KRIS X SUHO (GS)
.
NEWLYWED
(PRA-WEDDING)
.
AUTHOR SIDE
.
.
.
Ketukan halus terdengar dari luar ruangan. Suho menoleh pada kaca yang mulai basah. Memperhatikan dalam diam tetes air yang membasahi jendela ruang tidurnya. Suho menyibak selimut dan mendekati jendela itu. Meraba dari dalam lelehan air hujan yang mengalir turun. Suho memakai sandal rumahnya, menuruni tangga menuju ruang kerja lalu berjalan menuju pintu balkon. Suara riuh dari hujan membuat bibir gadis itu tersungging menjadi senyuman.
Suho membuka kunci pintu balkonnya, mengulurkan tangan untuk merasakan tetes hujan. Suho berani untuk membawa maju dirinya, menikmati terpaan angin musim gugur dan rintik hujan.
"Jun.."
Suho menoleh ke arah kamar mandi. Menemukan Yifan yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Calon suaminya itu menaiki satu anak tangga sebagai pembatas kasat mata untuk ruang pakaian dengan ruang kerja.
Suho berbalik dan menutup pintu di balik tubuhnya. "Hujan..?"
Suho mengangguk saat Yifan menariknya ke tengah. Yifan menghapus tetes air hujan yang membasahi wajah putih calon istrinya. Suho menarik ujung handuk Yifan dan membersihkan wajahnya.
"Hei. Ini handuk untuk rambutku, bukan untuk wajahmu.." Yifan mengusap wajah Suho dengan tangan lebarnya. "Apa yang kau lakukan tadi..?" Yifan membawa wajah itu mendekat, menjatuhkan satu kecupan di bibir Suho.
"Hujan pertama di musim gugur.."
Persiapan pernikahan Kim Junmyeon dan Wu Yifan sudah hampir selesai dalam kurun waktu 7 bulan. Satu minggu lagi segala penantian dua keluarga besar itu terlaksana. Ibu Suho tidak bercanda jika pernikahan di adakan dua negara. Mengingat tidak semua kolega ayah Yifan dan Suho bisa bepergian ke luar negeri.
Suho mengambil alih untuk mengeringkan rambut Yifan. "Menunduk.." Suho cukup kesulitan untuk mencapai kepala Yifan..
Yifan justru meraba bagian belakang tubuh Suho.
"Yifan.." Suho bergerak untuk menjauhakn tangan Yifa dari tubuhya.
Yifan menyelipkan kedua telapak tangannya di paha dalam Suho dari luar. Mengayun tubuh gadis itu ke atas, hingga Suho mengalungkan kakinya di pinggang Yifan.
Suho mengalungkan lengannya di kepala Yifan. Sejenak menyamankan posisinya sekarang. Suho menjauhkan wajahnya dari puncak kepala Yifan. "Bisakah mengatakannya lebih dulu..?"
Yifan hanya memberikan cibiran di bibirnya. Tungkai panjangnya mulai melangkah menaiki tangga menuju ruang tidur Suho.
"Yifan kepalaku..!" Suho mencabut satu helai rambut Yifan.
"Menunduk dulu.."
Suho meringkuk dalam dekapan Yifan seperti bayi koala. Saat sebuah rangsangan lembut terasa di sekitar punggungnya, Suho mencubit pinggang Yifan.
"Aku hanya bercanda.." kekeh Yifan.
"Nanti saja.."
"Kau tau aku tak akan menyentuhmu lebih.."
"Satu minggu lagi.." Suho memulai kembali mengeringkan rambut Yifan. "Kau menginap..?"
Yifan mendudukan diri di atas ranjang dengan Suho dipangkuannya. "Di kamar Sehun.."
"Apakah aku terdengar mengajakmu menginap di kamarku..?" Suho terlalu detail membersihkan hingga kulit kepala Yifan.
Yifan melarikan jemarinya untuk mencubit pipi Suho gemas.
"Sakit Yifan. Kau belum menikahiku tapi sudah melakukan kekerasan.." Suho menarik telinga Yifan.
Yifan mengecup pipi Suho, membuat wanitanya itu tersenyum dan balas mengecup telinganya.
"Maaf.." bisik Suho. "Selesai..!" Suho merapikan helai rambut yang menutup dahi Yifan.
"Terima kasih.." Yifan memberikan senyumnya pada Suho.
Suho turun dari pangkuan Yifan.
"Letakkan di sini saja.." Yifan menepuk nakas di samping tempat tidur Suho.
"No no no.." Suho menuruni tangga untuk menggantung handuk lembab Yifan di dalam kamar mandi.
Yifan hanya menunggu sambil memainkan telinga boneka kelinci Suho yang menumpuk di atas ranjangnya. Isi ranjang Suho seperti tidak sesuai dengan umurnya.
"Kau masih menonton filmnya..?"
Suho menaiki ranjang dan bersingut mendekati Yifan. Lengan panjang itu langsung membungkus tubuh kecilnya. "Kenapa..?"
"Ada yang ingin ku katakan.."
"Penting..?" Suho menimbang keputusannya.
Yifan mengangguk. "Maaf mengganggu kegiatanmu.."
"Kaku sekali. Wu Yifan sekali.." cibir Suho. "Apa yang ingin kau katakan..?"
"Ku mohon kau tidak salah paham dengan pertanyaanku.."
"Kita lihat dulu…" mata sipit Suho memicing.
Yifan hanya tersenyum. "Kau yakin menikah denganku..?"
Suho mendengus. "Seminggu sebelum pernikahan kita dan kau baru menanyakan itu sekarang..?"
"Jika aku menanyakannya tiga bulan lalu, kau bisa saja membatalkan pernikahan kita.."
Suho menatap Yifan dengan pandangan kesal. "Tuan, bukan hanya dirimu yang menginginkanku. Aku juga menginginkanmu.."
"Aku tidak menginginkanmu. Aku mencintaimu.."
"Ya maksduku itu.." sikap Yifan yang seperti ini terkadang membuat Suho kesal dan merona disaat bersamaan.
"Apa..?" Yifan semakin tersenyum lebar. Namun tidak ada kesan idiot yang dulu Suho lihat.
"Aku juga mencintaimu. Jadi aku sudah pasti yakin dinikahi olehmu.."
Yifan mengangguk. Tangannya menggenggam tangan Suho erat. "Bagaimana hubunganmu dengan Bingbing Jie..?" punggung tangan itu dikecup oleh Yifan.
"Kenapa..? jiejie mengatakan sesuatu padamu..?" Suho membuat gurat panik di wajahnya.
"Aku hanya bertanya. Ku fikir kalian dekat, karena jiejie pernah mengatakan jika kau bersemangat dengan pernikahan ini.."
Suho melarikan pandangannya asal tidak memandang Yifan. Si pria yang mengetahui itu hanya mengulum senyum.
"Aku juga sangat bersemangat dengan pernikahan ini.." Yifan memeluk tubuh mungil itu semakit erat.
"Lalu apa yang ingin kau bicarakan. Mood mu seperti berbeda saat kita pergi tadi.."
"Kau menyadarinya..?" Yifan menaikan sebelah alisnya.
Suho mengangkat dagunya dengan wajah angkuh. "Lihat, aku sudah menjadi calon istri yang terlalu memahamimu.."
Yifan tergelak sebentar.
"Kau mentertawaiku..?" Suho mencubit perut Yifan.
Yifan mengalah saat melihat tawa Suho. Bagi Yifan, memandang Suho dari sisi manapun, pujaan hatinya itu tetap tak ada tandiangannya. Yifan menahan tangan Suho.
"Kau menyebalkan"
"Ayo bicara komitmen pra-nikah.." sela Yifan.
Suho terdiam dan menarik tangannya dari genggaman Yifan. "Kau ingin membicarakan itu sekarang..?"
"Ya.." Suho menyukai setiap Yifan yang menjawab pertanyaannya dengan tegas.
Yifan membawa tubuhnya untuk duduk tegap. Suho melepas diri dari pelukan Yifan. Keduanya duduk berhadapan dengan gurat wajah yang berbeda. Meninggalkan film yang terputar sejak tadi. "Kita mulai dari mana..?"
Yifan mengulum senyum dengan semangat Suho. "Orangtua.."
"Bagaiamana..?" Suho bertanya dengan ketidaktauannya.
"Aku akan memberikan tunjangan setiap bulannya kepada orangtuamu.."
"Itu artinya aku juga memberikan tunjangan kepada orangtuamu..?"
Yifan menggeleng. "Aku suamimu. Jadi aku akan membiayai kedua orangtua kita.."
"Harta tuan Kim bahkan lebih banyak dari harta pribadimu.." ujar Suho.
Yifan mengulum senyum, bahkan pria itu tertawa sesaat. "Sebagai menantu yang baik, aku tetap akan melakukan itu. Setalah menikah kita akan pindah ke Beijing.."
Suho mengangguk. "Oke, kita akan mengunjungi Seoul setiap natal..?"
Yifan menahan suaranya sejenak. "Tahun ini di Seoul, tahun depan di Beijing. Kau setuju..?"
Suho tampak berpikir. "Aku akan mengatakannya pada eomma nanti.."
"Ya. Aku akan membantumu bicara.."
"Kau harus. Lalu selanjutnya..?"
"Penghasilanku perbulan akan ku berikan padamu sepenuhnya.."
"TIDAK. Itu penghasilanmu. Kau harus menggunakannya sesuai keinginanmu.."
"Milikku adalah milkmu. Begitupun hartaku.."
"Aku tidak setuju. Aku juga menghasilkan setiap bulannya. Kau hanya perlu memberiku beberapa persen dari penghasilanmu perbulan padaku.."
Yifan terdiam sejenak. Berperang dalam pikirannya yang jauh. "80 untukmu 20 untukku..?"
"Kau bercanda, tuan Wu. Kau 60 aku 40. Iya atau aku tak akan setuju. Jangan membuatku seperti istri yang mebatasi pengeluaran suaminya.."
Yifan mengangguk. "Deal.."
Suho mengulurkan tangannya dan disambut Yifan dengan senang. "Selanjutnya..?"
"Anak.."
"A.." Suho menghembuskan napasnya perlahan. "Anak. Bisa kita menundannya untuk tahun pertama..?"
"Kenapa..? Pemegang saham perusahaanku pasti menunggu lahirnya pewaris.."
Suho mengela napas lagi. "Kau benar.." bahunya melemas, bibirnya cemebrut.
"Aku ingin menundanya juga..."
Suho menatap calon suaminya itu "Kau yakin..? kenapa kau menundanya..?"
Yifan mengangguk "Aku ingin menikmati waktu lebih lama berdua denganmu."
Pipi Suho mulai merona "Selanjutnya..?"
"Sex.."
Mulut Suho terbuka dan tertutup. Ingin bersuara namun ragu untuk diucapkan. "Ada apa…?"
"Kita menunda kehamilanmu, bukan berarti kita tak akan melakukan itu. Kau ingin menjadwalkannya..?"
"Haruskah..?" Suho mengusap wajahnya.
Yifan menarik senyum memperhatikan wajah frustasi dan malu Suho. "Kau ingin melakukannya setiap hari..?"
"Setiap hari..?!" Suho memekik.
Yifan berusah tenang. "Kau bersedia kapan pun aku memintanya..?"
Suho menatap Yifan dengan bibir terbuka. "Itu.."
Yifan menarik laci nakas samping kiri ranjang. Megambil kaca yang selalu Suho sediakan disana. "Sayang, wajahmu memerah.." Yifan memperlihatkan pantulan wajah Suho di kaca itu.
Suho melempar nya kesal. Yifan menarik tubuh Suho untuk berbaring di atasnya. Suho memeluk leher Yifan dan menggelamkan wajahnya di ceruk leher sang pria. "Aku malu.."
"Aku menayakan ini karena aku menghormati pendapatmu.." balas Yifan. Tangan lebarnya mengusap punggung Suho secara tertatur.
Suho menjauhkan kepalanya dari leher Yifan. "Kita melakukannya, ketika kau ingin dan aku ingin.."
"Jika salah satunya ingin..?"
"Ya. Wanita juga memiliki hormon untuk melakukan sex. Jadi aku tak akan menolak jika kau ingin melakukannya. Kau juga tak akan menolak jika aku ingin" Suho menggantung kalimatnya.
"Baik, aku setuju. Aku takut kita tidak bisa menunda kehamilanmu selama setahun jika komitmen berhubungan intim kita seperti ini.."
"Kau benar.."
"Aku bisa memakai kondom.."
"Tidak. Itu sakit.."
"Kau pernah mencobanya..?" Yifan terkejut dengan penolakan Suho.
"Kata jiejie.."
Yifan ingin tergelak dengan rona memerah Suho saat mengatakan itu. "Kau bisa suntik pencegah kehamilan.."
Suho menggeleng. "Tidak baik. Itu bisa menyebabkan aku susah hamil setelah melepasnya.."
"Lalu..?"
"Jika kita mendapatkannya dan diberi kepercaayaan oleh Tuhan. Aku tidak mungkin menolak anak kita.."
Yifan mengangkat kepalanya untuk mengecup bibir Suho. "Terima kasih.."
"Selanjutnya..?"
"Aku ingin kau berhenti dari pekerjaanmu setelah kita menikah.."
Tubuh dalam pelukan Yifan itu menegang. Senyum Suho terukir dalam paksaan. Suho mengecup bibir Yifan sekilas dan bangun dari atas tubuh Yifan. "Aku tidak akan melakukannya.."
Yifan ikut mendudukan diri. "Kau harus melakukannya.."
"Tidak akan. Kau tidak berhak mengganggu kehidupan yang sudah ku bangun sendiri.." Suho menjauh dari jangkauan Yifan.
"Jun, setelah menikah kita akan pindah ke Beijing"
"Aku bisa meminta mutasi ke Bejing. Itu bukan hal yang sulit, Yifan.." Suho menyela dengan tatapan menyerang pada calon suaminya.
"Posisimu setelah menikah denganku adalah seorang istri CEO dari perusahaan terkaya di mainland Cina.."
"Lalu apa masalahnya..? seharusnya kau bangga jika memiliki istri yang bukan hanya menjadi nyonya rumah..! Aku buka wanita terkekang, Yifan..!" Suho meninggi.
"Belajar bertingkah seperti ibumu. Kau harus paham posisimu setelah menikah.." tegas Yifan yang telah berdiri berhadapan dengan Suho.
"AKU TAK AKAN PERNAH KELUAR DARI PEKERJAANKU, WU YIFAN..!"
Yifan berjalan mendekati Suho.
"Kau tau batasanmu menjadi suamiku..!" Suho menunjuk Yifan yang semakin mendekatinya.
"Jaga sikapmu. Jangan membuatku marah.."
"Kau marah padaku..? KAU BATALKAN SAJA PERNIKAHAN"
BUK
Mulut Suho terkatup ketika Yifan memukul dinding kamarnya. Tubuh kecil itu bergetar dan mata berair. Dalam sekejap suasana intim yang mereka buat menjadi tegang.
"Aku tak akan pernah membatalkan pernikahan kita.." Yifan berbisik dengan kepala tertunduk.
"Yifan.." suara Suho bergetar.
Tangan Yifan bergetar untuk meraba wajah Suho. Hingga telapak tangan lebar itu menyentuh pipi Suho. Membawa pandangan Suho untuk menatapnya. Suho kembali menangis dihadapan Yifan. "Maaf.." lirih Yifan dan mengecup mata kekasih hatinya itu.
"Aku tidak ingin keluar dari pekerjaanku. Aku.. hiks.. aku akan tetap melayanimu sebagai istri. Aku bisa melakukannya, Yifan.. hiks.." wajah putih itu memerah karena tangisnya.
Yifan tersenyum dengan bibirnya yang bergetar. "Hubungi aku jika kau sudah bisa kembali bicara padaku.." Yifan mencium dahi Suho pelan. "Aku mencintaimu.."
Yifan menarik dirinya dan meninggalkan Suho yang meraung dalam tangisnya.
.
.
.
Yifan menghentikan laju mobil. Menarik napas sebelum menoleh sesaat pada Suho yang diam sejak tadi. Mereka sedang melakukan gladi bersih setelah 2 hari yang lalu. Yifan melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Berjalan memutari mobil dan membuka pintu bagian Suho. Keduanya bertemu tatap dalam kebisuaan sesaat.
"Sayang.." suara rendah Yifan membuat Suho kembali bersandar.
Wanita itu hanya bergumam sebagai tanggapan dari panggilan Yifan. Suho memberikan tangannya tanda untuk Yifan menarik tubuhnya. Yifan menarik pelan tubuh Suho keluar dari mobil. Suho tersenyum dan mengapit lengan Yifan. "Kita bicarakan nanti.."
Yifan mengangguk. "Ya.."
Hampir memakan waktu 4 jam hanya untuk latihan upacara pernikahan mereka. Berulang kali keduanya melakukan proses itu agar terlihat sedemikan sempurna. Yifan sudah bersandar dengan kelelahannya di sebuah sofa empuk. Suho masih saja sibuk memprotes atau menambahkan kemauannya untuk dekorasi pernikahan. Yifan baru saja selesai membaca berkas di perusahan barunya. Yifan sudah pindah semenjak 2 bulan lalu, kini pria itu sudah siap untuk posisi lebih tinggi di perusahaan keluarganya. Yifan tanpa sadar memejamkan matanya, tangannya terlipat manis di depan dada. Hingga pria itu jatuh tertidur.
Suho selesai dengan kegiatannya, melangkah ringan dengan tangan memijat lembut tengkuknya. Gadis itu mengetuk tumit kakinya disela jalan. Terlihat seperti menyesali keputusannya untuk memakai stiletto 9 cm. Setinggi apapun hak sepatunya, tak ada pengaruhnya dengan tinggi badan Yifan.
Suho membungkuk di depan Yifan, menyisir rambut hitam itu ke belakang. Suho tersenyum ketika Yifan tidak merasa terganggu dengan tingkahnya. Suho mencubit ujung hidung mancung itu. "Bangun.."
Kelopak mata Yifan bergetar dan tak lama mata kelam itu terlihat. Napas berat Yifan berhembus, pria itu meregangkan ototnya yang kaku. "Kau sudah selesai..?"
Suho mengangguk. "Aku duduk, ya.." Suho menjatuhkan dirinya dipangkuan Yifan. Pria yang masih dalam kondisi setengah sadar itu terdiam dengan tingkah calon istrinya ini. Suho sudah tak marah lagi padanya..?
Yifan dengan ragu melingkarkan lengannya di belakang tubuh Suho. Tanpa menyentuh tubuh gadisnya.
"Sepertinya lelah sekali..?" Suho masih betah bermain dengan helai rambut Yifan di jemarinya.
"Aku harus mengetahui detail permasalahn perusahaan 2 tahun terakhir. Dan waktu itu aku baru saja menjabat jadi GM, jadi aku tak sempat mempelajari perusahaanku sendiri.."
"Lebih memperhatikan orang lain daripada diri sendiri.." Suho mengulum senyum ketika jarinya bergerak menyisir rambut Yifan dengan belahan tengah.
"Apa yang kau lakukan pada rambutku..?" Yifan menarik sebelah tangan Suho.
Suho hanya tersenyum lebar.
"Aku merindukanmu.." Yifan kembali mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya.
Suho menunduk untuk mengecup pipi Yifan. "Ayo pulang.."
Yifan mengulurkan tangannya. "Tarik.."
"Kau berat.." tapi tetap saja Suho menarik tangan Yifan. Berusaha sekuat tenaga menarik tubuh Yifan. "YIFAN JANGAN MENAHAN TUBUH.. AKH.."
Yifan meringankan tubuhnya, hal itu membuat Suho hampir saja terjatuh ke belakang. Untung saja Yifan lebih dulu memeluk tubuh kecil itu. Yifan mengecup tepat di atas kepala Suho. "Aku cuci muka dulu.."
"YIFAN AKU BISA JALAN SENDIRI..!"
Yifan tergelak mendengar gerutuan Suho yang berada dalam seretannya.
"Mau masuk..?" mereka sudah tiba di depan toilet pria.
"Mau.." Suho ingin menerobos tubuh Yifan.
"Tidak.." Yifan langsung berubah tegas dan melesat masuk ke dalam.
"Aku hanya ingin melihatmu cuci muka. Aku masuk.."
"Tidak, Kim.."
Suho hanya terkikik di luar, memilih bersandar dan memainkan ponselnya. Tidak butuh waktu lama hingga Yifan kembali.
"Kita kemana..?"
"Apartemenmu..?"
"Oke.."
Suho kembali menjadi jahil untuk mengusik ketenangan Yifan. Membunuh waktu menunggu mobil Yifan tiba di depan lobby. Mobil datang, mereka masuk, dan mobil melesat meninggalkan gedung pernikahan mereka nanti.
Yifan menyadari perubahan suasanan hati Suho. Kakinya mengetuk tak beraturan. Jarinya terpilin di atas pangkuan. "Kau masih marah padaku, bunny..?"
Suho menoleh dengan tatapan polosnya. Kepala itu menggeleng dan membuat Yifan tersenyum.
"Kau yakin..?" sebelah tangan Yifan mengusap puncak kepala Suho.
"Kenapa kau beratanya seperti itu..?"
"Karena aku tak yakin kau sudah memaafkanku.."
"Kenapa..?" Suho mendesak.
"Bisa jadi kau sudah memaafkanku, karena kau sudah kembali menjadi kelinci nakalku. Bisa jadi kau belum memaafkanku, karena kau tidak membahas masalah itu padaku.."
Suho memicing memperhatikan Yifan yang sesekali menoleh padanya. Yifan tentu masih harus menyimpan fokus untuk jalanan. "Bahas itu sekarang.."
Yifan menoleh, tersenyum tipis. "Silahkan.."
"Kenapa aku yang lebih dulu..? Kau yang pria.."
"Aku mengatakan jika kau sudah siap, kau yang menghubungiku.."
"Tapi kau prianya.."
"Jika aku memaksa kehendakku sebagai pria, aku tidak memberimu ruang untuk berpikir.."
Suho diam.
Yifan merasa bersalah menyudutkan Suho. "Sayang"
"Aku akan keluar dari pekerjaanku.." Suho menyela.
Yifan menghentikan laju mobilnya. Bukan karena mendengar pernyataan Suho, tapi lampu traffic pejalan kaki sedang menyala.
"Aku sudah memikirkan itu. Kau benar, seharusnya aku belajar seperti mama yang mendampingi abeoji. Aku juga harus mendampingimu. Aku tidak boleh egois memikirkan posisiku sendiri karena aku sudah menjadi istrimu kedepannya. Aku akan mengundurkan diri besok.."
Yifan menoleh sesaat dan kembali melajukan mobilnya tanpa membalas kalimat Suho.
"Yifan.." panggil Suho.
Mobil kembali terhenti atas kemauan Yifan. Menepi di bahu jalan. Yifan mengambil ponselnya yang berada di saku celana. Masih dalam diamnya, membuat Suho bingung harus bersikap seperti apa. Tidak lama speaker ponsel Yifan menyuarakan nada tunggu panggilan. Yifan hanya menatap Suho dengan senyum tipisnya.
"Hallo.."
"Selamat siang, Ahn daepyo.."
"Selamat siang, Wu daepyo-nim.." jabatan keduanya sama. Tapi panggilan pria itu pada Yifan, seolah mempertegas jika tahta Wu lebih tinggi darinya. "Apa ada masalah hingga anda mengubungi saya langsung..?"
"Ahn daepyo senggang..?"
"Ya. Tentu.."
"Besok, istriku akan mengundurkan diri dari perusahaanmu.."
Suho membulatkan matanya mendengar pernyataan Yifan.
"Maksud Wu daepyo-nim, nona Kim Junmyeon..?"
"Ya.."
"Ah, begitu.."
"Aku bertanya dan jawab sesuai jabatanmu sebagai atasan istriku. Kau mengizinkan istriku keluar dari perusahaanmu..?"
Suho hanya memejamkan mata menunggu jawaban atasan tertingginya itu.
"Aku tidak akan ingin kehilangan karyawan sekompeten nona Kim.."
Yifan menyeringai dengan sebalah alis naik memandang Suho. "Lalu apa yang akan kau lakukan, jika aku membawa istriku pindah ke Beijing..?"
"Nona Kim bisa mutasi kerja dengan jabatan yang sama di perusahaan utama Beijing. Itu juga akan membantu kerjasama perusahaan kita semakin erat.."
Suho memicing pada Yifan. "Kerjasama..?" lirihnya.
"Kirim persyaratan mutasi ke email istriku. Besok aku akan mengantarakannya langsung.."
"Tidak perlu, daepyo-nim.."
"Jangan sungkan. Selamat siang Ahn daepyo.."
"Selamat siang Wu daepyo-nim.."
Panggilan terputus dan Yifan menyimpan kembali ponselnya. "Kau akan tetap bekerja.."
"Yifan.." Suho bingung harus berujar apa.
"Kau benar. Lebih membanggakan jika aku memiliki istri seorang woman career. Setidaknya itu menjadi kelebihan lain Wu Yifan.."
Suho menggeram menahan kesal.
"Kau masih bisa bekerja, sayangku.." Yifan mencubit pipi Suho gemas.
Suho menghentak tangan Yifan. "KAU BEKERJASAMA DENGAN PERUSAHAANKU..!"
"Ya. Program baru dibawah pimpinanku. Aku sudah mewanti hal seperti ini. Kim Junmyeon itu wanita keras kepala, jadi aku sudah menebak kau tak akan mau kelaur dari pekerjaanmu. Sebulan yang lalu, aku mengikat kerjasama dengan perusahaan tempatmu bekerja.."
Suho hanya menggeram kesal dan meremas buku jarinya sendiri. "LALU MENGAPA KAU MENGATAKAN AKU ISTRIMU.."
"Mengatakan kau calon istri atau istriku sekarang, tidak ada pengaruhnya. Empat hari lagi kau sah menjadi istirku.."
"KAU MENYEBALKAN..!"
"Seharsunya kau berterima kasih.."
"TIDAK AKAN..!"
"Aku mempermudah masalahmu..!"
"KAU YANG MEMBUAT MASALAH.."
"Kenapa aku..!"
"MAMA..!"
"Sayang.."
"Aku tak ingin dihormati karena background keluarga ataupun suamiku.."
"Kau menyebutku suamimu.."
"Kau tidak perlu melakukan sejauh ini. Aku bisa sendiri.. hiks.."
"Kau mengakui jika aku suamimu. Berarti kau istriku.."
"WU YIFAN..!"
"Aku suami Kim Junmyeon.."
"KAU MASIH CALON SUAMIKU..!"
"Kurasa waktu empat hari sudah terasa kasat mata..."
"MENYEBALKAN.."
"Aku mencintaimu.."
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
a/n : Kembali dengan sequel YOU AGAIN. Ada yang nanya gimana prosesi nikahan Yifan Suho. Semoga aja aku ada mood buat ngejelasinnya. Karena FF ini lebih buat kehidupan pernikahan mereka. Traveling nya Tuan Wu dan Nyonya Kim. asik, bukan nona Kim lagi, udah nyonya Kim. Ada yang ngira judul partnya "Pra-wedding" berarti foto prawed..? nggak, ini lebih ke komitmen sebelum mereka nikah. katanya sih bakalan ada omongan kaya gini sebelum seseorang nikah.
.
Sampai ketemu di chapter selanjutnya.
