Seorang pria memasuki sebuah tenda makanan cepat saji yang terletak di pinggiran kawasan Myeondong. ia berjalan menuju tempat duduk yang disediakan sang pemilik, kemudian menduduki dirinya pada salah satu kursi yang berada dipojok tenda.
Ia mengecek jam pada telpon genggamnya, 8 malam kst. Seharusnya gadis itu sudah ada disini. Ya pria itu menanti kedatangan seorang gadis, gadis itu bekerja menjadi salah satu pelayan di tenda makanan cepat saji ini.
"apa yang mau anda pesan tuan?"
Suara ini, suara gadis yang dinantinya. Pria itu kemudian mendongakan kepalanya yang sempat ia tundukan untuk melihat telpon genggamnya. ia menatap intens sang gadis, membuat si gadis menatapnya tak percaya.
dan itu berlangsung beberapa menit sebelum si pria menginterupsi.
.
.
.
.
.
"ayo kita mulai dari awal"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
NEVER ENDING THIS STORY
ITS HUNHAN
.
.
Rate : T+
Main Cast :Sehun,Luhan
Side Cast : Kyungsoo,Baekhyun, and Other!
Pairs : Hunhan , Kaisoo , Chanbaek
.
.
Genre : GS! , Romance , Comedy , Drama , Fluffy
.
.
.
Part 1 : Comeback
.
.
.
.
.
.
.
.
Mereka duduk berhadapan saling memandang satu sama lain. Si pria yang menatap datar sang gadis, begitu pula sebaliknya. Dan si gadis membuka pembicaraan.
"Aku Luhan, Xi Luhan. Mantan kekasih Oh Sehun"
Tatapan pria itu berubah menjadi lebih tajam, dan rahangnya yang tegas agak mengeras.
"Oh Sehun. Calon kekasih Xi Luhan"
Gadis itu, Luhan, tersenyum manis mendengar pria dihadapannya berkata seperti itu. Fakta bahwa ia sakit hati atas perlakuan lelaki dihadapannya 3 tahun silam hilang sudah, menguap entah kemana. Seorang Oh Sehun dihadapannya adalah Oh Sehun yang berbeda dengan Oh Sehun 3 tahun silam. Pria itu mengalami banyak perubahan sepertinya, tetapi wajahnya tidak pernah berubah. Mata elangnya yang tajam, hidung mancungnya, dan bibir tipis yang selalu mengeluarkan kata penting saja, serta rahang tegas yang Luhan rindukan untuk ia elus setiap detiknya. Oh Sehun yang sekarang mungkin bisa Luhan terima, ya mari ulang dari awal. Dengan Oh Sehun yang berbeda.
Luhan kembali memandangi rahang tegas Sehun
"Ya.. mari kita ulang dari awal. Oh -Sajangnim"
Sehun tersedak ludahnya sendiri saat Luhan memanggilnya dengan sebutan -sajangnim . Ya walaupun memang benar Sehun adalah CEO dari perusahaan yang ia bangun sendiri -Oh Corperation tapi tetap saja itu membuat Sehun tidak enak mendengarnya. Jujur saja, ia seperti dilecehkan. Tapi Sehun lebih memilih untuk tidak memperlanjutkan masalah ini.
"Ya nona Lu, Senang bertemu Aku memiliki penawaran yang menarik" Sehun memasukan telpon genggamnya pada saku jasnya. Langsung saja
"penawaran?" Luhan memiringkan kepalanya seperti anak kecil, membuat Sehun harus menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi Luhan.
"Tinggallah bersamaku, dirumahku" Sehun rasa itu jalan terbaik untuk bersosialisasi dengan Luhan sesering mungkin, mengingat ia tidak pernah pergi kemanapun selain kantor dan rumahnya. ia sangat sibuk.
Luhan mengerjapkan matanya beberapa kali. astaga sepertinya ia salah mengambil keputusan, Oh Sehun mengajaknya untuk tinggal bersama? hei apa ia meremehkan Luhan? Apa kembali ke awal yang Sehun maksud adalah kembali menjadi tahanan seorang Oh Sehun?
"apa kau meremehkanku? kau pikir aku tidak bisa membayar tempat tinggal di korea?" hei ini keterlaluan.
"Bukan begitu maksudku lu, aku hanya ingin bersosialisasi denganmu sesering mungkin, mengingat aku sangat sibuk" dan tentu saja agar kau tidak pergi lagi Lu.
"Benarkah? bukankah kau akan menjadikan , aku tahanan kembali Oh Sehun?" Luhan memandang Sehun sendu
Dasar masa lalu sialan! Sehun benar-benar membenci tatapan Luhan yang seperti ini
"Tidak lu" Sehun tidak tahu lagi harus menjawab apa
Luhan kembali berpikir, ya mungkin ia bisa sekalian untuk tidak membuat kesalahan lagi kali ini. ya memang. masa lalu sialan.
"Setelah aku bekerja antar aku ke flatku. Atau kau bisa ke flatku sekarang dan menungguku pulang bekerja -"
"Tidak. Aku akan menunggumu disini"
keputusan final Sehun. Tidak akan ada yang berani menolaknya.
.
.
"Jangan menatapku seperti itu" Luhan melayangkan protesnya pada Sehun ketika ia memasukan bajunya kedalam koper yang ia bawa dari China.
Sehun hanya memandangi Luhan dari meja makan yang tidak lebih besar dari meja kantornya, sambil meminum kopi kaleng yang ia beli di minimarket saat perjalanan menuju flat Luhan.
Sehun melepas jas kantornya kemudian menaruhnya diatas sofa kecil milik Luhan. Ia menggulung lengan kemejanya sebatas siku. Kemudian ikut membantu Luhan memasukan beberapa benda kecil kedalam kardus berwarna pink.
Sehun mengangkat beberapa kardus kemudian berjalan keluar flat menuju tangga yang mengarah dimana mobilnya berada. Luhan sebenarnya merasa tidak enak jika Sehun membantunya dengan sebegitunya. Tapi mau bagaimana lagi, Sehun yang memaksanya.
Luhan menarik kopernya kemudian mengambil kunci flat diatas meja makan. Jas Sehun yang terletak diatas sofapun ia pakai, Luhan mengunci pintu flatnya kemudian sedikit berlari menuju tempat dimana Sehun berada.
.
.
Luhan baru saja duduk dikursi samping Sehun, ia menghela nafas panjang. Baiklah hari yang baru akan segera datang, ini awal yang baik, Luhan tidak perlu khawatir bukan?
Sehun menarik safetytbelt Luhan dan menguncinya kemudian Sehun memutar setirnya menuju jalan yang mengarah kerumahnya. Selama perjalanan tidak ada yang membuka pembicaraan atau sekedar berbasa-basi. Keduanya terlihat tidak ada yang berniat untuk mengobrol.
Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai rumah Sehun.
"Selamat datang tuan Sehun" ucap salah satu pelayan dirumah Sehun.
Luhan perlahan membuka safetybelt kemudian keluar dari mobil sehun, Sehun yang sudah terlebih dahulu turun dari mobil dengan cepat menggandeng tangan Luhan masuk kedalam rumah.
"Ah Selamat datang kembali nyonya Luhan" ucap bibi kim, kepala pelayan rumah Sehun yang mengenal Luhan.
Tidak asing jika para pelayan dirumah Sehun mengenal Luhan, Bahkan mengetahui selukbeluk diantara Sehun dan Luhan. Ya terkait masa lalu sialan mereka.
Luhan yang digandeng Sehun hanya diam membiarkan Sehun membawanya entah kemana. kalau tidak salah ini jalan yang mengarah menuju kamar Sehun. Maksud Sehun membawanya kekamar apa? bukankah ada sebuah kamar yang diklaim milik Luhan disini? seperti dulu kamar itu. Luhan melihatnya, pintu putih bertuliskan 'Deer' kamar itu, kenangan pahit itu.
Luhan menghela nafas, berusaha menenangkan diri, melupakan segala jenis masa lalu buruknya bersama Sehun disini dan mencoba membuka lembaran baru.
Cklek
Sehun membuka kamarnya kemudian mendudukan Luhan disisi ranjang king sizenya. Ia berdiri didepan Luhan sambil melipat kedua tangannya didada.
"Aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan, Sehun"
Sehun menarik koper Luhan yang baru saja sampai kemudian meletakannya didekat lemari.
"Mandilah"
Kemudian Sehun melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya, meninggalkan Luhan dengan segala kebingungannya. Luhan tidak terlalu mengerti apa keinginan Sehun jadi ia hanya menuruti saja perintah apa yang dikatakan Oh Sehun.
.
.
Luhan baru saja selesai mandi dan sedang membereskan baju-bajunya, memasukannya kedalam lemari Sehun. Setelah selesai ia mengambil sisir yang berada di meja rias kemudian duduk di sofa yang terdapat di pojok ruang. Ia mulai menyisirkan rambutnya dengan pelan. Paska 3 tahun rambutnya kini makin panjang bahkan hingga pinggang, berencana untuk memotongnya dengan model jaman kini mungkin ide yang bagus.
Ia meletakan kembali sisir pada tempat semula. Tiba-tiba saja perutnya lapar, ia membutuhkan kudapan malam. Setelah berdebat dengan perasaannya Luhan akhirnya memberanikan diri beranjak menuju dapur yang berada dilantai bawah. Luhan melihat pintu ruang kerja Sehun terbuka dan sangat yakin bahwa Sehun pasti berada didalam ruangannya. Luhan melanjutkan langkahnya setelah lama mematung ditangga, ia membuka kulkas yang ternyata sesuai dengan harapannya. Beberapa buah telah ia potong menjadi satu buah mangkuk berukuran sedang, dengan tambahan es serut dan susu kental manis yang ia dapat dari kulkas. Lengkap sudah.
Luhan mengambil segelas air putih kemudian ia bawa kembali ke kamar Sehun beserta dengan Es buah yang ia buat. Ia jadi teringat dulu ia sering melakukan ini dan pergi ke ruangan Sehun untuk menemani si datar itu mengerjakan beberapa berkas perusahaannya bukan kembali kekamar seperti apa yang ia lakukan saat ini.
Luhan tidak terlalu peduli akan hal itu. yang penting ia sudah mendapatkan keinginannya sebelum tidur. Ia menyantap es buahnya dengan tenang sambil memainkan telpon pintarnya, mengecek beberapa email yang ia dapat dari temannya atau bahkan melanjutkan chat percakapan tak penting yang biasa ia lakukan dengan teman dunia mayanya. Sejujurnya ia khawatir dengan keadaan Sehun, saat pertemuan yang disengaja oleh Sehun dikedai tadi Sehun terlihat berantakan, Kerutan didahinya yang penuh penat menghiasi wajahnya yang tak terelakan. Belum lagi pernyataan aneh yang ia buat, yang disepakati oleh Luhan dengan rela takrela.
Apa ia harus bertanya pada Sehun sekarang? sebenarnya ia sendiri kurang mengerti dengan apa yang dipikirkan Sehun.
Apa ia harus pergi menemui Sehun diruangannya sekarang?
Dan apa dia boleh pindah ke kamar sebelumnya dimana Luhan ditahan? Jujur saja ia lebih nyaman berada dikamar Sehun. Tapi dengan perasaan tidak jelasnya, ia lebih baik untuk pindah kekamar pahit itu.
Luhan tidak menghabiskan es buahnya. Ia menaruhnya diatas meja yang berada disebelah sofa yang ia duduki. kemudian meminum setengah gelas air putih yang ia bawa. Luhan butuh sesuatu, tapi ia sendiri tidak tahu apa yang ia butuhkan.
.
.
Sehun baru saja mematikan laptop yang sedaritadi menemaninya untuk melengkapi berkas berjalan menuju cermin yang tidak jauh dari meja kerjanya. Astaga ia kacau sekali, lingkaran hitam yang berada dibawah matanya serta pakaian setelan kantor yang masih ia pakai membuatnya benar-benar seperti orang gila.
Ia bergegas keluar dari ruangannya dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya, dan ia baru menyadari bahwa ia tidak sendiri malam ini. Gadis itu, Luhan tertidur pulas diatas kasurnya yang tak pernah tersentuh oleh orang lain terkecuali dirinya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dan matanya menangkap sesuatu diatas meja. Satu mangkuk berukuran sedang dan gelas yang berisikan air putih yang tinggal setengah lagi.
Sehun memakan habis es buah itu setelah ia mengetahui isi dari mangkuk tersebut kemudian ia juga menghabiskan air putih yang sudah tidak penuh. Sehun melepaskan dasinya yang masih menggantung dilehernya , kemudian bergegas mandi.
Sehun tidak tahu apa yang harus ia sudah memakai piayamanya dan terduduk diatas karpet dan menatap sang gadis yang tengah tertidur. sama sekali bukan dirinya. ya walaupun Luhan cukup indah untuk dilihat tapi rasa kantuk yang dihadapinya lebih besar dari apapun.
Akhirnya Sehun lebih memilih untuk tidur disebelah Luhan, ia bisa melihat dengan jelas tengkuk Luhan yang seputih susu. Punggung Luhan yang sempit mampu membuat Sehun tidak tahan untuk memeluknya. Tidak apakan? semalam saja biarkan ia merengkuh apa yang dulu ia miliki. ya setidaknya sebentar lagi. Sehun tidak janji untuk semalam.
.
.
Hangat dan nyaman, itulah yang Luhan rasakan. Ia bisa mendengar detak jantung yang teratur , membuatnya semakin meringkuk nyaman ditempat tidurnya.
Apa? detak jantung? jangan-jangan..
Luhan mengerjapkan matanya beberapa kali, dengan jelas ia menangkap rahang seseorang yang ia yakini 100% Oh Sehun, dan ia yakin sekarang ini pasti Sehun yang tengah memeluknya. Luhan tidak keberatan kok, lagipula munafik jika Luhan tidak merindukannya.
Tangannya dengan otomatis terangkat untuk mengelus pelan rahang tegas si datar. Membuat sang pemilik rahang membuka matanya yang masih terasa berat, Sehun sedikit menundukan kepalanya melihat sang pelaku yang sudah membuatnya terbangun dipagi buta. Tatapan mereka bertemu dan terkunci.
"Apa yang kau lakukan?" Sehun memandang Luhan sendu
Bukannya menjawab, air mata Luhan perlahan malah menetes. Sehun tidak mengerti mengapa Luhan menangis. Luhanpun tidak mengerti mengapa dirinya seperti ini, tapi biarkan ia menangis dihadapan Sehun kali ini. Ia tidak bisa lagi menahan kerinduannya yang ia pendam selama 4 tahun. Ia merindukan Sehunnya. Sehunnya yang selalu bersikap dingin padanya.
"Luhan.."
Sehun tidak tahu harus berkata apa. Ia sendiri bingung. Tapi yang jelas ia merindukan Luhannya, Luhannya yang selalu merengek padanya.
Sehun mendekap Luhan lebih erat, kemudian menyatukan kening mereka dan mencoba kembali tidur. Luhan yang masih terisak mengalungkan kedua tangannya pada leher Sehun. Sehun tersenyum, apakah ini artinya Luhannya mau menerimanya kembali?. tapi mengapa Luhan menangis?
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Dont be a silent reader..
Review?
