I Miss U

Disclaimer Masashi Kisimoto

By : Deera Dragoneella


.0.

.0.

Bertahun silam, entah karena apa, Kerajaan Uzumaki dan Namikaze tiba-tiba melakukan perang dingin. Tak ada peperangan, karena di Kerajaan Namikaze terdapat para puteri dari Sang Ratu Uzumaki. Ya, Sang Ratu, Uzumaki Kushina adalah mantan istri Raja Namikaze Minato. Keduanya memiliki seorang putra, Namikaze Kurama, serta dua orang puterinya, Namikaze Naruto dan Namikaze Deidara. Dikarenakan suatu hal, Sang Ratu pergi dari Kerajaan Namikaze, meninggalkan putera-puterinya tanpa kata. Dan tak lama kemudian, Sang Raja, Namikaze Minato, menikah kembali dengan seorang bangsawan perempuan bernama Uzumaki Sara, yang tak lain dan tak bukan adalah sepupu jauh Ratu Kushina. Dan sejak saat itu, kehidupan sang pangeran dan para puteri berubah. Bukan karena Sara adalah ibu tiri yang jahat, namun ketika mereka tahu akan kebenarannya. Kebenaran kenapa sang Ibu pergi dan digantikan orang lain.

"Ku, kau tidak boleh pergi" Teriakan Minato yang melarang sang Putra seolah sudah menjadi makanan sehari-hari kerajaan Namikaze.

Kurama, tanpa mengindahkan teriakan ayahnya-Sang Raja-menaiki kudanya dan segera pergi dari sana. Pemuda berusia 21 tahun itu masih belum bisa menerima segalanya, bahkan setelah 5 tahun berlalu sejak kepergian Ibunya. Padahal, mereka bisa mengunjungi sang Ibu. Namun selalu, Minato melarang mereka. Dan Kushina sendiri, entah kenapa, tak ingin menemui mereka, ketika Kurama berhasil menyusup kesana.

"Kurama" Teriakan Minato tak lagi terdengar, karena Kurama telah melewati gerbang istana. Minato hanya bisa menghela nafas. Ini semua memang salahkanya, namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Minato" Suara Sara membuat Minato menoleh kebelakang. Disana, dilihatnya Sara sedang menggandeng sang puteri, Deidara yang baru berusia 7 tahun.

"Aa, Sara" Minato mengangguk sekejap menatapnya, kemudian pandangannya beralih pada puteri kecilnya.

"Dei" Minato tersenyum sambil merentangkan tangannya. Deidara segera menghambur memeluk ayahnya.

"Tou-chan!" Ujarnya tepat saat melompat dalam dekapan Minato. Senyum lebar tak lepas darinya. Minato ikut tersenyum dibuatnya. Yah, diantara ketiga anaknya, hanya Deidara yang bisa tersenyum selebar itu padanya. Kurama, sang Putra, bahkan enggan melihatnya. Sedangkan Naruto, sang puteri kedua, hanya bisa menatapnya dengan senyum kosong. Membuat hatinya pedih. Padahal, gadis kesayangannya itu, yang kini berusia 17 tahun, dulunya adalah seorang putri yang energik dan selalu ceria. Istana, selalu ramai dan tampak hidup dengan tawanya. Namun, semua berubah. Kini, istana nampak sepi dan seakan tak lagi hidup. Semua kehidupan monoton ini, membuatnya menyesal. Sangat sangat menyesal setelah apa yang terjadi.

"Otou-sama" Seorang gadis yang begitu mirip dengan Naruto, hanya berbeda pada kedua bola matanya yang berwarna ruby, sedangkan Naruto sapphire, menghampirinya dengan senyum lebar. Hati Minato tercubit melihatnya. Dulu, senyum itu milik putri tersayangnya, Naruto. Mereka tampak serupa, seakan saudara kembar. Namun tidak. Mereka terlahir dari ibu yang berbeda. Dan entah bagaimana, mereka bisa terlahir pada waktu yang sama. Dan keduanya, adalah puterinya. Sesuatu yang membuat hatinya sakit. Melihat kebahagiaan seorang puterinya, namun kehilangan kebahagiaan putera dan puterinya.

"Naruko" Minato tersenyum paksa melihat puterinya itu. Pesta ulang tahun ke 17 mereka, Naruko dan Naruto, dilakukan sebulan yang lalu. Namun Naruto enggan menghadirinya. Dia lebih memilih membaca buku di perpustakaan atau menikmati malam dengan Kurama di taman istana yang sepi, merayakan ulang tahun itu berdua. Hati ayah mana yang tidak sakit melihat salah satu puterinya sedih, sedang yang lainnya berbahagia.

"Ah, Dei-chan disini?" Naruko menatap Deidara ramah.

"Ummh" Deidara mengangguk, namun tidak tersenyum. Entah bagaimana, ketiga putera Kushina seolah sepakat untuk tidak menyukai kedua orang baru dalam istana mereka. Ketiganya, seolah memiliki ikatan batin untuk tak bisa menyayangi keduanya. Deidara, yang masih berumur 7 tahun jalas tidak tahu permasalahannya, namun melihat cara kedua kakaknya dalam bersikap, gadis kecil itu, entah bagaimana tahu harus bersikap bagaimana. Sara dan Naruko bukannya tidak tahu, namun mereka sendiri juga tidak tahu harus bagaimana. Mereka hanya berusaha yang terbaik untuk tidak melakukan hal yang buruk pada mereka, karena ketiganya juga tidak melakukan hal yang buruk pada mereka. Ah-kecuali Kurama yang tak pernah bersikap ramah pada mereka.

"Tou-chan. Dei mau mencari Naru Onee-sama dulu" Pamitnya setelah mencium pipi kanan Minato. Gadis kecil itu segera pergi diiringi 2 orang pelayan yang menemaninya menuju taman istana. Tempat penuh kenangan akan sang Bunda, sebelum pergi meninggalkannya.

Naruko menatap Deidara nanar. Bukannya dia tidak tahu jika ketiga saudaranya tidak menerimanya, namun tetap saja, rasanya menyakitkan melihat Deidara yang terkadang menjauhinya.

"Ada apa Naruko?" Tanya Minato. Sebisa mungkin, Minato memperlakukan puterinya ini sama dengan yang lain. Namun, tentu saja, perbedaan itu tampak. Karena bagi Minato dan hampir semua orang di istana, kebahagiaan Naruko adalah kesedihan bagi Naruto. Mereka entah bagaimana bisa memikirkan hal yang sama. Karena sejak melihat kedatangan Sang Puteri yang seolah pinang dibelah dua dengan puteri kedua kerajaan Namikaze itu, kebahagiaan Naruto lenyap. Gadis itu kini hanya membaca, berlatih bermacam hal bersama Kurama, dan lain sebagainya tanpa yang lain. Dunia Naruto, seakan hanya berkisar antara Kurama dan Deidara. Baginya, Minato hanyalah seorang ayah yang harus dihormati, namun untuk menyayangi? Entahlah.

"Ah, itu…" Naruko tersentak kaget karena melamun. "Ada utusan dari kerajaan Uchiha, menunggu Otou-sama di balai istana"

"Aa, baiklah. Aku akan segera kesana" Minato segera beranjak pergi meninggalkan keduanya.

Keduanya menatap Minato lirih. Naruko menatap Ibunya sedih. Apakah salah dia telah terlahir kedunia? Apakah salah dia juga menginginkan kebahagiaan?

"Kaa-san" Sara menoleh menatap puterinya yang kini berkaca-kaca.

"Apakah salah, karena aku terlahir kedunia?" Pertanyaan Naruko membuat jantungnya serasa ingin berhenti.

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak. Kau adalah anugerah untuk Kaa-san dan Tou-sanmu. Kenapa kau berfikir seperti itu?" Tanya Sara terkejut.

"Karena…" Naruko menatap lorong tempat Minato menghilang tadi.

"Tak pernah ada kebahagiaan di mata Otou-sama sejak kedatangan kita. Bahkan, aku melihat kesakitan setiap kali Otou-sama melihatku. Dan aku juga" Air mata telah menetesi wajah ayu Naruko.

"Tak pernah melihat kebahagiaan dari puteri Naruto" Naruko menatap Sara nanar.

"Seolah, kebahagiaanku merenggut kebahagiaan mereka"

"Hentikan ucapanmu, Naruko. Jangan pernah-"

"Tapi itu benar, Kaa-san" Naruko mengusap air matanya perlahan.

"Kaa-san juga pasti pernah mendengarnya. Aku hanyalah bagai cermin puteri Naruto, dengan dua sisi yang bertolak belakang. Ketika aku bahagia, puteri Naruto tidak. Dan mungkin saja sebaliknya begitu." Sara memeluk Naruko dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

"Hentikan Naruko. Semua itu tidak benar" Bisik Sara lirih, lebih untuk menguatkan dirinya sendiri. Itu tidak benar. Karena kau pun juga berhak bahagia. Kita berhak bahagia. Lanjutnya dalam hati.


Semua memang salahnya. Ketika dulu kala, 18 tahun yang lalu saat ada jamuan kerajaan di kerajaan Uzumaki, Sara dan Minato bertemu. Sara jelas tahu jika Minato adalah suami dari kakak sepupunya. Namun saat itu, ketika dia nekat ikut berburu dan terjatuh kesungai, Minato menolongnya. Mereka sempat hanyut dan bermalam di gua karena hari sudah larut. Dan hal itu pun terjadi tanpa mereka rencanakan, namun Sara inginkan. Dia hanya ingin sekali saja bersama dengan orang yang dicintainya, meski tak bisa memilikinya. Namun dia tidak tahu, jika ada Naruko yang kemudian hadir diantara mereka.

Sara telah menyembunyikan dirinya sejak mengetahui kehamilannya, sehingga dia bisa aman dari hukuman istana. Namun karena Naruko kecil sellau menanyakan ayahnya, Sara pun mau tak mau menunjukkannya. Dia membawa Naruko kecil menuju pasar kerajaan Namikaze yang kebetulan sedang ada festival, dan disana Minato dan keluarganya tampak berbahagia bersama. Naruko kecil hanya bisa menatap sedih mereka. Apalagi melihat gadis yang begitu mirip dirinya tampak dibelai penuh kasih sayang oleh ayahnya. Senyum keduanya membuatnya ingin mengatakan pada dunia jika Minato adalah ayahnya. Naruko bahkan sampai sakit keras sejak kepulangannya dari festival dan mengigaukan ayahnya. Sara tidak tega melihatnya dan segera datang ke istana memberitahukan segalanya. Dan hari itu pun, segalanya berubah bagi mereka semua.


"Apa yang Okaa-sama katakan benar, Naruko" Suara lembut Naruto membuat keduanya menoleh. Naruto memberi isyarat pergi pada kedua pelayannya. Sementara Naruto menghampiri keduanya dengan Deidara yang terlelap dalam gendongannya.

Pelukan keduanya lepas dan menatap Naruto yang menatap mereka tanpa ekspresi.

"Kebahagiaanku adalah miliku, begitu juga sebaliknya. Tak ada orang yang bisa mengambil kebahagiaan orang lain, kecuali mereka merencanakannya. Semua yang terjadi adalah kehendak Kami-sama. Kalian tidak perlu terlalu memikirkannya. Jalani saja kehidupan kalian sebagaimana adanya. Jangan jadikan Naru sebagai alasan ketidakbahagiaan kalian" Naruto membelai sayang rambut Deidara.

"Tapi-"

"Tidak ada tapi, Naruko. Kehidupan bukanlah sesuatu yang bisa kamu sesali, tapi syukuri" Potong Naruto.

"Tapi kamu tidak pernah bahagia sejak kedatanganku" Naruto menggeleng.

"Kebahagiaan ku hilang bukan karena kedatanganmu. Tapi kepergian ibuku"

"Tapi Kushina-sama pergi karena kedatangan kami" Ujar Naruko bersikeras. Namun lagi-lagi Naruto menggeleng sambil tersenyum tipis, sarat akan luka.

"Jika kamu lebih teliti, Naruko" Naruto melangkah pelan menuju keduanya.

"Kepergian Kaa-san ku bukan karena kedatangan kalian. Tapi pengkhianatan Tou-san." Naruto berhenti tepat dihadapan keduanya.

"Bagi seorang wanita seperti Kaa-san. Kejujuran adalah segalanya. Tak ada hubungan yang abadi jika terdapat kebohongan didalamnya. Kaa-san, juga adalah wanita biasa. Bukan malaikat yang bisa menerima segalanya begitu saja. Jika saja, dari awal Tou-san mengatakannya, bertahun silam apa yang terjadi. Kekhilafannya…" Naruto menarik nafas panjang.

"Mungkin, Kaa-san tidak akan pergi. Bahkan Kaa-san, akan meminta Sara Okaa-sama untuk tinggal bersama. Karena Kaa-san bukan orang yang serakah, yang akan membiarkan orang lain menderita karena keegoisannya" Naruto berkata dengan nada lembut meski ekspresi sedih dan tegas terpasang diwajahnya. Kata-katanya dimaksudkan untuk menjelaskan, namun Sara merasa tertohok olehnya. Sara tahu Naruto tidak sedang menyindirnya. Gadis itu hanya ingin Naruko tidak merasa bersalah. Namun Sara, dalam hatinya yang terdalam merasa sangat bersalah. Dialah yang bersalah disini. Dialah yang telah membuat Minato mengkhianati Kushina, kakak sepupunya sendiri. Orang yang sudah menganggapnya adik dan sangat menyayanginya, karena Kushina adalah putri tunggal.

"Saya permisi, Okaa-sama. Naruko" Dan Naruto pergi meninggalkan keduanya terdiam terpaku.

"Onee-sama" Teriakan Naruko membuat Naruto menoleh dan menatapnya tanya.

"Apa yang… yang bisa membuatmu kembali tersenyum bahagia?" Tanya Naruko menahan tangisnya, sementara Sara menatapnya dengan bola mata terbelalak, terkejut dengan pertanyaan puterinya. Bukannya dia tidak ingin tahu, Sara hanya takut menerima kenyataan jika dia nanti harus meninggalkan Minato. Kehilangan cintanya lagi.

"Okaa-san" Jawaban itu membuat tubuh Naruko dan Sara tegang, terkejut.

"Yang bisa membuatku kembali tersenyum bahagia adalah bertemu dengan Okaa-san. Tidak lebih" Dan Naruto pun segera pergi meninggalkan keduanya yang terdiam dengan berbagai macam pikiran. Sementara tanpa mereka sadari, Minato berada di lorong yang tak jauh dari sana dan mendengar semuanya. Dan hatinya semakin remuk dibuatnya, ketika mendengar kata-kata puteri yang begitu dikasihinya. Semua memang salahnya. Dan Minato hanya bisa menatap kosong baying puterinya yang lenyap ketika melewati belokan dilorong yang lain.

.0.

-TBC-

Salam kenal Minna-san. Ini fic pertama Dee, semoga kalian suka. R&R Dee tunggu ya. See U next Chap