Cast:
Lee Jeongmin [Boyfriend]
Jang Hyosun [OC]
.
.
.
This story original by Iggy
"Ya,ya! Heish, apa yang kau lakukan pabbo! Bukankah sudah kubilang kau harus lompat? Kau harus lompat musang pabbo, dapatkan koin-koin itu untukku! Kau tak tahu kalau aku akan membeli pulau Jeju dengan koin uang yang banyak itu? Kau membuatku kesal!"
Kedua alis gadis itu menyatu tak senang. Konsentrasinya seketika buyar berantakan mendengar teriakan-teriakan kesal—yang tak berbobot—dari orang yang tepat berada disampingnya. Gadis itu menoleh, menatap seorang pria yang bergerak-gerak tak tenang dilengkapi mulut berisik yang duduk di sisinya. Bagaimana tidak, disaat ia tengah bersusah payah mengumpulkan konsentrasi untuk membuat desain replika sebuah gedung pencakar langit dari potongan triplek yang ditugaskan padanya, pria di sampingnya ini justru berteriak-teriak tak jelas hanya karena ia kalah bermain game dari sebuah tablet yang dipegangnya. Namun sayangnya, pria bernama lengkap Lee Jeongmin itu belum sadar akan bahaya yang menghampiri kedua telinga cantiknya.
"Aish, ya Lee Jeongmin! Berhentilah berteriak-teriak seperti orang gila! Kau merusak konsentrasiku!" teriak gadis bernama Hyosun, bermarga Jang itu dengan suara tiga oktafnya. Suaranya yang sudah melebihi suara milik Lady Gaga itu membuat Jeongmin nyaris terjungkal dari sofa yang didudukinya. Kedua jari telunjuknya refleks menyumbat telinganya yang terasa berdengung.
"Aigoo, Hyosun-ie. Bukankah baru saja justru kau yang berteriak dengan suaramu yang kelewat merdu? Kenapa menuduhku?" ucap Jeongmin dengan wajah tanpa dosanya.
Hyosun melotot. Pria ini benar-benar. Haruskah Hyosun meracik ramuan khusus untuk mengembalikan sistem kewarasan seorang Lee Jeongmin? Supaya Hyosun terbebas dari yang namanya rasa frustasi jika tengah berbicara dengan kekasihnya ini. Jangan salah paham, Hyosun bukannya membenci sifat Jeongmin yang satu itu. Hanya…yah, hanya saja sekali-sekali gadis itu ingin kekasihnya itu menjadi normal.
"Ish, neo!" "Tsk, tsk, tsk. Oppa Sun-ie, oppa." Hyosun meremas rambutnya dengan geram. Oh, ia yakin dirinya akan meledak sebentar lagi karena rasa frustasi yang di deritanya.
"Bukannya kau ada tugas? Kerjakan tugasmu dengan benar. Jangan hiraukan aku. Aku akan menemanimu dalam diam Hyosun-ah."
"Diam yang kau maksud itu diam yang bagaimana oppa?" Hyosun bertanya dengan nada datar yang akan terdengar menyebalkan jika orang normal yang mendengarnya. Tapi, hey, ini Jeongmin saudara.
"Loh, bukankah dari tadi aku diam?"
"Diam darimananya eoh?! Yang ada dari tadi kau selalu mengganggu konsentrasiku namja sipit. Lihatlah, pekerjaanku tidak bisa selesai karenamu." Hyosun ribut mengeluarkan protesnya seraya menunjukkan tugas kuliahnya yang baru seperempat jadi itu.
"Hm? Mana? Coba kulihat." Jeongmin mengambil benda yang belum jelas bentuknya itu dan bertingkah seolah-olah ia adalah pengamat ahli. Dibolak-baliknya benda itu. Entah apa yang dicarinya. "Lumayan," komentarnya singkat seraya meletakkan kembali barang itu di meja yang tak jauh darinya.
KRAKK
"Ups."
Bunyi kecil itu seolah membangkitkan bulu roma Hyosun. Dengan mata melotot menahan ngeri, gadis itu memandang tugas seperempat jadi-nya yang beberapa saat yang lalu masih berada di tangan Jeongmin. Kini benda malang seperampat jadi itu remuk tak beraturan dengan beberapa bagiannya yang terlepas. Entah Jeongmin yang meletakannya terlalu keras atau bagaimana, yang jelas, kini Hyosun harus memulai kerja kerasnya dari awal lagi. Oh, Lee Jeongmin, habislah kau.
"YAK! Lee Jeongmin! Pergi kau ke neraka!
