tempe semur pun ditunda beberapa saat

Ke sana kemari membawa alamat..

Namun yang ku temui bukan diri-nya..

Sayang yang kuterima alamat palsu..

FIN

Ini fic pertama saya. Aneh ya? Gaje kah? Saya dapet ide ini waktu lagi asyik motong bawang merah. Karena akhir- akhir ini lagi jaman-nya dangdut, akhirnya buat fic ini deh! Warning, saya bukan anak ALAY! #plak. kritik? Saran? Pujian? :D